'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan'
---
Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Inilah aku, yang sebenarnya, bukan sebetulnya.
~ PRESSURE ~
Alvina merenung di dalam mobil, dia memandang rumah yang bertingkat dua di depannya dengan tatapan kosong. Setelah perdebatannya dengan Sheryl dan Fidelya yang tak kunjung usai sampai bel pulang berbunyi Alvina langsung memilih pulang. Sebenarnya bukan Fidelya, Alvina hanya adu mulut dengan Sheryl yang masih tidak terima kalau dia menolak Erlangga begitu saja.
Jujur, Alvina hanya kenal Erlangga sebagai murid SMA Cakrawala. Siswa yang terkenal playboy seantero sekolah dengan junjungan nama ketua geng TIGER. Tidak lebih dari sekedar itu, bahkan Alvina tau itu pun dari desas desus siswi-siswi yang sering bergosip di kelasnya.
Alvina bergerak turun lalu menutup pintu mobil. Dengan langkah pelan dia memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Seperti biasa sudah tidak heran lagi.
Asisten rumah tangganya datang tergesa-gesa begitu mendengar langkah kaki. Dia tersenyum lega melihat Alvina yang barusaja mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga.
"Aduh non kirain siapa tadi. Non udah makan? Mau bibi siapin makan apa non? Ayam? Daging? Telur? Atau apa?" tanya pembantu itu beruntun. Namanya Bibi Ani. Asisten rumah tangga yang bekerja dengan orangtua Alvina sejak dulu.
Alvina tersenyum tipis. "Nanti aja bi."
"Eh eh nggak boleh nanti non." Bibi Ani mengambil tempat di sebelah Alvina. Beliau duduk, "Non harus makan dulu, biar nggak sakit." katanya sembari memegang punggung tangan Alvina.
"Alvina nggak laper Bi."
"Ini udah lewat jam makan siang loh non. Nanti kalo non nggak makan maag non kambuh."
"Nanti aja ya Bi,"
"Non," ujar Bibi lembut.
Alvina menghembuskan nafasnya pelan. Dia tersenyum lembut. "Nanti Vina makan ya Bi. Tapi nanti Vina masih kenyang soalnya."
"Non habis makan apa emang?" tanya Bibi tidak yakin.
Alvina memalingkan wajahnya ke segala arah. Merasa terjebak dengan ucapannya sendiri, sial.
"Non belum makan kan? Bibi tau karena non nggak biasa makan di luar." tebak Bibi.
Akhirnya Alvina mengangguk pasrah membuat senyum lembut di bibir Bibi Ani terlihat. Namun suara bantingan pintu yang terdengar keras membuat kedua orang itu langsung menoleh ke sumber suara. Alvina dan Bibi Ani kompak berdiri lalu menghampiri asal suara yang terdengar dari luar.