3. Tatapan

2.1K 131 7
                                    

Enjoy gais.
Happy reading!
Kalo ada typo kasih tau ya!
Thanks you❤️

Happy reading!Kalo ada typo kasih tau ya!Thanks you❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo itu sama seperti air. Susah buat di genggam mudah di temukan.

~ PRESSURE ~

Alvina melangkah menuruni satu persatu tangga rumahnya menuju ruang makan. Di sana, Alvina melihat Alleta yang sudah duduk di salah satu kursi sembari memainkan ponselnya. Sementara itu di depannya tersedia selembar roti yang sudah di olesi selai strawberry. Selai favorit Alleta.

"Pagi kak." sapa Alvina yang di jawab deheman pelan oleh Alleta.

Kedua gadis itu sudah siap dengan pakaian sekolah yang berbeda. Sejak awal, Alleta yang menolak untuk satu sekolah dengan Alvina. Ketika ditanya mengapa Alleta hanya bungkam tidak mau membuka suara. Alesan simpel yang selalu Alleta katakan, ingin mencari suasa yang baru tanpa Alvina.

"Non mau selai rasa apa?" tanya Bibi menyiapkan selembar roti tawar diatas piring.

"Kaya biasa aja Bi." jawab Alvina. Dia kembali memperhatikan Alleta yang sedari tadi  tampak fokus dengan ponselnya. "Kak-"

"Bi aku berangkat dulu ya." ujar Alleta memotong ucapan Alvina. Sekilas dia menatap Alvina sebelum berpamitan dengan Bibi. "Lo berangkat sama supir aja. Mobilnya gue pake!" katanya.

Alvina diam membisu. Dia menatap kepergian Alleta dengan tatapan getir. Kenapa kakaknya tidak pernah memandang Alvina sedikit saja? Kenapa? Apakah dia ada salah yang begitu besar sehingga Alleta benci padanya. Alvina tersadar begitu Bibi memanggil namanya dan menyodorkan sebuah piring di hadapan gadis itu.

Alvina menghela napas. Dia bergerak mengambil segelas susu diatas meja lalu meneguknya sedikit. Roti yang sudah Bibi siapkan Alvina makan sembari berdiri, lantas dia meraih tasnya di kursi sebelah.

"Bi Vina berangkat dulu ya," pamit Alvina menyalimi Bibi.

"Susunya nggak dihabisin?"

"Kenyang Bi." Alvina menggeleng pelan.

"Yaudah hati-hati."

Sebelum pergi, Alvina menyempatkan mencium kedua pipi Bibi sebentar. Bibi menatapnya prihatin begitu Alvina menghilang di balik dinding. Hembusan napas terdengar sebelum Bibi kembali merapikan meja makan.

•••

Alvina menatap keluar jendela mobil di sepanjang jalan. Saat tatapannya tak sengaja melihat seorang ibu-ibu yang akan mengantarkan anaknya ke sekolah Alvina merenung. Kebetulan mobil berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah.

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang