'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan'
---
Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nggak perlu balas perasaan, cukup terima kehadiran gue aja udah cukup.
~ PRESSURE ~
Bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi. Erlangga dan teman-temannya berjalan di sepanjang lorong koridor menuju kantin. Suasananya koridor yang tampak sepi karena sebagian warga sekolah memilih berada di kantin lorong itu justru terdengar ricuh. Suara merdu Liam yang saat ini tengah bernyanyi membuat kedua temannya berdecak kesal. Erlangga tertawa, mendukung penuh aksi Liam yang berakhir menjadi adu mulut dengan dua temannya.
"Dakjal lo Liam! Diem nggak?!" Kennan melotot garang. Menyumpal telinganya menggunakan earphone dengan suara musik penuh. Sampai Saga di sebelahnya bisa mendengar apa yang sedang Kennan dengarkan.
"NAMUN KENYATAAN KU TAK BISA. MAAFKAN AKU TERLANJUR MENCINTA." Liam memejamkan matanya dengan tangan berada di depan dada. Seolah menghayati lagu yang dia nyanyikan.
"Yam diem anjir! Jangan sampe sepatu gue melayang ya!" sinis Saga, menutup telinganya lalu berjalan lebih dulu.
"Yang kalem emang bahaya kalo marah." sahut Erlangga, tertawa keras. "BWAHAHA KASIAN BANGET YA LAGUNYA PACAR-PACAR GUE DI COVERIN LIAM JADI KAYA SUARA GAJAH KEJEPIT. BENER-BENER SI LIAM." Erlangga menggeleng tidak percaya.
Liam tersedak, lantas memukul bahu Erlangga keras sampai cowok itu mengadu. "Sembarangan lo! Yang ada makin viral di coverin sama gue. Pakboi cakep dengan suara merdu."
"Merusak dunia!" cibir Kennan.
Erlangga tertawa, melihat wajah iba Liam entah mengapa membuat jiwa julid Erlangga makin berkobar. Namun tak lama tawa itu surut, di gantikan dengan cengiran lebar begitu melihat seseorang yang tengah berjalan menuju perpustakaan.
"Gue cabut dulu. Nanti nyusul ke kantin."
Sebelum di berondong pertanyaan dari Liam, Erlangga langsung berlari menjauh. Mengabaikan teriakan Liam di belakang sana bersama Kennan.
Erlangga melangkah cepat menuju Alvina yang jaraknya sudah tak jauh darinya. Begitu satu langkah di depannya Erlangga langsung merangkul bahu gadis itu membuat Alvina tersentak kaget.
"Lepas!" ujar Alvina seraya menepis tangan Erlangga dari bahunya. Alvina menjaga jarak.
Namun bukan itu solusi yang tepat. Sebab, semakin Alvina menjaga jarak semakin gencar pula Erlangga mendekatinya.
"Cewek cantik amat." ujar Erlangga yang tidak di tanggapi oleh Alvina.