'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan'
---
Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namanya perasaan bukan untuk sebuah candaan. Jadi jangan pernah main hati kalau tidak mau tersakiti.
~ PRESSURE ~
"ALVINA ALVATHA!! SI GADIS CANTIK MEMPESONA!!"
"EAAA!!"
Seorang cowok berdiri di tengah-tengah lapangan. Berteriak lantang dengan pandangan mengarah ke seorang gadis yang tengah berjalan tergesa-gesa akibat seretan dua sahabatnya.
"Ayok Al jalannya cepet!" kata Sheryl begitu mereka sudah berada di sudut lapangan.
Alvina mendengus kesal. Dia membiarkan tangannya di tarik begitu saja oleh Sheryl dan Fidelya menuju tengah lapangan dengan terpaksa. Tatapan tajam Alvina layangkan pada seorang cowok yang tengah memandangnya penuh rasa suka dan senyum di bibirnya. Dia, Erlangga Edward Arsenio.
Tepuk tangan bergemuruh begitu juga siulan-siulan menggoda tak dapat di lewatkan dari siswa-siswi SMA Cakrawala yang sedang menyaksikan pertunjukkan yang di buat oleh Erlangga di tengah lapangan.
Satu kata yang terlintas di benak Alvina saat gadis itu berdiri berhadapan dengan Erlangga. Memalukan!
"Maksud lo apa?!" tanya Alvina dengan nada tidak suka dan terkesan dingin.
Sebelumnya Alvina tidak kenal dengan cowok di depannya yang tengah menyengir lucu. Dia hanya sekedar tahu sebab kepopulerannya yang merajalela. Apalagi secara tiba-tiba Alvina menjadi tokoh sorotan kedua akibat ulah yang di perbuat oleh Erlangga. Dan Alvina benci seseorang yang sok kenal dengannya.
"Jangan marah-marah dulu cantik." ucap Erlangga seraya mencolek dagu Alvina genit. Namun Alvina segera menepisnya dengan kasar membuat Erlangga terkekeh pelan.
"Gue tanya ini maksudnya apa?!"
"Sabar dong beb. Nggak sabaran banget sih kamu."
Alvina berdecih pelan. "Jangan panggil gue kaya gitu!"
"Terus maunya apa? Sayang? Baby? Manis? Sweety? Atau Cinta?"
"Jijik!" Alvina bergidik ngeri.
Sementara Sheryl dan Fidelya tertawa. Begitupun ke tiga sahabat Erlangga yang tengah duduk di bangku yang sudah tertata rapi di belakang badan cowok itu. Tujuh bangku dengan masing-masing orang membawa sebuah kertas berhuruf hingga membentuk suatu kata 'I LOVE YOU'
Alvina mendengus geli. Hanya melihat sebuah tulisan saja berhasil membuat badannya merinding tiba-tiba.