Happy reading ya readers :^
Dont be silent readers :)
*
*
*
*
*
Livia menatap nanar ke arah sepasang kekasih itu. Gejolak aneh semakin menyerangnya."Kak?" panggil siswi itu membuyarkan lamunan Livia.
"Eh-oh thanks ya," balas Livia, siswi itu mengangguk dan beranjak keluar dari ruang kesehatan.
Livia memakan bubur pemberian Arsya, dengan menepis pertanyaan serta perasaan tak masuk akal yang melintas di kepalanya.
***
Rintik hujan begitu ringan turun membasahi jalan raya, seakan menjadi pemandangan yang menemani gadis mungil itu. Livia sedang mengerjakan tugas matematikanya di sebuah cafe, karena ia akan merasa suntuk di rumah, lagipula ia merasa badannya sudah membaik.
Satu persatu soal deretan angka dengan rumus rumus menyebalkan itu ia baca, tapi nihil! tetap saja yang namanya matematika tak akan mudah masuk ke otak seorang Livia sastrayana.
Suara bel yang tergantung diatas pintu Cafe berdenting, menandakan ada seseorang. Masuklah laki laki dengan tubuh tegap itu, matanya menjelajah isi Cafe, rambutnya sedikit basah mungkin karena gerimis diluar.
"Hai," sapa nya pada gadis yang masih sibuk dengan buku didepannya.
Livia mendongak. "Kak Satya?"
Satya menarik kursi dan mendaratkan bokongnya. "Sibuk banget? tugas apa?" basa basi Satya.
"Matematika," singkat Livia.
Satya mengamati gerak gerik Livia, jari dan bulu mata yang sama sama lentik itu harusnya masih ada di genggamannya, rasa penyesalan itu masih ada.
"Kak?" tegur Livia saat melihat Satya mengamati dirinya.
"Kok kakak ngliatin aku kayak gitu?"
Satya menggeleng. "Eehh-ada yg bisa gue bantu?" tawarnya.
Mata Livia berbinar, "Tentu," Livia menyodorkan kertas tugasnya dan Satya segera mengerjakan tugas Livia, kalian taulah otak Livia bumpet kalau di matematika, sedangkan Satya semua materi dikuasai sama seperti Arsya.
25 menit mereka berkutat di cafe, tanpa mereka sadari sepasang mata mengamati mereka dari titiknya.
"Uuh...makasih ya kak, kalo gak ada kakak mungkin aku gak selesai," ucap gadis manis ini.
Satya mengangguk,
"Yaudah. Aku balik duluan kak, udah sore. Babay," Livia melangkah keluar dari Cafe. Tapi tak berapa lama Satya mengikutinya dari belakang, melihat hal itu seseorang misterius itupun keluar dari persembunyiannya dan mengikuti mereka berdua.
Merasa ada yang mengikuti, Livia menoleh kebelakang. "Kayak ada syaiton," ucapnya. Ia bergidik ngeri dan mempercepat langkahnya.
Tepat saat Livia harus melewati jalan sepi, seseorang menyergapnya dan membungkam mulutnya membuat Livia meronta untuk melepaskan diri.
"HEMPPHHH," racau Livia tak jelas, tapi tak lama cekalan tangan itu mengendur membuat Livia memberanikan diri untuk menoleh.
"Sam? kok...?" Livia bingung sendiri memandangi sosok yg tergeletak tengkurap tak terlihat wajahnya itu dan Sam secara bergantian.
"Gak penting, ikut gue!" Sam menarik tangan Livia, hingga sampai di depan Komplek rumah Livia.
"Sam? ada apa tadi?" cerca Livia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Promise [On Going]
Roman pour AdolescentsGak ngikutin Up nya nyesel loh, xixixi🔫 Cinta tidak memiliki maksud Cinta bukan sandiwara Cinta adalah rahasia antar waktu dan prahara. Prahara yang menuntut sebuah pilihan! Arsya memejamkan mata menahan amarah "GUE BUKAN BERLINDUNG DIBALIK KEBOHON...