Chapter 15

83 17 4
                                    

Selamat datang kembali readers....
C'mon baca dan resapi
*
*
*
*

//Menghargai itu satu kata ringan dalam ucapan, namun berat dalam tindakan//

*
*
*

"Jum'at kalian bisa?" tanya Freya. Ketiganya mengangguk. "Oke, lo bilang ke Zain kita siap Tet," ucap Freya pada Teta.

Tiga hari ujian dilewati para murid dengan tenang dan fokus dengan soal soal di depan mereka. Tinggal beberapa hari lagi ujian awal semester akan selesai.

Hari ini mapel Bhs.inggris...

"Vi?" panggil Arga berseru pelan karena yang dipanggil sedang tidur, atau pura pura tidur.

"Hmm?" gumam Livia.

"Lo udah selesai?" tanya Arga dan Livia mengangguk. "Bantuin gue, gue gak paham bahasa inggris," lirih Arga.

Livia mengangkat kepalanya dari meja dan menukar soalnya dengan soal milik Arga. Satu persatu soal dijawab Livia hingga selesai.

"Thanks adik baik," ucap Arga.

"Ini yg lo maksud bayaran?" tanya Livia dan Arga mengangguk sebagai jawaban.

Setidaknya bukan bayaran uang yang diminta Arga melainkan hanya timbal balik saling membantu. Sekarang adalah H-1 tes pramuka, yang berarti akan ada rapat seperti yang dikatakan Zain lewat teta beberapa hari lalu.

"Rapat dimana?" tanya Livia.

"Pakai ruang osis aja kata Zain," jawab Teta.

Mereka berempat berjalan menuju ruang osis dan benar saja Zain sudah ada disana dengan alat tulis didepannya.

Saat ingin masuk, Livia mendapati sosok yang sangat ingin ia temui karena janjinya.

"Bapak? hehe," panggil Livia. Pak Geo menoleh.

"Ya Livia? ada apa?" tanya pak Geo.

"Itu lo pak, mbak Sri," Livia memberi kode.

"Mbak Sri kenapa? cari saya?"

Livia membatin sendiri, apakah gurunya ini sedang pura pura lupa atau memang benar benar lupa?

"Ah bapak, katanya mau kasih mi ayam mbak Sri."

"Kok kamu inget? bapak lupa," balas pak Geo yang membuat Livia mengernyit bingung.

"Karna bapak tua," sergah Livia.

"Anak pintar," puji pak Geo dan memberikan uang duapuluh ribu kepada Livia.

"Makasih pak Geo comel," Livia tersenyum lebar dan masuk ke ruang osis menyusul teman temannya. Untung pak Geo tidak marah, bagamana bisa murid mangatakan bahwa gurunya comel.

Rapat dibuka oleh Zain dan mulai mendiskusikan mengenai materi dan soal untuk ujian besok.

Di ruang ekstra.

Chariot!...Joonbi!...

Aba aba dari sang sabeum (pelatih taekwondo) terdengar melengking di ruang latihan, dimana Arsya juga sedang serius memperhatikan sabeum. Dan gadis berperawakan mungil tengah duduk di pinggir lapangan mengamati sang kekasih yang sedang berlatih.

"Arsya!" panggil Carlota geram. Gadis ini merasa jengah menunggu hanya dengan bermain ponsel milik Arsya kekasihnya.

Arsya limbung karena kuda kudanya tak seimbang.Tentu saja panggilan dari Carlota membuat Sabeum terganggu.

Between Love & Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang