Chapter 18

74 15 3
                                    

Up nya kelamaan Y?
Terror aja authornya :v
lemparin pake bintang
Sembur pake komen wkwkwk
*
*
*
*

'Ohhh...ngerjain nih? oke gue jabanin!' ucap batin Livia.

Livia berdiri dan melangkah menjauh dari Arsya, sedangkan Arsya yang merasa Livia tak ada disampingnya pun membuka matanya perlahan, memastikan kemana perginya gadis itu. Mata Arsya menelusuri pot pot tumbuhan bonsai, barangkali Livia bersembunyi disana.

Livia berjalan buru buru menghampiri Arsya kembali dengan sebotol air mineral di tangannya, Arsya langsung memejamkan matanya lagi secepat mungkin sebelum Livia mengetahuinya.

"Sya, lo minum ya. Banguuuuun hiks..." lirih Livia sembari membuka tutup botol.

Livia menuangkan air ke dalam mulut Arsya perlahan.

Arsya sontak bangun ketika air itu menyentuh lidahnya, "Uhuk...uhukk...ehekk..."

"Pffttt...Alhamdulillah sadar," gurau Livia dengan menahan tawanya.

"Air apa?" tanya Arsya.

"Eumm...air biasa sih, cuma gue tambahin bumbu," jelas Livia dengan santainya.

Flashback On

Livia mengambil air minum di tasnya, lalu berjalan cepat menuju dapur rumah sakit dan memohon untuk meminta garam.

"Pak, temen saya butuh garem pak, Hidupnya gak berasa katanya, makannya mau saya garemin."

"Modal dong nak," ucap bapak-bapak yang ada di dapur. Bapak itu memasukan sesendok garam ke dalam botol Livia.

"Sedekah dong pak," balas Livia. Setelah mendapat apa yang dia inginkan, Livia segera kembali pada Arsya.

Flashback off

"Licik!" cetus Arsya.

"Eh! lo lebih licik ya! gue tau lo pura pura pingsan, bikin khawatir tau nggak!" cibir Livia.

Arsya menatap tajam kearah Livia, "Khawatir?" beo Arsya sembari menaik turunkan alisnya.

Livia mengangguk cepat.

"Iyalah! ogah gue masuk penjara tuduhan pembunuhan!" sembur Livia.

'Gak ada manis manisnya tuh mulut' rutuk Arsya dalam hati.

"Gue tau lo ngomong khawatir itu tulus," balas Arsya santai.

"Dihh...udah! buruan kita liat mama lo udah bangun apa belum," Livia bangkit dari duduknya.

"Gue juga tulus ngajak lo sahabatan," tahan Arsya.

"Halah, udah ayok buru!!" kilah Livia.

'Kacang teross!!' gerutu Arsya dalam hati.

Arsya hanya pasrah dan mengikuti langkah gadis mungil di depannya ini. Mereka kembali memasuki ruang rawat Meira.

"Mama udah bangun?" sapa Arsya saat memasuki ruangan dan dibalas senyuman dari wanita itu.

"Halo tante, ketemu lagi," Livia menjabat tangan Meira.

"Kamu temennya Arsya yang pernah main ke rumah ya?" tanya Meira.

"Bukan temen," sahut Arsya, apalagi yang akan keluar dari mulut cecunguk satu ini.

"Dia senior Arsya ma," lanjut Arsya. Livia menarik nafas lega. Ingin rasanya ia mengumpat.

"Ooh...Arsya pasti suka ngelawan ya? suka ngebantah? soalnya dia emang gitu anaknya. Kadang nurut kadang kolot," cerocos Meira.

"Iya tan, memang," sahut Livia setuju. Arsya terbengong mendengar jawaban Livia. Bisa bisanya gadis ini blak blakan di depan mamanya. Tidak bisakah dia sedikit menjaga image Arsya didepan mamanya.

Between Love & Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang