//Sesuatu yang baru itu harus dicari tahu! bukan hanya ditunggu//
***
"Aaaaaaaaaaa...!!! mommy!!! tolongin Livia!!" suara yang memekakkan telinga ini membuat orang didepannya semakin mendekat dan membuat Livia makin gencar berkomat kamit mengucap mantra...eh do'a maksutnya.
"Heh! buka mata lo! gue cogan bukan dedemit," kata orang tersebut.
Perlahan Livia membuka jari jarinya,menampakan sosok kakak kelasnya yang kini menatapnya intens.
"Hufttt, kak Arga lo bikin gue jantungan tau gak!" sungut Livia.
"Justru suara lo yang kayak trompet jadul itu yang bikin gue kaget."
"Bodo'! btw lo lagian ngapain sih kak jalan sendirian ke tempat sepi lagi, dibawah kan rame," tutur Livia, sambil menunjuk pelataran bawah yang ramai karna persiapan peserta MOS untuk sholat.
"Gue laper," jawab Arga singkat mengingat tenaganya terkuras.
"Ya makan lah! malah ngacir kesini."
"Makannya lo jadi orang tuh yang uptudate! makanan udah abis, sisa nasi bungkus doang, itu juga yang boleh ambil cuma anak anak mos," celoteh Arga.
"Ha? serius masa?" tanya Livia dengan wajah cengo.
"Bodo!" kekeh Arga.
"Kan gue belom makan, ntar gue makan apa dong?"
"Tuh lo megang air."
"Kembung gue minum air doang," Livia mengerucutkan bibirnya, ia merasa sangat lapar, makanan habis, Livia hanya bisa menggerutu dalam hati hingga satu suara lantang menginterupsi.
"Kak!" panggil seseorang, Livia dan Arga saling melempar pandang lalu melihat ke pelataran bawah nampaklah segerombolan anak anak cowok, tepatnya peserta mos juga.
"Hoe!" sapa Arga dengan melambaikan tangan.
"Kalian berdua ngapain diatas kak?" tanya salah satu dari 5 anak itu, Livia dan Arga bingung dengan pertanyaan ambigu itu, mereka nethink mungkin.
"Oh, eh-kita ngobrol doang," jawab livia gugup dengan langkah cepat menarik Arga untuk mengikutinya ke bawah.
"Oh, kebagian makan gak?" tanya anak itu lagi.
"Gak." jawab Livia asal ceplos.
"Nih masih ada 2 bungkus," kata anak lain dengan menyodorkan dua bungkus nasi. Sekilas livia melirik name tag anak itu, 'Ar....' tidak terlihat jelas, ya iyalah malem gelap.
"Gak usah, buat kalian! ntar ada makanan cadangan dari panitia," sahut Arga setelah menginjak kaki Livia sehingga membuat sang empunya meringis.
"Selow aja kalik, gue sama temen temen udah makan, lo berdua aja yang makan kalau gak pengen kelaperan," tutur anak itu dengan menaruh paksa bungkusan nasi ke tangan Livia.
'Amit amit ni anak songongnya kek anaknya juragan empang' batin Livia.
"Thanks," jawab Livia ketus.
"Kalian kalau udah selesai makannya, langsung ke aula ada pengarahan dari pembina bentar lagi mulai," titah Arga.
"Oh udah kok, guys keatas yok!" ajak anak lain yang sedari tadi diam.
Mereka berjalan beriringan dengan gaya sok rangkul rangkulan, terkecuali anak yang tadi menyodorkan nasi ke Livia berjalan mepet ke arah Livia.
"Gak usah sok galak jadi senior!" ucapnya lirih disamping Livia yang masih bisa Livia dengar.
Livia menatap punggung 5 anak anak cowok tadi yang makin hilang ditelan malam dengan perasaan heran. Tak lama ia menepis perasaan tak penting itu dan mengajak Arga untuk segera menyantap makan malam ala kadarnya itu.
Malam telah berganti oleh pagi yang masih menyamai malam, pukul 04.00 pagi. Livia terbangun karena suara lonceng yang sengaja dibunyikan untuk membangunkan para murid dan bergegas sholat subuh.
"Hoamm...aduh gue masih ngantuk!" keluh Livia dengan mata setengah terbuka.
"Cepetan Liv! lo senior tuh harus jadi panutan," ucap Freya.
"Kayak dukun jadi panutan," celetuk Livia.
"Dih! dih jadilah manusia berguna bagi nusa! bangsa! agama! indonesia merdeka!" celoteh Teta.
"Lo bener, gue harus menjunjung tinggi senioritas!" sahut livia bersemangat diikuti cengiran deretan gigi putihnya.
"Senioritas itu lagu ya Liv?" tanya Teta.
"Itu senorita ogeb!" ucap Livia menonyor jidat Freya.
Mereka pun berjalan menuju kamar mandi yang terlihat masih antri, maklum kamar mandi cewek cuma 10 dan cowok cuma 6 ya gini deh, Livia berjalan sempoyongan dibelakang Freya, Livia pun memutuskan untuk duduk dulu tanpa sepengetahuan ketiga sahabatnya yang sudah ngacir didepan.
Disisi lain...
"Lah Livia kemana? kok dia ngilang?" Freya mengedarkan pandangannya mencari Livia.
"Perasaan tadi di belakang gue deh?" Freya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal hingga seseorang menepuk pundak Freya.
"Eh Fre! Livia mana?" tanya arga.
"Eh kak Arga? gatau kak, tadi dibelakang gue tiba tiba ilang."
"Thanks, gue cari Livia dulu Fre."
"Iya kak."
Arga menemukan Livia yang tengah bersandar di kursi yang tak jauh dari kamar mandi, nampak Livia yang melipat kedua tangannya untuk bantal, tidur duduk, itulah yang Livia lakukan sekarang hingga ide jahil pun terlintas di kepala Arga.
"Dasar kebo! gue kerjain tuh anak," lirih Arga.
Lalu ia berjalan mengendap endap di belakang Livia setelah semakin dekat Arga mengacungkan jarinya untuk hitungan mundur.
"Tigaaa...duuuaaa...sattt...," hitungan Arga terpotong, saat sebuah tangan kekar membungkam mulutnya.
"jangan lupa kalau ada typo di komen ya readers,,,he he he kalau ada saran masukan bakal aku terima dengan senang hati kok. 😅💓"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Promise [On Going]
Novela JuvenilGak ngikutin Up nya nyesel loh, xixixi🔫 Cinta tidak memiliki maksud Cinta bukan sandiwara Cinta adalah rahasia antar waktu dan prahara. Prahara yang menuntut sebuah pilihan! Arsya memejamkan mata menahan amarah "GUE BUKAN BERLINDUNG DIBALIK KEBOHON...