HALO READERS!!!! :)
MAAFIN AUTHOR YA BARU BISA UPDATE :( SEKALI LAGI MOHON MAAF YA :(
AUTHORNYA LAGI SIBUK MENCARI MONEY WKWK...
YUK BACA :)
*
*
*
*
*Arsya merogoh tasnya, "Nih. Pake lagi." Arsya menyodorkan jam tangannya. "Kemaren lo lempar ke gue."
"Gak usah," balas Livia.
"Jam warna pink punya lo masih gue bawa," ucap Arsya. Tak sengaja Arsya melihat mata gadis disampingnya ini membendung cairan bening yang ingin tumpah. Namun, ditahan oleh sang empunya.
"Ada tisu?" tanya Arsya.
"Di tas."
Tanpa permisi Arsya membuka tas Livia. Namun, bukan tisu yang Arsya temukan, tetapi benda kotak empuk berbungkus plastik pink.
"Ada pembalut," ucap Arsya tanpa canggung sekalipun.
Livia melotot tajam. "ARSYA! ngapain liat itu sih Sya! malu tauk!" Livia benar benar malu saat ini.
"JANGAN DISENTUH!" pekik Livia saat Arsya hendak mengeluarkan benda itu.
"Ngapain malu?" tanya Arsya santai.
"Ish! ARSYA ITU TUH JIMAT NYA CEWE!" ucap Livia penuh penekanan.
"Itu gue selalu bawa buat jaga jaga aja! namanya juga cewek, kalo gue dapet ngapain tadi gue sholat bareng lo!" sambung Livia.
'Katanya malu, kok malah dijelasin sih,' Arsya terkekeh dalam hati.
"Mau tau sesuatu?" tanya Arsya. Livia menoleh dan seolah menunggu Arsya memberi tahunya.
"Kalo di halte ini, terkenal horror, angker--"
Bugh...
Livia menabok wajah Arsya dengan tas nya, ia kesal dengan mulut Arsya yang berusaha membuat dirinya takut.
"Setahu gue sih..." Arsya menggantung ucapannya dan detik berikutnya Livia malah sudah lari terbirit birit membuat Arsya tertawa dan segera menyusulnya.
Hari yang cukup menyenangkan bagi Arsya.
***
Ruangan dengan nuansa pink dan putih itu terlihat sedikit berputar di dalam penglihatan Livia. Pusing, mual dan lemas, entah apa yang terjadi padanya.
"Sshh...gue kan gak makan dari pagi," ia memegang perutnya yang terasa nyeri.
Nyeri itu semakin menyeruak di dalam perutnya, rasa perih ikut menghantam perutnya. Ia berusaha bangun dari tempat tidur karena ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.
Arsya : Jangan benci Oma, jangan emosi.
Livia membaca pesan tersebut. Tak sanggup untuk membalas Livia memilih memejamkan matanya dan berharap perih diperutnya segera hilang.
Sinar matahari mulai menerpa kelopak mata Livia yang masih terasa berat, nyeri diperutnya sudah sedikit reda meskipun masih terasa sakit. Dengan cepat ia bersiap ke sekolah.
"Liv? lo kenapa lagi?" tanya Freya setelah memasuki gerbang sekolah.
Livia menggeleng. "Apaan sih, i'm fine. Ok!" jawab Livia.
"Ngeles aja lo! keliatan kalik!"
Livia menghela nafas. "Gak tau, semalem nyeri perut gue. Sekarang masih mual sih."
Freya menghentikan langkahnya di depan pintu kelas. "LO HAMIL!?" pekik Freya membuat seisi kelas menoleh kearah pintu.
Tabokan keras berhasil mendarat di mulut Freya. "Lo gila ya!" geram Livia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Promise [On Going]
Fiksi RemajaGak ngikutin Up nya nyesel loh, xixixi🔫 Cinta tidak memiliki maksud Cinta bukan sandiwara Cinta adalah rahasia antar waktu dan prahara. Prahara yang menuntut sebuah pilihan! Arsya memejamkan mata menahan amarah "GUE BUKAN BERLINDUNG DIBALIK KEBOHON...