Baca dengan hati kuy...
Dapet feel nggak di chapter sebelumnya?
Di chapter ini?Oh lets read before you giving a star to vote 🌟
Di ruangan berbau obat obatan itu Arsya hanya diam mendengar ocehan Livia yang masih ngomel karena dirinya tidak mengizinkan Livia pulang. Livia hanya diam hingga pagi menyapa dan Livia pun sarapan tanpa berbicara dengan Arsya.
"Minum obatnya," suruh Arsya.
Livia hanya memalingkan wajahnya, bosan sekali ia menatap pil pil itu. "Lo aja yang minum."
"Gue gak penyakitan," Arsya mengambil segelas air.
Livia menoleh, "Oh, jadi kesimpulannya gue penyakitan gitu?" Livia tertawa sinis "Gak usah lo ngomong juga gue udah tau Sya," lanjutnya.
Arsya duduk dan menatap Livia, "Gue gak ngomong gitu," respon Arsya, ia rasa dirinya sudah salah bicara.
"Tapi kesimpulan dari omongan lo itu gue penyakitan, IYA! gue tau! apa lo pikir gue mau kaya gini? lo pikir gue suka sama bau obat obatan, lo pikir gue suka sama jarum ini!?" ucap Livia menggebu gebu.
"Hey, gue ngomong diri gue sendiri. Sama sekali gue gak ngatain lo."
"Gue juga benci sama diri gue sendiri saat gue lemah!" Lirih Livia dan setetes air matanya lolos.
"Bersyukur tuhan kasih lo sakit, karna saat kayak ginilah lo bisa tau siapa yang selalu ada dan siapa yang cuma sementara," Arsya bangkit dari duduknya mengambil buah pisang.
"Mamaa hiks..."
Arsya mengangkat senyumnya, 'Anak mama emang,' batin Arsya.
"Gak usah ngebatin kalo gue anak mama!" seru Livia seakan tau isi batin Arsya.
'Cenayang' lanjut batin Arsya.
"Gue juga bukan cenayang, ngatain gue mulu!"
Arsya mengupas pisang tersebut, "Bener bener ya lo, buset! bener mulu dari tadi."
"Bhahahahahahha..." Livia tertawa mendengar penuturan Arsya.
"Ketawa sih?" Arsya bingung.
"Baru kali ini gue denger lo ngomong busett haha buset hahaha adududuhh kocak."
"Receh,"
"Iya maaf gue terlalu receh buat lo yang dollar!" sungut Livia.
Arsya hanya menggidikan bahu dan melahap pisang yang dikupasnya.
"Eh? lo makan?" tanya Livia.
"Salah? gue ngambil sendiri, ngupas sendiri kan? bukan nyuri juga."
"Gue kira lo ngupas buat gue," Livia cengo, begitupun dengan Arsya.
Arsya menatap pisang ditangannya yang sudah habis satu gigitan "Lo mau?" tawar Arsya sembari menyodorkan pisang kearah Livia.
"Dari kemaren nawarin sisa mulu! lo kira gue kucing," celoteh gadis itu.
"Kucing dirumah gue gak makan sisa. Makannya bandeng presto sama susu beruang," ucap Arsya ngaco.
"Lo punya kucing?"
"Nggak."
"Trus?"
"Kucing tetangga maling didapur, terus gara gara tuh kucing nyolong bandeng nya mama jadi gue yang kena semprot," tuturnya.
"He he he he garing sih...tapi ngakak bwahahhahahaha," tawa Livia kembali terdengar.
"Tadi sahabat sahabat lo kesini pas lo masih tidur, gue suruh langsung ke sekolah aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Promise [On Going]
Ficção AdolescenteGak ngikutin Up nya nyesel loh, xixixi🔫 Cinta tidak memiliki maksud Cinta bukan sandiwara Cinta adalah rahasia antar waktu dan prahara. Prahara yang menuntut sebuah pilihan! Arsya memejamkan mata menahan amarah "GUE BUKAN BERLINDUNG DIBALIK KEBOHON...