Chapter 15 : The Revenge pt 1

3.1K 415 122
                                    

A/N : Diperingatkan bagi kalian pembaca yang baik hati dan berbudi luhur para cecan atau cogan untuk meninggalkan jejak, berupa bintang dan komen nya. Atau kalau kalian males, cukup baca dan gausah aneh-aneh dengan komen "Next" atau "Next ka/author" kalau sampai ada komen kek gitu jangan salahkan saya atau Ka Xia untuk gak update bukan hanya berbulan-bulan mungkin dlm jangka waktu yang gak ditentukan bisa aja setahun.

@FIXiaLeixue sudah setuju dengan itu selaku teman collab aku, dan @wulanratna19 itu paling tau aku kek gimana di RL. Inget jadi author itu gak mudah, kalo masih ngeyel coba aja sendiri.

Enjoy the story minna-san

Phoenix Malfoy

Ketika berita mengenai Lady Slytherin yang diserang oleh Prefek Gryffindor dengan cepat menyebar luas sesaentro Hogwarts. Banyak bisik-bisik dan juga spekulasi yang bertebaran dikalangan para siswa, hantu ataupun lukisan, sementara para profesor tidak berbeda jauh dalam halnya bergosip namun diwajah mereka sama yakni terlukis sebuah kekhawatiran dan juga simpati. Karena bagaimanapun Phoenix Malfoy adalah siswi cemerlang yang dimiliki Hogwarts serta bersikap sopan dan rendah hati, meski kata-katanya bisa sangat tajam bila diusik.

Sementara itu Albus Dumbledore sebagai kepala sekolah terlihat tidak puas dan juga marah meski amarah itu disimpan baik dengan topeng kakek yang lembut dan ramah, namun masih ada retakan kedengkian disana. Ia mengutuk Prefek Gryffindor yang menyerang Malfoy termuda itu, bukan karena simpati tetapi dengan adanya insiden tersebut menjauhkan cengkramannya terhadap anak tersebut, dan ia tidak bisa menjadikannya pion berguna untuk tampuk kekuasaan yang harusnya masih bertahan lama ditangannya. Belum habis kekesalannya floo dikantornya meraung dan kepulan asap hijau memenuhi perapian tersebut, lalu munculah sang wakil yakni, Profesor McGonagall yang membersihkan jelaga dijubahnya dan berjalan tegas kearahnya dengan raut wajah yang keras, mata menyipit tajam dan rahang yang terkepal erat.

"Ah Minerva, suatu kesenangan kau mengunjungiku, ada apa?" ujarnya ceria dengan binar dimata birunya, amarah yang tadi menggelegak ia simpan rapat-rapat.

"Kau! Aku sudah muak Albus, berani-berani nya kau memberi keringanan pada pelanggar aturan. Meski anak singa adalah anak asuhanku bukan berarti mereka harus lolos begitu saja setelah kekacauan apa yang mereka buat." Raung Minerva sambil menunjuk Dumbledore yang masih nyaman dikursinya.

"Mi-Minerva apa yang terjadi? Bisa kau jelaskan padaku?" Albus memasang raut kebingungan dan tidak tahu apa-apa.

"Aku mendapatkan laporan dari Severus mengenai Ronald Weasley dan teman-temannya seperti Dean Thomas dan Seamus Finnigan mengganggu Slytherin bahkan sampai melukainya, mereka juga tidak segan melukai yang lain bila ada yang berteman dengan Slytherin bahkan bila itu dari asramanya, Percy Weasley yang menjadi teladan anak-anak singapun hanya diam menonton bahkan kini anak itu berani membuat Miss. Malfoy dilanda syok karena mentalnya terguncang akan tindakan tidak senonohnya." Gusar profesor transfigurasi itu, namun amarah dari wanita yang biasanya tenang ini belum surut dan terlihat semakin berkobar hingga sihirnya meledakkan patung terdekat yang bisa dijangkau sihirnya karena amarah dan juga rasa gagal sebagai kepala rumah.

"Minerva sungguh aku tidak tahu, namun apa yang mereka lakukan mungkin hanya lelucon remaja laki-laki. Anak-anak cendrung bersifat impulsif, dan Severus hanya melebihkan saja. Soal Mr. Percy Weasley bisa kita bicarakan baik-baik. Lagipula bila anak Gryffindor terluka mereka bisa memberitahu mu selaku kepala rumah bukan Severus."

"Diam kau pak tua! Kalau mereka mau terbuka sedikit saja denganku maka aku dengan senang hati membantu, namun Percy dan Ron mengancam mereka untuk tidak memberitahu padaku hingga harus meminta bantuan ke Severus. Albus setelah aku berpikir dengan lama, ternyata kau itu semakin bias dan berprasangka"

Phoenix Malfoy [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang