Masih segar ingatan Phoenix akan pelecehan yang dilakukan profesor DADA nya yang kini sudah dikirim kealam baka oleh keluarganya dan sudah dua bulan Profesor Snape mengajar double potion dan pertahanan ilmu hitam, dan hari ini Kakek Tom berjanji untuk mengajar DADA namun sampai saat ini batang hidungnya saja belum kelihatan apakah ia lupa atau kenapa? Nix yang bersama Ginny di perpustakaan saat ini tengah bersembunyi disana karena malas dengan kelakuan para sepupunya dan Draco ditambah Daniel yang hobi sekali merusuh.
"Nix kenapa? Apa sakit? Kalau sakit ayo ke hospital wings atau istirahat saja di asrama nanti aku akan meminta ijinmu pada kepala asrama kita." Ujar Ginny melihat kakaknya, setelah kejadian Ginny yang tidak diakui Weasley dan Nix menolongnya gadis berambut merah tersebut menganggap Nix sebagai kakaknya.
"Aku tidak apa-apa Gin, bagaimana pelajaranmu ada yang membuatmu sulit?"
"Uhm tidak ada masalah, hanya saja banyak sekali tugas yang diberikan para profesor. Tapi itu bukan masalah karena Astoria membantuku"
"Baguslah kalau begitu dan ada yang mengganggumu?"
"Ehm tidak ada, anak-anak Slytherine membantuku dan Daniel melindungiku dari Gryffindor dan uhm Longbottom juga" ketika Ginny menyebutkan Longbottom pipinya bersemu merah, Nix menaikkan sebelah alisnya lalu menyeringai dengan jahil.
"He... adikku sedang naksir seseorang sepertinya. Siapa siswa yang ditaksirmu itu Gin?" Ginny semakin bersemu merah, dan gadis keturunan Malfoy itu makin gencar menggodanya dan menampilakan seringai jahil.
"Oya..oya..oya... aku tahu, Heir Longbottom dari Gryffindor bukan? Hmm pantas saja kemarin kau ku ajak ke asrama terlihat enggan, ternyata.."
"Aaa...Nix hentikan bukan s-seperti itu..itu..itu..ehm..eum...aduh.." Ginny tergagap dengan kedua tangan yang digerakkan dengan panik dan wajah makin memerah.
Gadis Malfoy itu hanya tersenyum dan berpendapat bahwa Ginny memang pantas bersanding dengan Neville. Phoenix atau dikehidupan dulunya adalah Harry, sudah berfirasat baik dengan keduanya dan merasa Ginny dengan Neville, terlihat serasi. Hanya saja Ginny tertutupi fakta bahwa Harry Potter adalah idolanya sehingga mengacuhkan perasaan yang sesungguhnya untuk Neville yang masih tumbuh namun belum terlalu kuat saat itu dihatinya yang masih mencari cinta sesungguhnya dan dahulu dirinya sebagai Harry mencari sosok ibunya dalam Ginny yang secara fisik seperti ibunya meski berbeda dalam warna bola mata dan sikap protektifnya.
"Ya...ya...ya... baiklah aku tidak menggodamu lagi. Aku hanya tengah memikirkan sesuatu" ujar Nix sayang. Rasa sayangnya pada Ginny masih tetap sama,platonic. Ia selalu menganggap Ginny sebagai adiknya. Hening menyambut mereka sesudahnya namun tidak beberapa lama, karena...
"Hallo Princess and My Queen, aku mencari kalian dimana-mana tidak tahunya kalian disini. Queen kamu kejam meninggalkan King ini yang kesepian dan Princess kamu harusnya beri tahu aku kalau bersama Queen." kedua gadis itu menoleh dan mendapati Raja Gryffindor yang menampilkan Prince Charming Aura yang mampu memikat para siswi diluaran sana jatuh cinta seketika, sementara Ginny hanya geleng-geleng saja dengan kelakuan narsis dari kakak angkatnya dan Nix hanya memutar bola matanya bosan.
"Daniel, bagaimana aku memberi tahu-mu? Harus lari-lari gitu ke asramu-mu, capek tau!"
"Adikku kejam hiks...hiks..hiks...kan bisa titip pesan gitu ke siswa yang lain biar aku menjemput kalin bagai pahlawan" Daniel memulai aksi dramanya, Phoenix sendiri merasa jengkel dan Ginny bergumam 'Ya Tuhan apa Daniel salah makan? Atau dulu kecil dia sering melihat drama picisan?' sambil tepuk jidat, gadis berambut merah itu menghela napas lelah.
"Katakan ada apa? Jangan sampai aku melemparmu pada basilik kalau tidak ada yang penting" ujar Nix dengan datar karena malas mendengar gombalan atau drama bocah Potter itu. Yah maklum Nix hari ini entah kenapa tengah badmood bila berdekatan dengan mereka kecuali terhadap para teman perempuannya dan Ginny ia merasa biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix Malfoy [Slow Update]
FanficSeingatnya dia sudahlah mati, terkena kutukan kematian yang dilontarkan Voldemort saat berduel dengannya dihutan kematian. Ia pun bertemu kepala sekolahnya dan menaiki kereta untuk menuju orang-orang yang disayangi yang telah direnggut sang kematian...