Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, kini mereka sudah menginjak usia sebelas tahun dan itu artinya pergi bersekolah ke Hogwarts, sekolah dunia sihir yang paling bergengsi se Britania Raya. Pada saat 1 September nanti mereka akan berangkat dan sekarang waktunya pergi ke Diagon Alley untuk membeli perlengkapan dan memilih tongkat
Akankah aku kembali dengan tongkat lamaku atau aku mendapat yang baru? pikir Phoenix dengan wajah melankolis dan senyum kecil yang terentang dari bibir mungilnya.
Selain tongkat, ada beberapa hal yang dipikirkannya. Salah satunya adalah asrama mana yang akan menjadi rumahnya selama tujuh tahun. Kakak kembarnya Draco sudah memantapkan pilihan ke Slytherin dan mengikuti jejak leluhur Malfoy.
Sejujurnya Nix ingin kembali ke rumah lamanya yakni Gryffindor, namun ia tak tega melihat ayahnya berharap banyak untuk berada di Slytherin atau minimal sebagai Ravenclaw. Mengingat leluhurnya tak begitu baik dengan asrama singa itu.
Phoenix tertawa mengingat kembali wajah ayah dan kakeknya,saat ia dengan santainya menyatakan bahwa tak masalah bila berada di Gryffindor dan mungkin dapat bersenang-senang disana. Seketika wajah ayahnya memucat dan sang kakek yang hampir terkena serangan jantung, akibatnya tentu saja membuatnya tak tega untuk memasuki kandang singa, meski sebelumnnya ia cukup menikmati dan terhibur oleh wajah terkejut dari dua senior Malfoy tersebut. Oh ayolah dulu saat ia masih Harry Potter memiliki harapan dan cita-cita ingin mengerjai orang angkuh yang sekarang ini menjabat sebagai ayahnya, jadi selagi ada kesempatan kenapa tidak diambil. Pikirnya mulai menjadi Slytherin tulen.
Hari ini pasangan Malfoy akan membawa dua kembar kesayangannya ke Diagon Alley untuk berbelanja. Bisa dipastikan para reporter akan menghujani mereka dengan kilatan blitz demi mendapatkan foto si kembar fenomenal buah bibir kalangan bangsawan pureblood, terutama putri bungsu yang sering digembar-gemborkan sebagai bintang keberuntungan keluarga Black dan Malfoy. Pasalnya para kuli tinta ini hanya bisa mendapat foto Draco yang memang cukup sering bepergian baik dengan sang ayah atau kakek sebagai pewaris. Sementara itu Phoenix lebih suka bersembunyi pada keamanan rumahnya, dipunggung orang tuanya dan di punggung Draco saat bepergian.
"Mum aku tak suka mereka" ujar Draco dengan suara datar, bukan karena apa. Dia kasihan melihat Nix yang selalu bersembunyi dibalik punggungnya, karena tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia menjadi teringat kala pesta ulang tahun mereka yang ke enam banyak sekali tamu undangan dewasa yang menarik kesana kemari kembarannya itu dikarenakan imut, salah satunya keluarga Potter dan Black tepatnya Sirius Black yang ingin memonopoli Nix mengingat itu membuatnya jengkel.
Narcissa melihat keseliling dan benar saja ada beberapa photographer yang siap membidik wajah Nix dengan kamera-kamera mereka hingga membuat anak bungsu nya tak nyaman. Lucius pun menjadi jengah kala perhatian tukang cari berita itu terpusat pada anak bungsunya. Dengan segera Lucius menjulurkan lengannya pada Nix
"Ayo sini Father gendong"
"Un" Nix mengangguk dan membiarkan sang ayah menggendongnya, segera saja ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang ayah, enggan melirik kesana kemari. Sedangkan Draco digandeng Narcissa. Keluarga Malfoy itu berlalu dari sana dengan wajah angkuh dan anggun khas mereka tanpa memperdulikan sekitar.
Sebenarnya di antara para reporter itu, pasti ada Rita Stekeer yang sangat berambisi mendapatkan berita tentang putri bungsu keluarga malfoy yang misterius itu, guna mendongkrak popularitasnya dan pasti pemasukan pada dompetnya agar tebal.
Phoenix sendiri,sebenarnya ingin membongkar rahasia Rita. Tapi kumbang itu masih bisa digunakan. Setidaknya diantara kesialan yang diberikan wanita menyebalkan itu, ada juga hal berguna yang bisa ia manfaatkan suatu saat nanti. Diam-diam bocah perempuan itu menyeringai seram akan rencana yang tersusun dikepala mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix Malfoy [Slow Update]
FanficSeingatnya dia sudahlah mati, terkena kutukan kematian yang dilontarkan Voldemort saat berduel dengannya dihutan kematian. Ia pun bertemu kepala sekolahnya dan menaiki kereta untuk menuju orang-orang yang disayangi yang telah direnggut sang kematian...