Sebagian besar orang pasti tidak ingin dihadapkan oleh situasi ini. Berpisah dengan orang yang kita sayangi bahkan untuk saling berkomunikasipun tidak bisa. Tidak rela? Kesal? Sakit? Sepasang kekasih itu akan mengalaminya.
"Jun kau yakin? Aku tidak mau. Bisakah kau tidak pergi?" Ucap si Wanita dengan kesedihan yang luar biasa.
"Maaf, Aku harus pergi." Si Pria menundukkan kepalanya. Sangat menyesal karena harus mengatakan berita buruk pada si wanita.
"Kenapa?" Si Pria sungguh tidak tega melihat wajah kekasihnya sekarang. Wanitanya itu terlihat bisa saja meledakkan tangisan bila tidak sengaja tersenggol .
"Tolong mengertilah. Kita berdua menginginkan satu hal kebahagiaan. Tapi, aku belum memilikinya Y/n ... Aku masih belum cukup untukmu."
"Aku tidak masalah jika kita harus bekerja keras di sini, Jun. kau tidak perlu sampai pergi ke Beijing."
"Y/n kumohon." Kata-kata itu membuat Si Wanita, Y/n hampir menumpahkan air matanya. sungguh dia tidak rela jika kekasihnya itu harus pergi dan lagi kondisi ekonomi Y/n yang tidak mencukupi untuk membeli sebuah handphone. kolot memang, tapi begitulah kondisinya.
"Baiklah. Lakukan sesukamu."
"Y/n, aku tidak akan membuatmu berjanji tapi kuharap kau menjaga hatimu sampai kita bertemu kembali." Y/n diam tidak menjawab. Jun akan pergi meninggalkannya dan entah kapan mereka akan bertemu lagi.
Jun yang sudah mantap melanjutkan studinya di Universitas ternama Beijing dan Y/n yang masih belum tahu ke mana dia harus melangkah.
"Boleh aku memelukmu?" Tanya Y/n. Jun merentangkan kedua tangannya membiarkan gadis itu datang padanya. Mungkin kedepannya mereka akan sangat merindukan pelukan ini.
"Maaf." Satu kata itu membuat tangis Y/n pecah. Entah bagaimana lagi hubungan mereka ke depannya. Namun untuk saat ini, Y/n tidak ingin melepaskan pelukan Jun.
***
Semenjak kejadian itu, Y/n tidak pernah lagi bertemu dengan Jun. Y/n sama sekali tidak tahu keadaan kekasihnya . Apa dia makan dengan benar? Apa dia baik-baik saja? Apa dia kesulitan? Y/n tidak tahu. Akhirnya dengan modal nekat Y/n memilih untuk meninggalkan daerahnya dan mempertaruhkan nasib di Shanghai. Dia tidak mungkin membiarkan kekasihnya kesulitan seorang diri untuk memberikannya kehidupan yang Layak.
Beruntungnya Y/n berhasil mendapatkan tunjangan beasiswa dari salah satu kerabatnya. Ia bisa melanjutkan kuliah di Shanghai, Salah satu kota metropolitan di negeri tirai bambu itu. Bekerja serabutan sembari kuliah lalu hidup dengan sehemat-hematnya. Semua itu adalah salah satu harapan Y/n yang ingin membantu perekonomiannya dengan Jun saat sudah berkeluarga.
Anggap saja Y/n adalah perempuan yang lugu atau bisa dikatakan naif, Karena hanya dengan modal kepercayaan, Y/n selalu bisa bertahan dari segala situasi. Dia selalu percaya bahwa Jun akan datang mencarinya nanti dan mengajaknya untuk hidup bersama.
"HWANG Y/N!" suara keras memanggil dirinya. Ah... mungkin bossnya sedang bad mood hari ini.
Buktinya dalam satu jam, Bossnya itu sudah memanggil nama Y/n sebanyak 15x hanya karena menurutnya hal yang dilakukan Y/n masih belum sempurna. SEMPURNA APANYA? Gelas yang sudah Y/n cuci lebih dari 3 kali, Meja yang selalu Y/n lap setelah digunakan oleh pengunjung café, lalu uang di kasir yang selalu Y/n cek ada kekurangan atau tidak. Apa lagi yang kurang?
"Ada apa, boss Boo?" Tanya Y/n menghampiri majikannya. Jujur saja dia sangat ingin menendang majikannya itu. Dia sangat CEREWET saat sedang bad mood dan sangat murah hati saat good mood.
"Lampunya agak redup. Coba kau cek." THE HECK! Memangnya apa urusan Y/n dengan lampunya? Bukannya dari berminggu-minggu yang lalu lampunya begitu-begitu saja? Lalu kenapa juga harus dia yang melakukannya, pada saat di café ini ada 4 pegawai yang bekerja di setiap shift
"Baik, Boss Boo. Saya akan mengeceknya."
'Sabar.. mari menunggu sampai Jun kembali.' SEE? sebesar itulah kepercayaan gadis China ini pada kekasihnya. Entah sampai kapan dia akan terus menunggu dan bersabar? Apa Y/n sama sekali tidak ada pikiran jika Jun mungkin tidak akan mencarinya
Y/n mengambil kursi yang lumayan tinggi dan mulai melepas bola lampunya dengan yang baru. Hal itu demi memuaskan Boss Boo yang sangat perfeksionis tingkat akut. Bagaimana bisa dia mengambil kesimpulan lampu yang dia pegang kini redup yang bahkan mata Y/n melihat lampu itu masih sehat. Apa boss Jeju itu punya mata elang? Atau dia punya mata seperti kucing? Bodo amatlah.
Selesai bekerja dan kembali ke Tempat tinggalnya, Y/n selalu menegarkan dirinya agar kuat. Alasan mengapa dia memilih ke Shanghai sedangkan Jun berada di Beijing agar pikirannya tidak berkeliaran mencari Jun dan lagi jika dia ikut ke Beijing dan bertemu dengan Jun mungkin saja dirinya akan menganggu pria itu.
"Aku tidak apa-apa. Bahkan Jika Jun akan melupakanku nantinya, setidaknya aku bisa bertemu dengannya dan yakin dia bahagia."
***
"HUWAAA.... MAMA! MAMA!" Suara melengking bersamaan dengan gangguan yang berasal dari anak kecil dengan pipi chubby. Sembari menarik-narik pakaian kerja wanita yang dipanggilnya Mama.
Wanita itu berusaha menenangkan tangisan anak laki-laki itu lalu menggandengnya memasuki café menemui seorang pria. Mereka berdua terlihat serasi dan harmonis. Begitulah pandangan Jun saat melihat wanitanya. wanita yang sudah ditinggalkannya selama bertahun-tahun.
Menatap sedih ke arah café itu selama lebih dari 30 menit. Tidak ada niatan untuk mendekat. Sampai pada akhirnya dia menyerah dan berbalik pergi.
"Ini salahku karena meninggalkannya terlalu lama." Jun bergerak menjauhi tempat itu. Tidak rela? Sangat.. Apa gunanya sekarang jabatannya? Kekayaannya? Sedangkan wanita yang ingin dia buat bahagia sudah tidak lagi membutuhkannya.
"WEN JUNHUI"
***
Hari libur dan aku masih sering datang membantu Boss Boo alias mantan majikanku. Hubungan kami sangat dekat, dia menganggapku sebagai adiknya dan begitu juga aku yang menganggapnya sebagai kakak. Aku juga diperlakukan sama oleh istri dari Boo Seungkwan. Bahkan oleh anak mereka alias keponakan angkatku. Dia sangat lucu, chubby dan jugacengeng.
"Aiyo.. kenapa menangis? Ayo masuk temui Appamu." Ucapku pada Boo kecil. Dia menangis keras karena mamanya pergi ke supermarket sebentar. Dasar cengeng tapi lucu. Kami memasuki Cafe dan menyerahkan Boo kecil pada Appanya. kami banyak berbincang dan Seungkwan tahu bagaimana kisahku termasuk Jun.
"Y/n... Coba kau lihat ke arah luar."
"Ada apa memangnya?"
"kau tidak sadar? Sejak tadi ada seorang pria yang menatapmu... Bahkan aku tidak yakin dia berkedip sejak tadi."
"Memangnya siapa orang bodoh yang mau berdiri di luar saat musim gugur. Kan dingin sekali." Aku melirik ke arah luar. WEN JUNHUI! Dengan segera aku berlari keluar berteriak memanggil namanya. dia berhenti. Mata kami bertemu. Momen yang ku pikir hanya akan ada dimimpi saja.
"WEN JUNHUI!'' Aku berlari. Waktu serasa berhenti pada saat ini. Aku berhasil menggapainya, memeluknya, melepaskan kesedihan selama beberapa tahun belakangan ini. Di musim gugur aku bertemu lagi dengannya. Kebahagiaanku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
End
Pertama kalinya bikin roman dengan bahasa kayak gini. I'll keep learning.