Sebelum kalian baca, author mau ngasih tau dulu. Cerita ini sama sekali tidak menjelekkan pihak manapun atau ajaran manapun. Kalau nggak suka, jangan di hujat ya. Pola pikir orang itu beda-beda.
"KAU DENGAR AKU?"
"MYUNGHOOO!!" Teriakku lantang. Rasanya aku ingin menjambak rambutnya, mencakar-cakar wajahnya dan menendang masa depannya. Ups, yang terakhir itu mari jangan di realisasikan.
Kembali ke teriakan tadi. Tolong jangan menganggapku gila dulu. Aku ini hanya mengikuti naluri wanita. Kalian harus mencoba berpacaran dengan pria teraneh di dunia.
Manusia yang random dan memiliki hobi-hobi aneh lainnya. Tambahan lagi, di awal pacaran dia tidak seperti ini! Entah ajaran sesat darimana yang mengubahnya seperti ini.
"Tenang Y/n." Ujar Myunghoo sembari melanjutkan aktivitasnya. Jangan berpikir aneh-aneh dulu. Yah walaupum aktivitas Myunghoo memang tidak ada yang normal menurutku. Maaf saja... kenapa dia harus bermeditasi di saat dia sendiri yang menyuruhku datang!
Lebih baik aku tidur di rumah saja."Jangan salahkan aku kalau aku menghancurkan tempat tidurmu." Ucapku dengan emosi yang ku tahan. Tanpa izin atau apapun, aku langsung melompat ke atas kasur Myunghoo.
Biasanya aku menjunjung tinggi yang dinamakan tata krama atau apapun itu. Tapi untuk hari ini, mari jangan memikirkannya dulu. Aku mau mendinginkan kepala!
Aku berguling-guling di atas kasur seolah-olah kamar ini adalah milikku. Aku menengok sebentar ke arah Myunghoo.... penasaran dengan hal apa lagi yang dia lakukan.
(-_- )
Aku jujur itu adalah ekspresiku sekarang ini. Posisi apa itu? Kaki menyilang, badan tegap dan kedua tangan di atas paha. Dia lagi bermeditasi? Bertapa? Mencari pencerahan atau ilham? Ketenangan?
Luar biasa.
Aku tidak bermaksud untuk menghina agama atau apapun. I mean, ini korea selatan oke. Atheis hal yang lumrah di tempat ini. Bukannya aku tidak suka pacarku beriman tapi Myunghoo juga sejalan denganku. Maksudku kami masih atheis.
Oke, lupakan. Aku akan melanjutkan acara guling-gulingku sekarang. Aku memainkan ponselku dan hanyut dalam duniaku sendiri. Aku suka saat-saat aku tersenyum sendiri hanya karena membaca komik yang baru saja keluar. Genre favoriteku itu romance. Walaupun dunia 2 dimensi memang berbeda dengan realita. Setidaknya aku bisa berimajinasi dulu.
"Kau kenapa?" Tanya Myunghoo padaku. Aku menatapnya sebentar dan mengabaikannya. Aku akan melanjutkan imajinasiku dulu. Sepertinya Myunghoo mengira aku gila karena tersenyum-senyum sendiri dihadapann ponselku.
"Y/n, Y/n." Oke apa sekarang? Dia menggoyang-goyangkan badanku disaat aku sedang sibuk berhalu-halu ria. Akukan sedang tidak menganggunya. Harusnya Myunghoo melanjutkan saja kebiasaan barunya dan aku lanjut dengan kegiatanku. Tapi, dia tidak berhenti mengangguku AISH...
"Mwo?" Tanyaku dengan kesal. Uhuhu.. pacar 2 dimensiku.
"Kau kenapa?"
"Aku tidak apa-apa. Lanjutkan saja kegiatanmu." Ujarku. Aku kembali fokus pada layar handphoneku. Ahaha... Dia belum pernah aku cueki kan. Biarkan aku yang mencuekinya sekarang.
Aku kembali tersenyum-senyum sendiri saat membaca bagian uwunya. Kukoreksi, aku berteriak seperti orang gila. Memukul bantal dan melemparnya. Myunghoo sampai menatapku aneh but i don't care.
"Y/n kau sedang balas dendam sekarang?" Pertanyaan aneh macam apa lagi ini. Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu, kekanakan. Eh, aku memang kekanakan sih. Aaa.. Gitulah intinya.
"Tidak."
"Jangan bohong." Duar! Rasanya diriku ingin merealisasikan kalimatku di awal. Bagaimana kalau kita mulai dengan menjambak rambutnya? Tidak, tidak. Tahan dulu. Ingat Y/n dia adalah pacarmu.
"Aku tidak bohong... AISH sudah sana jangan ganggu aku." Minghao tampak cemberut karena kuusir. Tiba-tiba, Minghao mengambil handphoneku tanpa permisi. Apa-apaan sih?!
"Handphonemu aku sita." Minghao memasukkan Handphoneku itu ke dalam lemarinya lalu mengunci lemari itu. Shit. Sebenarnya manusia ini maunya apa? Aku datang dia mengabaikanku. Terus, aku mengabaikannya balik dia malah ngambek. Harusnya aku tidak usah datang saja.
"Jadi kau mau apa?" Tanyaku pasrah. Minghao tersenyum menang. Yaya terserah dia saja. Semaunya dia. Sebahagia Minghao.
Minghao mengeluarkan sebuah baju putih polos dan celana jeans dari lemari pakaiannya lalu melentangkannya di lantai. Aku masih bingung melihat apa yang di perbuatnya. Parahnya lagi, saat dia menunjukkan spidol, cat dan kuas. Serius, aku sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukannya sekarang.
"Kau mau pakai cat atau spidol?" Tanya Minghao. Aku melongo lagi.
"Spidol." Aku hanya asal pilih saja. Sampai sekarang aku sama sekali tidak mendapatkan petunjuk kegunaan spidol dan baju di sana. MInghao memberikan spidolnya padaku dan aku masih melongo tidak mengerti menatap spidol itu.
"Ini mau di apakan?" Tanyaku sembari menunjukkan spidol yang sepertinya hanya jadi pajangan saja di tanganku.
"Kau bisa menggambar, menulis atau mencoret-coret apa pun di bajunya."
"Dengan spidol?" Minghao mengangguk sebagai jawaban. Wah benar-benar. Orang ini sudah gila. Aku hanya diam saja tidak melakukan apa-apa. Terlalu sayang untuk menggoreskan tinta di atas baju. Apalagi bajunya berwarna putih. Memikirkannya saja sudah membuatku pusing.
Minghao mulai mengambil spidol dengan berbagai warna dan mencoret-coreti celana jeans yang di ambilnya tadi. Aku hanya diam saja melihat apa yang dilakukan Minghao. Sesekali dia berpikir gambar apa yang harus dibuatnya lagi.
'Sepertinya seru. Lagi pula tidak ada salahnya mencoba.' Batinku.
"Y/n kau tidak mau coba?" Tanya Minghao padaku. Tapi, tatapannya tetap fokus pada Celana Jeans yang sedang digambarnya. Aku pun mengambil beberapa spidol dan mulai menggambar secara abstrak. Aku hanya menggambar apa yang tiba-tiba terlintas di kepalaku di bagian belakang baju.
Tarik kata-kataku soal hal aneh yang dilakukan Minghao. Ini menyenangkan. Kalian harus mencobanya juga. Dibandingkan menggambar di atas kertas, aku merasa seperti sedang melakukan pelanggaran besar tapi seru dengan menggambar di atas baju kaos.
Aku fokus menggambar apa yang kusukai sampai tidak sadar kalau Minghao sudah selesai. Aku terkejut saat dia sedang memperhatikan gambarku.
"Jangan di lihat. Gambarku jelek." Ujarku malu.
"Bagus kok."
Aku beralih melihat gambar Minghao. Acak tapi terstruktur. Minghao menggambar sesuatu yang benar-benar random. Sekilas terlihat seperti gambar anak tk tapi aku sering melihat banyak brand yang membuat baju seperti itu. Apa ya namanya...
"Itu namanya seni." Ujar Minghao tiba-tiba. Aku hanya mendengarkannya dengan seksama.
"Hanya karena berbeda dengan orang lain bukan berarti dia aneh. Mereka hanya butuh orang lain yang memahami dan mengerti mereka." Jelas Minghao. Mendengar pernyataannya aku merasa seperti di sambar petir.
Ada benarnya juga. Dibandingkan aneh, lebih tepat jika aku menyebutnya unik. Orang lain mengatakan aneh karena dia tidak mengerti dengan keunikannya. Aku merasa bersalah karena sudah mengatai Minghao aneh di dalam hati. Hue Maafkan aku. Biarkan ini jadi rahasiaku seorang diri.
"Terima kasih."
"Kenapa?"
"Karena mengajariku hal yang baru." Aku memeluk Minghao karena merasa bersalah sudah mengatainya tadi. Mungkin lebih cocok jika aku mengganti judulnya menjadi unique.
END
Libur seminggu ternyata bahagianya luar biasa ya...
Oke jadi author maunya update tiap dua minggu sekali aja. Kamsia...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
FanfictionImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)