Kau mendatangi pernikahan salah satu sahabatmu. Setelah memasukkan amplop ke dalam kotak, kau memasuki ruang tunggu penganti wanita. Jesi sahabatmu. Dia terlihat sangat cantik dengan balutan gaun putih menjuntai sampai lantai.
"Astaga Jesi! Happy Weeding." Ucapmu sembari bergerak memeluk Jesi yang terlihat gembira melihat kedatanganmu. Sudah pasti gembira, kau bahkan sudah tidak pernah kembali ke kampung halamanmu, Daegu semenjak bekerja. Kau bahkan rela mengambil cuti demi menjadi pengiring pengantin wanita. Apalagi kalian sudah berjanji semenjak masa sekolah. Mana mungkin kau lupa.
"Y/n bogoshipoyeo!! Aku pikir kau tidak akan datang." Ujar Jesi dengan bahagia.
"Mana mungkin aku tidak ada di momen bahagiamu." Ujarmu. Kau mengambil posisi di samping Jesi sembari berpose memeluknya. Fotografer juga dengan sigap mengambil beberapa gambar kalian. Yah, kau tidak mau melewatkan kesempatan mengambil banyak foto. Kau juga memberikan ponselmu pada fotografer dan mengambil beberapa foto lagi.
"Aku akan menemanimu sampai kau dipanggil ke Aula." Jesi tersenyum mendengar pernyataanmu. Yah, apalagi pengantin prianya sedang sibuk menyambut tamu yang ada di luar. Sudah pasti tidak ada yang menemani Jesi sekarang.
Kalian berbincang-bincang banyak hal, misalnya bagaimana kau menghabiskan waktu bekerja di kota, kenangan kalian di masa sekolah dan jangan lupakan bagaimana pertemuan Jesi dengan calon suaminya, Suho.
Kau mengakui bahwa Jesi benar-benar sedang memenangkan lotre sekarang. Apalagi calon suaminya itu kelewat tampan. Selain itu, Suho benar-benar konglomerat. Bisa dilihat dari pesta pernikahan mereka. Gedung paling mewah, Aula pernikahan terbesar bahkan gaun pengantin yang dikenakan Jesi. Bisa kau katakan pernikahan mereka seharga tiga apartemen di Gangnam.
"Kau sendiri, apa ada seseorang yang memikat hatimu?" Tanya Jesi padamu. Kau menggelengkan kepala sebagai jawaban. Mana mungkin ada? Kau sangat tidak punya waktu untuk mencari pacar. Bahkan untuk datang ke sini, kau sampai harus lembur selama seminggu.
"Mungkin nanti. HAHAHA..." Ujarmu tapi dalam hati miris juga. Sudah banyak teman-temanmu yang menjalin rumah tangga. Apalagi rekan seperjuanganmu sudah meninggalkanmu dan membangun rumah tangga.
"Kau coba saja berkenalan dengan tamu pria di sini. Siapa tahu ada dari mereka yang masih single." Usul Jesi. Kau yang mendengar itu langsung menoyor kepalanya pelan. Jika tidak ingat bahwa sahabatmu itu pengantin, mungkin kau sudah menaboknya.
"Tidak deh." Tolakmu.
"Atau kau coba berkenalan dengan sahabat Suho, namanya... Akh.. Sakit." Kau kembali menabok Jesi.
"Kan aku sudah bilang tidak. Lihat saja nanti, kalau ada." Ujarmu menahan rasa kesal pada Jesi. Jesi terlihat menggerutu sembari mengusap tangannya yang kau pukul.
"Iya-iya."
"Kepada tamu undangan yang terhormat, dipersilahkan untuk memasuki aula utama. Sesaat lagi kita akan memulai resepsi pernikahan Jesi dan Suho. Sekali lagi kepada..." Kau yang mendengar itu segera membantu Jesi bersiap-siap. Kau membantunya berdiri dan memperbaiki gaunnya. Sudah pasti ini adalah momen paling menegangkan bagi Jesi dan kau sebagai sahabat juga merasakannya.
Setelah sepuluh menit, kau juga tidak mendengar suara berisik dari luar. Itu artinya tamu undangan sudah masuk ke dalam Aula.
"Pengantin wanita dan pengiring pengantin sudah bisa keluar." Ujar salah seorang pegawai yang bertugas. Kau memegang tangan Jesi dengan gugup. Di depan pintu aula yang tertutup. Terlihat Suho yang sedang menunggu Jesi sejak tadi. Jesi berdiri di samping Suho dan kau berdiri di depan mereka sebagai pengiring. Kau sama sekali tidak tahu siapa yang ada di sampingmu sekarang. Kau langsung merangkulnya saja saat pria itu mempersilahkanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
Fiksi PenggemarImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)