Vernon : Give Up

1.3K 103 13
                                    

Cinta bisa membuatmu buta, tak memakai logika dan kehilangan kerasionalitas otakmu. Aku sangat ingin membantah itu semua tapi tidak bisa karena aku benar-benar mengalaminya.

Anggap saja aku bodoh, gila atau apalah. Awalnya kurasa segala sesuatu berjalan wajar dan aku punya hak dalam melakukan hal-hal yang irasional untuk menjaga pacarku dari gangguan para rubah betina.

"Y/N!"

"Ada apa Hoshi-ah? Tunggu, jangan lupa bernafas." Yah aku hanya memperingatinya. Sangat tidak lucu kalau namja bermata agak sipit itu jatuh pingsan setelah berlari-lari dan lupa bernafas.

"Jangan hiraukan itu dulu. Pacarmu, Vernon..." Kalau aku tidak hiraukan, kau sudah mati baka!

"Kenapa?"

"Dia berciuman dengan kakak tingkat tercantik di fakultas ekonomi." Shit! Untuk yang keberapa kalinya dalam minggu ini?

Aku segera ikut dengan Hoshi, berjalan cepat bahkan bisa disebut lari. Lupakan, kami memang sedang berlari. Arah lapangan basket. Ya Tuhan, cobaan macam apa ini?

"VERNON!" Teriakku kencang melihat mereka masih bercumbu ditonton oleh jutaan mahasiswa lain.

Semua mata tertuju ke arahku sekarang termasuk 2 orang itu. Bukan pertama kalinya memang, bahkan ini merupakan drama mingguan paling populer di Kampus.

Aku berjalan melewati kerumunan mendekati kedua orang itu.

"Maafkan aku sunbae tapi aku harus bicara dengan Vernon." Ucapku cepat tapi sopan. Segera aku menarik tangan Vernon menjauhi tempat itu.

"Cih menggangu saja." Aku berusaha menutup telinga walaupun jelas-jelas aku tahu Vernon yang mengatakannya.

Di belakang gedung fakultas kedokteran adalah tempat paling sepi di universitas. Tempat itu pula satu-satunya aku menenangkan diri dan menjadi saksi pertengkaranku dengan Vernon setiap minggu.

"Siapa yang memulainya duluan?" Tanyaku to the point. Vernon dengan santainya memasukkan tangan ke dalam sakunya sembari menatap mataku.

"Aku." Jawabnya. Sesak... apa aku terserang asma? Tapi aku tidak punya riwayat asma. Aku menatap tajam Vernon.

"Kau pacarku."

"Aku tahu."

"Lalu coba hargai aku. Bisa-bisanya kau bercumbu dengan perempuan lain secara terang-terangan bahkan ditonton satu kampus."

"Ah jadi kalau sembunyi-sembunyi , boleh?" Vernon tersenyum tidak bersalah. Aku tidak tahu apa yang ada di otak manusia ini...

"Aku tidak sedang bercanda."

"Aku juga." Wajah Vernon perlahan menjadi serius dan aku menjadi merinding... sejak awal dia memang seperti itukah?

"Kau tidak punya hak mengaturku. Kalau kau tidak bisa menerimanya kita  putus saja."

"Tidak!! Aku tidak mau." Sanggahku. Bukan pertama kalinya memang ancaman itu terlontar tapi aku benar-benar belum sanggup melepaskan Vernon.

"Kalau begitu jangan ganggu aku
" Vernon pergi meninggalkanku. Aku terdiam... rasanya ada yang tertahan di dadaku. Sesak...

****

Aku berjalan memasuki kampus, semua mata tertuju ke arahku. Sudah biasa pasti karena kejadian kemarin.

'Kasihan sekali dia.'

'Kenapa kasihan? Dia saja yang fanatik.'

'Satu kampus juga tahu kalau hubungan mereka sepihak.'

Seventeen Imagine: Be mine? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang