Aku tidak tahu dan aku tidak yakin di mana aku sekarang. Teriakan dan tangisan sudah tidak terdengar lagi. Sunyi dan gelap. Bahkan akupun tidak tahu sudah berapa lama aku berada di sini.
Apa mungkin orang-orang yang berada di ruangan ini bersamaku sudah...
"Mati?"
"Benar." Aku terkejut... Jantungku berpacu dengan cepat. Bukan hanya karena perkataan yang tiba-tiba tapi juga karena dugaanku tepat.
"Siapa kau? Di-di mana aku?" Tanyaku. Aku takut. Mungkin saja orang yang menjadi lawan bicaraku ini pembunuhnya atau lebih parahnya lagi, sekarang giliranku?
Aku gemetaran hebat. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi. Prasangka-prasangka yang tidak masuk akal juga sudah memenuhi pikiranku. Lagipula mana ada orang yang bisa berpikir jernih jika berada di situasiku sekarang.
"Kau takutkan?" Bulu kudukku berdiri seketika. Dia berbicara tepat di telingaku. Hanya aura dingin yang dapat kurasakan sekarang. Secara tidak sadar, aku menahan nafasku.
'Aku takut' Batinku. Aku ingin menangis rasanya tapi air mataku tidak bisa keluar sama sekali. Tapi, menunjukkan ketakutan disituasi seperti sekarang hanya membuat mereka senang.
"Dia menarik." Ini suara yang berbeda. Berapa banyak orang yang ada di ruangan ini? Apa mereka akan melakukan penyiksaan sebelum pembunuhan secara bergilir? BERGILIR?! PENYIKSAAN?! Bunuh saja aku langsung... Tolong.
Penutup mataku dibuka secara kasar. Aku membuka mataku secara perlahan. Apa faedahnya mereka menutup mataku? Apa mereka mengambil mataku? MATAKU?! Siapa yang mematikan lampunya?! Aku tetap tidak bisa melihat apapun... Semuanya gelap. Tapi, kenapa... Orang-orang itu masih bisa melihatku? Apa dugaanku benar? Mataku sudah tidak ada?
"Bawakan lilin." Apa mereka akan menyiksaku? Penyiksaan dengan lelehan lilin di seluruh badan?
"Untuk apa?"
"Kau bodoh ya? Kau pikir manusia bisa melihat seperti kita?" Ujar yang lainnya. Aku yakin ini bukan suara dua orang tadi. Apa aku benar-benar akan disiksa secara bergilir? Apa dosaku? Apa ini karmaku di masa lalu? Kejahatan apa yang kuperbuat sampai aku harus mengalami ini?
Mungkin anda keliling kompleks ngincar orang ganteng tapi gak sadar face sendiri *canda
"Kalian yang lebih bodoh. Lepas saja ikatannya lalu bawa keluar. Ada teknologi buatan manusia yang bernama lampu." Hening tapi jujur saja aku sangat ingin ketawa. Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Apa mereka pembunuh berantai yang baru saja keluar dari goa? Oke, oke stay calm. Ingat Y/n kau sedang berperan sebagai korban penculikan.
Aku merasakan ada angin kencang yang berhembus di sekitarku. Apa akan hujan? Apa jendelanya terbuka? Tunggu, tanganku tidak sakit lagi. Aku mencoba memisahkan tanganku dan ikatannya terbuka. Bagaimana bisa? Padahal aku tidak merasakan apa-apa.
"Aku yang akan membawanya keluar." Hah? Apa aku akan di seret? Apa ada kesempatan bagiku untuk melarikan diri? Tidak-tidak. Orang sabar disayang Tuhan. Mari mengamati situasi dulu. Hanya orang bodoh yang berlari tidak tahu arah. Selagi aku masih bergumul dengan pikiranku sendiri, aku merasakan tubuhku melayang, ada yang membawa badanku. Aku ingin berteriak, apa boleh?
"AAAKHHHHHH...." Aku seperti itu bukan karena takut, tapi karena terkejut. Bagaimana bisa rasanya seperti naik roller coaster? Aku berhenti berteriak. Apa yang terjadi? Aku membuka mataku. Berbeda dengan tadi, sekarang kami ada di tempat yang cukup terang. Ini kamar tidur? Aku melihat sekelilingku ada 3 orang yang sedang melihatku. Kemudian, aku mendongakkan kepalaku melihat ke arah atas.
DEMI NEPTUNUS... SEJAK TADI AKU DIGENDONG BRIDAL OLEH PRIA YANG ENTAH SIAPA TAPI DIA GANTENG SEKALI. SADAR, Y/N SADAR. NYAWAMU SEDANG TERANCAM.
"Le-lepaskan aku." Pintaku. Tapi, dia tidak mendengarkan. Apa dia akan terus menggendongku dengan posisi seperti ini. Aku tidak mau kabur kok. Maksudku belum, ada niatan. Kalau ku pikir-pikir lagi, 4 orang pria yang ada di ruangan ini memiliki paras yang sangat tampan. LAGI-LAGI MELANTUR, KEMBALI KE REALITA.
"Kau yang akan melakukannya, Wonwoo?" Ucap salah seorang dari mereka memecah keheningan. Dia memiliki kulit paling putih di antara mereka semua. Apa dia bukan manusia? Tunggu! Apa maksudnya? AKU AKAN DIAPAKAN? Kurasakan pria yang menggendongku mengangguk. Ah namanya Wonwoo.
"Dia wanita yang paling unik. Di antara mangsa sebelumnya." Ujar pria yang satunya lagi. Dia seperti blasteran korea-amerika Maaf tapi aku tidak tahu harus memanggil mereka apa. Selain, pria yang menggendongku.
"Vernon kau menakutinya." Ujar Pria satunya lagi. Dia yang paling tinggi diantara mereka semua. Sedangkan yang pria bernama Vernon itu hanya mangangkat bahu tidak peduli.
"Kalau kau tidak yakin, aku bisa menggantikanmu." Pria tinggi tadi kembali berbicara hal yang tidak ku mengerti. Tolonglah aku masih mau hidup. Beritahu aku, aku akan diapakan. Tidak, tidak jadi. Tidak usah memberitahuku. Aku lebih takut mengetahui apa yang akan terjadi padaku daripada tidak tahu sama sekali.
Ketidaktahuan adalah emas.
Kenapa semua peribahasa keluar di saat aku hampir mati. Aku harus berterima kasih pada guru sastra karena dia, kematianku jadi lebih estetik.
"Tidak perlu. Aku yang akan melakukannya. Kalian bisa keluar." Ucap Wonwoo dengan tegas. Mereka bertiga tampak mengerti.
"Geurae. Jangan lupa kendalikan kekuatanmu." Sesaat setelah pria berkulit paling pucat berbicara. tiba-tiba mereka sudah lenyap dari mataku. Bagaimana bisa? Hanya hembusan angin yang kurasakan dan mereka sudah menghilang. Aku bahkan belum sempat mengedipkan mataku. Padahal aku cuman bercanda mengatakan mereka bukan manusia. Apa benar mereka bukan manusia?
Aku tidak sempat berpikir lagi, Pria bernama Wonwoo entah kapan dan bagaimana caranya, dia menghempaskanku ke atas kasur. Tidak ada kesempatan bagiku untuk memberontak. Matanya seolah menghipnotisku untuk diam dan tidak bergerak. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Seolah-olah matanya menghisapku dalam-dalam.
Dia menindihku dan aku hanya ada di bawah badannya. Apa ini karmaku? Dasar Y/n bodoh harusnya dari awal kau tidak bercanda, mungkin saja mereka bisa membaca pikiranmu tadi. Pria itu tiba-tiba mengeluarkan smirknya. Menatap mataku lebih dalam lagi.
"Tolong jangan lakukan apa pun padaku." Pintaku dengan keberanian yang sudah kukumpulkan sejak tadi. Pria itu tertawa dengan keras. Tidak ada celah bagiku untuk kabur dan aku sudah tahu kemungkinan besar apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Terlambat." Pria itu mencium bibirku dan melumatnya. Seolah-olah aku adalah makanan yang sudah ditunggunya bertahun-tahun. Dia merobek pakaianku, semuanya. Dia menyetubuhiku. HAHA.... Apa gunanya hidup sekarang? Lebih baik aku mati saja. Aku sudah kehilangan harga diriku dan segalanya.
Aku menatap matanya dengan berani. Dia masih melakukan hal zina dengan tubuhku. Aku benci pria ini dan teman-temannya.
"Lebih baik kau bunuh aku." Ucapku dengan emosi yang tertahan. Wonwoo hanya diam saja tapi dia licik, dia melakukan itu dengan keras. Dia menginjak-injak harga diriku.
"Tidak seru jika kau mati sekarang, Y/n" Dia tahu namaku? Pria itu menenggelamkan wajahnya di bahuku. Mau apa dia?! Aku mendorongnya sebisa mungkin. Tidak bisa. Aku tidak bisa.
"AKHH!" Sakit! Sakit sekali. Harusnya aku menduga hal ini dari awal. Dia memang bukan manusia. Wonwoo dan teman-temannya adalah ...
"Vampir."
"benar."
*****
"Kau tidak membunuhnya kan?"
"Tidak."
"Bagus. Dia adalah percobaan terakhir. Kita harus mewujudkan ramalan itu."
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
FanfictionImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)