Perpisahan untuk pembaca Be Mine.
Apa kalian tahu bagaimana rasanya menjadi crush orang lain? Aku jujur tidak tahu. Telat? Iya, sangat telat. Aku baru saja merasakannya dan menyadari bahwa selama ini aku terlalu cuek. Saat ada seorang namja yang melakukan pendekatan padaku, aku tak tahu harus berbuat apa.
Maaf saja tapi itu adalah kebenarannya. Saat pertama kali dia mendekatiku, aku langsung mengabaikannya. Ku pikir dia hanya iseng atau hanya ingin berkenalan dan aku baru tahu yang sebenarnya saat salah satu teman sekelasku bilang kalau aku disukai oleh orang itu.
"Y/n!" Aku melihat namja yang sedang kuceritakan tadi sedang melambaikan tangan ke udara sembari memanggilku. Aku bukannya sombong tapi aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Saat dia menyebutkan namaku, seluruh pandangan satu koridor mengarah padaku. Langsung saja aku membalikkan badanku pergi.
"Y/N! Y/N" Aku mempercepat langkahku menjauhi tempat itu. Batal sudah niatku untuk membeli susu kedelai di kantin. Padahal aku suka.
Aku merasa tanganku ditahan oleh seseorang. Saat aku berbalik untuk mengecek siapa yang melakukannya dan seketika wajahku berubah menjadi datar. Oke salahku karena sudah mengabaikannya tapi aku memang tidak suka menjadi pusat perhatian di tengah keramaian.
"Ada apa Yoon Jeonghan-ssi?"
"Kenapa kau langsung pergi saat aku panggil?"
"Aku tidak suka."
"Maaf."
"Tidak apa-apa. Jadi kenapa mencariku?"
"Ah majja, aku hampir lupa. " Jeonghan mengeluarkan handphonenya dan menunjukkannya padaku. Bingung? Sudah pasti. Apalagi yang dia tunjukkan adalah tiket nonton. Apa dia sedang pamer padaku? Ah mungkin saja begitu.
"Ah iya. Selamat kalau begitu." Ujarku. Jeonghan terlihat lesu saat aku mengatakan itu. Di bagian mana salahku?
"Kau sama sekali tidak mengerti?" Tanyanya sembari menatapku. Aku menggelengkan kepala dengan jujur. Jeonghan menundukkan kepalanya sembari membuang nafas. DI MANA SALAHKU?! BERITAHU AKU!!!!
"Aku mengajakmu menonton film itu." Jelas Jeonghan. Aku mengangguk mengerti.
"Ah begitu... Kenapa tidak bilang dari awal?"
"Tidak mungkinkan aku membeli dua tiket untuk diriku sendiri. " Ah iya benar juga. Tapi, aku ada jadwal kerja... Bagaimana ini?
"Yoon Jeonghan-ssi. Maaf tapi aku..."
"Ah.. aku mengerti. Gwenchana, mungkin bisa lain kali." Ujar Jeonghan menenangkan. Bagaimana ini? Aku merasa bersalah atau ...
"Jeonghan-ssi! Aku bisa pergi."
"Jinjja?" Aku menjawab dengan anggukan. Sesekali saja, aku akan izin pulang satu jam lebih awal.
***
" JANGAN MENDEKAT! TIDAK!" Teriakan keras membuat semua orang di Ruangan itu fokus pada sumber teriakan. Di atas ranjang pasien, seorang anak kecil dengan infus yang terpasang meronta-ronta dan mengamuk.
Aku yang pada awalnya hanya berdiri di depan pintu. Langsung berlari menghampiri mereka.
"Seungkwan tenang! Eonni ada di sini. Mereka tidak akan menyakitimu. Seungkwan! Seungkwan!" Aku memeluknya. Menyalurkan energi positif dan ketenangan yang kumiliki. Ahjumma juga berusaha menenangkannya sejak tadi.
Perlahan-lahan Seungkwan mulai tenang. Akupun bernafas lega dan melepaskan pelukanku. Dokter dan polisi yang memantau sejak tadi mengambil langkah perlahan mendekati kami.
"Seungkwan-ssi.. Apa yang kau lihat saat itu?" Seungkwan kembali ketakutan. Aku memegang tangannya berusaha menenangkan.
"Me-mereka memaksaku. Aku tidak bisa bergerak. Mereka memotong jarinya. Satu per satu.. lalu, lalu TIDAK!" Kami semua terkejut. Kembali berusaha menenangkan Seungkwan.
"Maaf pak tapi kondisi Seungkwan sudah tidak memungkinkan lagi untuk menjawab pertanyaan." Ujar dokter itu pada polisi yang bertanya tadi. Aku mengangguk juga sebagai jawaban. Tampak polisi itu tidak suka dengan pernyataan si dokter.
"Baik, saya akan datang lagi nanti."
"CUT!"
****
Aku baru saja menyelesaikan jadwal pekerjaanku. Tidak perlu izin pulang karena syuting berlangsung lebih cepat daripada yang kami duga. Ah apa kalian bingung? Tadi itu adalah salah satu adegan film kami. Jangan membocorkannya karena filmnya belum dirilis. Ah...lupa bilang, pekerjaanku adalah aktris. Walaupun ini adalah film perdanaku sih.Aku mengemasi barang-barangku. Setelah berpamitan dengan staff dan sutradara aku langsung keluar dari lokasi syuting.
Seharusnya sih.. aku naik taksi saja. Tapi, sudah lama aku tidak naik bus umum. Lagipula tempat janjianku dengan Jeonghan hanya berjarak 7 halte dari sini.
Aku menunggu bus datang sembari duduk di halte. Tiba-tiba ada seorang halmeoni yang mendekatiku. Aku tidak enak jika harus mengabaikannya jadi aku menjawab pertanyaanya walaupun aku tahu itu hanya basa-basi.
"Apa kau punya pacar?" Oke pertanyaan-pertanyaan halmeoni ini sudah mulai aneh.
"Belum ada halmeoni."
"Ah begitu ya. Baiklah." Halmeoni itu berdiri dan berniat pergi.
"Ini untukmu." Halmeoni itu menyerahkan sebuah amplop padaku dan langsung pergi begitu saja. Aku juga tidak sempat membuka amplop itu karena busku sudah datang.
Aku akan membukanya nanti
***
"Jeonghan-ssi""Eoh... Y/n! Kau sudah menunggu lama?" Tanya Jeonghan padaku.
"Aniyo. Baru saja." Jeonghan mengangguk sebagai jawaban.
"Aku sudah memesan popcorn. Aku akan mengambilnya dulu." Jeonghan pergi mengabil popcorn dan aku ditinggal sendiri. Yah tidak masalah sih sebenarnya, aku hanya tinggal menunggu sebentar. Aku duduk di sofa sembari menunggu Jeonghan. Antriannya masih panjang sekali. Aku menghela nafas panjang dan tiba-tiba teringat dengan amplop yang diberikan halmeoni tadi.
"Apa isinya?" Aku bicara pada diriku sendiri. Tenang, aku tidak memiliki masalah kejiwaan alias gila. Aku membuka amplop itu dan terkejut melihat isinya. Gila! So suddenly?! Aku bahkan tidak tahu siapa halmeoni itu. Kalian pasti akan terkejut jika aku memberi tahukan apa isinya.
Uang? Benar sekali. Tapi, kenapa dia memberikanku uang? Bahkan jumlahnya tidak main-main. Aku dibayar 4 episode untuk mendapatkan uang sebanyak ini. 5 juta won.
*5 juta won= 65 juta rupiah
Ini tidak benar. Aku harus mengembalikan uang ini nanti.
"Y/n"
"Eoh?!" Aku tersadar dari lamunanku dan segala keterkejutanku. Jeonghan menenteng popcorn dan cola dengan kedua tangannya.
"Kajja." Aku segera memasukkan kembali amplop itu ke dalam tas. Lalu membantu Jeonghan membawa popcornnya.
'Mari fokus pada kencan ini dulu.'
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
Fiksi PenggemarImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)