Rumah Sato

53 9 0
                                    

Dan pada akhirnya orang-orang memang akan selalu menyesal setelah semuanya berakhir.
~Saka

~○~

Selepas Guba pergi, gue juga ikut pergi. Gue sama sekali nggak ngerti kenapa Guba bersikap kayak tadi.

Tatapan Guba ...itu tatapan datar dan penuh kebencian. Tapi, apa yang membuat dia benci sama gue?

Gue jalan ke kantin mau beli minum setelah itu balik ke kelas.

Di kelas sudah ada guru yang sedang menjelaskan materi, gue cepet-cepet masuk terus duduk.

Guba nggak ada di kelas. Dia kemana?

"Dari mana lo?" Tony nanya.

"Kantin." Kata gue.

"Sak?" Yuta manggil gue

Gue menoleh ke dia, "Apa ?"

"Earphone gue, mana?"

Gue ngambil Earphone di laci terus gue kasih ke Yuta.

"Makasih." Gue ngomong.

"Cuma makasih? Bayar!" Kata Yuta.

"Gue nggak punya uang kecil, punya sih uang besar tapi robek."

"Sialan!"

Gue ngakak.

/<>/

"Jangan dulu pulang deh Om." Gue ngomong.

Om Hasan langsung ngeliat gue.

"Terus, mau kemana? Kamu kan disuruh Nyonya istirahat dirumah."

"Saka males di rumah cuma sendiri, nggak ada temen."

"Kan bisa main ponsel atau PS."

"Bosen."

"Nonton Film Avengers."

"Ck!"

"Yasudah, mau kemana?" Om Hasan nanya.

Gue diem sambil mikir. Kemana ya enaknya?

"Ke rumah temen Saka aja."

"Temen kamu kan semuanya masih sekolah."

"Temen Saka yang ini udah nggak sekolah."

"Kenapa nggak sekolah ?"

"Om Hasan kepo deh!"

"Ini rumah temen kamu dimana?" Om Hasan nanya.

"Itu ada perempatan didepan belok kanan, rumah ke 3 dari belokan, cat rumah warna kuning."

Om Hasan mengangguk.

Mobil yang gue tumpangi berhenti tepat di depan rumah warna biru. Cat rumah ini sudah diganti ternyata.

Gue nurunin kaca mobil terus menoleh ke rumah Sato. Ya, ini rumah Sato.

Sudah 1 tahun lamanya gue nggak pernah berkunjung kesini.

Di halaman rumah ada Bunda yang lagi nyapu dan ... ada Sandra yang lagi nyabutin rumput.

"Om Hasan pulang aja duluan, nanti Saka telfon kalau Saka udah mau pulang." Gue menoleh ke Om Hasan sambil ngomong.

"Om tunggu saja."

"Saka lama, udah Om Hasan pulang aja duluan ya."

"Yasudah."

Gue membuka pintu mobil terus keluar.

"Kalau mamah nanya, bilang aja Saka lagi dirumah Sato." Gue ngomong lagi sambil sedikit menunduk melihat Om Hasan yang ada di dalam mobil.

"Iya." kata Om Hasan

Setelah itu, Om Hasan pergi.

Gue masuk ke halaman rumah Sato sambil ngucap salam.

"Assalamualaikum Bunda!"

Bunda senyum, gue segera mendekat terus salim.

"Saka!" Bunda langsung meluk gue sambil nangis, gue yakin dia pasti keinget lagi sama Sato

Mata gue juga langsung berkaca-kaca, tapi gue tahan supaya nggak nangis.

"Bunda kangen sama kamu Saka! Sidi selalu kesini setiap minggu, kenapa kamu nggak ikut?!" Bunda masih aja  meluk gue sambil nangis.

"Maaf Bunda." Gue ngomong.

Nggak mungkin kan gue ngomong ke Bunda kalau gue sama Sidi berantem.

Bunda melepas pelukannya terus mengusap air mata.

"Bunda mau buat minuman dulu..., eh sini tas kamu Saka, Bunda simpen di kamar Sato." Kata Bunda.

Gue langsung ngasih tas gue ke Bunda.

Setelah itu Bunda masuk ke dalam rumah sedangkan gue bergabung dengan Sandra nyabutin rumput. 

"Ngapain lo disini?" Gue nanya.

Sandra diem.

"Lo nyesel sekarang?" Gue nanya lagi.

"Lo jadi cewek kenapa sih jahat banget?!" Gue masih aja terus nanya, kali ini suara gue sedikit besar.

Sandra tiba-tiba berdiri dan menghadap gue.

"Seenggaknya gue mau memperbaiki semuanya!" Kata dia.

Gue malah ketawa denger ucapannya.

"Semua sudah berakhir, apa yang mau lo perbaiki?!"

"Gue tau gue salah dan ini satu-satunya cara untuk memperbaiki kesalahan gue! Gue nggak ngerti lagi gimana caranya minta maaf dan ini cara gue meminta maaf! Gue tau ucapan minta maaf nggak ada artinya! Tapi, seenggaknya gue bener-bener nyesel Saka!"

Mata Sandra berkaca-kaca.

Gue malah terdiam.

Sandra berusaha memperbaiki kesalahannya sedangkan gue? Gue hanya selalu menghindar dan tidak berbuat apa-apa.

Minta maaf ?

Bahkan gue nggak pernah minta maaf sama Sato. Gue hanya takut Sato nggak bakal maafin gue.

"Gue takut Sato nggak bakal maafin gue, makanya gue mau minta maaf dengan cara yang lain!" Sandra ngomong lagi.

Gue juga takut tapi, gue nggak pernah mau mikirin cara supaya Sato maafin gue.

"Gue juga kehilagan Sak! Gue juga mau mati rasanya!"

Sandra sedikit berteriak setelah itu tubuhnya terduduk di atas rumput, kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah basah oleh air mata dan kedua bahunya bergetar hebat.

Gue ikut duduk di sampingnya lalu menepuk-nepuk punggungnya, berusaha untuk menenangkan.

"Lo udah ngelakuin hal yang benar kok. Makasih udah jagain Bunda." Kata gue

Rasa kehilangan kembali menguasai gue. Semuanya terasa seperti mimpi.

Rasanya baru saja kemarin Sato masih ketawa-ketawa bareng gue tapi selalu saja kenyataan membuat luka lama kembali berdarah.

Sekarang gue benar-benar tau apa yang dirasakan Clint saat dia kehilangan Natasha nya.

Sangat menyakitkan dan kali ini rasanya lebih menyakitkan.

~●~
^^SAKA

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang