Bisa nggak sih lo pergi aja?! Gue cuma mau hidup tenang sekarang!
~Guba~●~
Gue ketiduran sampai jam 8 pagi!
Setelah selesai gue langsung lari keluar, sampai di depan gue pakai sepatu, setelah pakai sepatu gue langsung masuk ke dalam mobil.
"Om Hasan udah lama?" Gue nanya
"Belum."
"Om disini dari jam berapa?"
"Setengah 7."
"Berarti udah lama!"
"Belum terlalu lama."
"Ayo berangkat! Kok malah ngobrol! Saka telat nih!" Gue jadi histeris sendiri pas sadar kalau gue semakin telat.
"Kan kamu yang ngajak Om ngobrol!"
"Iya Saka ganteng!"
~○~
Mobil yang gue tumpangi berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
Setelah salim sama Om Hasan, gue langsung keluar dari mobil dan lari masuk ke dalam halaman sekolah.
Dikoridor juga gue masih lari-lari, sampai di depan kelas gue ngatur nafas sebentar sebelum masuk ke dalam.
"Assalamualaikum.." gue buka pintu kelas sambil salam.
Semua yang ada di dalam kelas langsung ngeliat gue.
Gue jalan pelan-pelan masuk ke dalam.
"Maaf Pak. Saya terlambat." Gue ngomong ke Pak Rauf.
Pak Rauf mengangguk, "Tidak apa-apa, silahkan duduk."
"Terimakasih Pak!"
Untung Pak Rauf kalau aja Pak Burhan, pasti gue udah di suruh keluar.
Gue duduk di bangku. Tony ngeliat gue.
"Lo lari?" Tony nanya
Gue ngelap keringat pakai punggung tangan, "Iya."
"Gue fikir lo nggak sekolah." Itu suara Jito yang duduk di belakang gue.
Gue menoleh ke belakang, Jito duduk sendiri, Gilang kemana?
"Gilang kemana?" Gue nanya.
"Sakit."
"Hilih! Palingan tu anak telat bangun, terus nggak mau lagi berangkat sekolah!"
Jito nyengir.
~○~
Jam istirahat.
Gue, Tony, Jito, Yuta dan Angga ke kantin bareng-bareng.
Dibelakang kita semua ada Sidi yang juga mau ke kantin tapi, dia jalan sendiri.
Gue pengen banget baikan sama Sidi tapi, kayaknya Sidi masih belum bisa.
Mungkin dia masih marah sama gue. Mungkin juga dia terlalu kecewa sama gue.
Sampai di kantin, gue sama teman-teman makan bareng-bareng.
Yang lain juga pada cerita yang lucu-lucu, gue bagian nyimak. Bukannya nggak mau ikutan tapi, gue lagi makan. Nggak baik makan sambil cerita.
Selesai makan gue pamit duluan mau ke kelas padahal sebenarnya gue mau ke kelas Bintang.
Kangen. Hehe.
Di koridor gue ketemu sama Guba yang lagi jalan. Gue nyusul dia, sekalian mau nanya sesuatu.
"Guba?" Gue manggil Guba.
Guba diem aja.
"Gub?" Gue manggil lagi
"Ck! Kenapa?!" Guba berhenti terus menoleh ke gue
Gue kesel kalau liat tatapan Guba kayak gitu ke gue.
Tatapan Guba seakan-akan Guba benci banget sama gue. Emang salah gue apa?
"Lo kenapa sih? Kok keliatannya lo benci amat sama gue? Gue salah apa emang? Oh.. Lo marah karena dulu gue sering usilin lo? Yaudah maaf!"
Guba nggak merespon ucapan gue, dia malah lanjut jalan lagi.
Gue yang masih penasaran sama Guba, langsung ngejar dia lagi.
"Gub?"
Guba diem.
"Lo kenapa menghindar dari gue sih? Emang gue virus berbahaya?" Gue nanya.
Gue bener-bener ngerasa kalau Guba menghindar dari gue. Guba seperti sengaja menjauh dari gue.
Padahal dulu sebelum kecelakaan gue sama dia udah temenan. Gue juga nggak pernah lagi usil sama dia.
Atau jangan-jangan, Guba gini karena kecelakaan itu?
Guba masih aja diem sambil terus jalan.
"Lo kenapa sih jadi kayak gini? Makin aneh tau nggak! Sendirian terus, nggak mau berbaur sama yang lain!" Gue ngomong.
Guba berhenti. Dia menatap gue.
"Kenapa sih lo selalu ngikutin gue? Gue terganggu Sak! Tolong, biarin gue hidup tenang!"
Gue diem sebentar. Perasaan gue jadi aneh.
Guba barusan ngusir gue?
"Bukannya kita temenan?" Gue nanya lagi
"Emang lo bisa temenan sama orang yang ngebuat hidup lo nggak tenang?!"
"Gue nggak pernah gangguin lo lagi! Gue berusaha buat temenan sama lo, tapi kenapa lo malah gini?!"
"Gue nggak pernah minta lo jadi temen gue!"
"Emang lo harus minta temenan dulu sama gue, baru gue boleh temenan sama lo?"
"Bisa nggak sih lo pergi aja?! Gue cuma nggak mau hidup gue semakin hancur hanya karena orang kayak lo!"
"Orang kayak gue ?! Orang kayak gimana yang lo maksud?! Gue tau Gub, gue goblok tapi gue bukan orang yang kayak di fikiran lo!"
Guba diem.
"Lo terlalu sok tau sama hidup orang Gub! Seakan-akan lo tau gue orang yang seperti apa, padahal lo nggak tau apa-apa!"
Setelah ngomong gitu, gue langsung pergi.
Gue bener-bener nggak nyangka Guba bakalan ngomong gitu. Omongan Guba bener-bener nyakitin hati gue.
Guba seakan-akan mengatakan kalau gue orang yang nggak bener.
Gue sama sekali nggak suka sama orang yang sok tau sama hidup yang gue jalani.
Kaki gue melangkah masuk ke dalam kelas Bintang terus duduk di sampingnya.
Bintang menoleh ke gue.
"Kenapa? Kok kayak kesel gitu?" Bintang nanya.
"Gue nggak suka sama orang yang sok tau sama hidup yang gue jalani."
"Aku tau. Berantem sama Sidi lagi?" Bintang nanya lagi.
Gue geleng-geleng.
"Emang berusaha berteman sama seseorang itu kejahatan ya?" Gue nanya ke Bintang.
Sekarang giliran Bintang yang geleng-geleng.
"Kalau ada orang yang menganggap seperti itu kayaknya dia nggak normal."
Gue mengangguk setuju.
"Dia emang nggak normal."
Mungkin Guba saudaraan sama Thanos. Thanos kan sama sekali nggak normal
~●~
^^SAKA
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKA
Teen Fiction-LENGKAP- Maaf! Disini tidak menyediakan kisah cinta remaja SMA karena, Saka tidak boleh pacaran kalau masih SMA. 🛫 : 28 September 2020 🛬 : 26 November 2021