Sultan pangkat 100

60 9 0
                                    

Ternyata selama ini gue anaknya sultan pangkat 100!!
_SAKA

~●~

Sepulang sekolah gue masih mampir di warnet, yang biasanya mainnya di rumah Sato atau Sidi tapi sekarang udah beda.


Hidup gue jadi lebih datar, yang biasanya main bertiga sekarang cuma bisa main sendiri.

Sampe di rumah udah jam 4 sore, gue cepet-cepet masuk ke kamar mau mandi terus sholat ashar.

Di kasur gue ada setelan jas.

"Don?! Lo ngapain naro jas lo di kamar gue?!" Gue teriak.

"Itu punya lo!" Doni bales teriak.

Gue bengong sebentar.

Niatnya mau mandi tapi gue malah keluar dari kamar terus ke kamar Doni sambil bawa jas yang tadi.

"Punya gue ?" Gue nanya ke dia

"Hm."

Gue mau nanya lagi tapi Doni udah keburu ngomong lagi.

"Habis maghrib kita semua pergi ke acara Papah."

"Dimana?"

"Gedung."

"Acara apaan? Halal bihalal?"

"Ulang tahun perusahaan"

"Perusahaan juga bisa ulang tahun?"

Doni nggak jawab, dia cuma ngeliat gue sambil masang muka kesel.

Gue keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar gue. Jas yang tadi gue taro di kasur lagi, setelah itu gue mandi, setelah mandi gue sholat ashar.

Selesai sholat gue ke dapur, ngambil makanan dan makan. Selesai makan gue nonton tv sampai adzan maghrib.

Karena udah adzan gue segera sholat maghrib, selesai sholat lanjut nonton tv lagi.

"Lo kenapa belum siap-siap?!" Doni datang-datang teriak.

"Bentar lagi Mamah sama Papah datang buat jemput kita, sana ganti baju!"

Fix! Doni kayak emak-emak.

Gue berdiri terus masuk kamar dan ganti baju setelah selesai ganti baju gue keluar lagi.

Ini siapa? Kok ada mbak-mbak di rumah gue?

"Maaf ? Siapa ya?" Gue nanya dengan sopan.

"Penata rambut lo." Doni nongol sambil ngomong

Oh.. penata rambut.

Rambut gue di tata sama mbak-mbak tadi, setelah selesai dia langsung pergi.

Gue ngaca dan kacanya retak karena kaget ngeliat wajah gue yang terlalu tampan.

Tidak lama setelah mbak-mbak tadi pergi, Papah dateng.

Tin..tin!

"Don?! Cepetan!" Gue teriak sambil nunggu doni di sofa.

Tidak lama Doni muncul, gue sama dia keluar barengan dari rumah terus masuk ke dalam mobil.

"Pah? Kok tumben Saka di ajak?" Gue nanya ke Papah, di samping Papah ada Mamah.

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang