Doni dan Pacarnya

41 8 0
                                    

Selalu ada satu hal yang manusia sukai, entah itu kegelapan ataupun kebahagiaan. Perlu kau tahu, kegelapan tak selamanya menakutkan dan kebahagiaan tak selamanya tak menakutkan.

~●~

Gue sampai dirumah jam 4 sore. Mobil yang gue tumpangi kejebak macet sampai 2 jam lamanya.

Pantat gue keram gara-gara duduk terus di dalam mobil.

Setelah mandi dan sholat ashar gue tidur.

Bangun-bangun ternyata udah jam 7.

Astagfirullah.. gue nggak sholat maghrib.

Gue turun dari kasur terus keluar dari kamar, kemudian menuju dapur.

Rumah masih sepi. Papah dan Mamah belum pulang. Doni juga kayaknya belum.

Sampai di dapur gue ngambil mie instan di lemari terus gue masak.

Setelah mie matang, gue makan.

Selesai makan gue cuci piring.

Nggak ngerti mau ngapain lagi akhirnya gue keluar dari dapur ke halaman belakang rumah terus baring-baring di rumah-rumah kecil sambil ngeliatin langit malam dari atap yang terbuat dari kaca.

Di halaman belakang rumah gue cuma ada rumah kecil tanpa dinding lalu atap yang terbuat dari kaca dan lapangan basket.

Gue teringat kejadian siang tadi di sekolah, saat gue dan Guba berantem.

Kenapa Guba jadi gitu ya?

Padahal dulu pas gue dan dia masih kelas 10, Guba udah mulai mau berbaur sama yang lain.

Tapi kenapa sekarang dia malah semakin menutup diri?

Bagaimana bisa ada orang yang nggak mau punya teman? Emang dia itu bukan manusia?

Gue bener-bener nggak ngerti sama jalan fikirannya.

Ingatan akan kejadian itu terpaksa terhenti karena suara bola basket yang baru saja masuk ke dalam ring lalu terjatuh begitu saja ke atas tanah.

Gue mencari orang yang melempar bola tadi dan ternyata itu Doni.

Sejak kapan dia disini?

"Ngapain lo disini?" Gue bangun lantas merubah posisi menjadi duduk sambil bertanya.

Doni diem aja. Dia masih fokus main basket.

Gue juga jadi diem sambil memperhatikan Doni main.

Setengah jam kemudian, Doni berhenti main. Nafasnya naik turun. Dia capek.

"Don?" Gue manggil Doni

"Hm."

"Lo punya pacar?"

Doni langsung ngeliat gue.

"Nggak!"

"Kenapa nggak punya?"

"Emang lo punya?!" Doni balik nanya.

"Kalau punya, kenapa?"

Doni ngeliat gue sinis. Gue ngakak.

Doni berdiri terus lanjut main basket lagi. Gue ngeliatin dia lagi.

Doni pinter main basket.

"Lo udah makan Don?" Gue nanya

"Udah."

"Makan apa?"

"Nggak usah basa-basi! Lo sebenarnya mau ngomong apa?" Doni berhenti main terus ngeliat gue.

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang