Hitungan Mundur

41 5 0
                                    

Secepat ini, kah?
-Saka

~●~

Sepulang dari makam Sato, gue di rumah nggak ngapa-ngapain lagi, cuma diem di dalam kamar sambil baring-baring di kasur.

US dan UN sudah di depan mata, itu artinya hanya menghitung minggu gue bakal ninggalin Indonesia.

Kenapa cepat banget Ya Allah?!

"Saka?!" Suara Doni manggil dari luar.

Gue turun dari kasur terus buka pintu, ternyata Doni udah di depan pintu.

"Gue mau keluar, jaga rumah." kata Doni.

"Kemana?" Gue nanya.

"Ada urusan."

"Ikut dong."

"Lo mau ikut?" Doni nanya.

Gue mengangguk. Daripada sendirian di rumah mendingan gue ikut Doni, palingan dia juga mau ke kantor.

"Beneran?" Doni nanya sekali lagi

Gue mengangguk sekali lagi.

"Yaudah. Ayo."

"Gue ngambil jaket dulu,"

Doni ke depan, gue masuk lagi ke kamar terus ngambil jaket, sekalian sama kunci motor dan helm. Setelah itu, gue nyusul Doni ke depan.

~●~

Perkiraan gue salah besar! Gue fikir Doni mau ke kantor padahal dia ke apartemen.

Tapi, ngapain dia ke apartemen?

"Ngapain ke sini?" Gue nanya.

"Ngapel." kata Doni

Ngapel? Apel?

Wait..WHAT ?!!

"Kenapa nggak ngomong kalau lo mau ke pacar lo?!" Gue nyolot ke dia sambil ngikut masuk ke dalam lift.

"Kenapa nggak nanya gue mau ke mana?" Doni malah balik nanya

"Ck! Gue pulang aja, mana kunci?"

"Kunci apaan?"

"Kunci mobil lah!"

"Lo kalau mau pulang, pulang aja sendiri naik ojol."

Doni keluar dari lift, gue ngikut juga.

"Papah tau lo punya paca ?" Gue malah bahas hal lain karena penasaran

"Iya."

"Dia nggak marah sama lo?" Gue nanya lagi.

"Enggak."

"Kok gue dimarah?"

"Dimarah kenapa?"

"Katanya gue nggak boleh pacaran."

Doni mencet-mencet tombol di pinggir pintu, setelah pintu terbuka dia masuk, gue masih aja ngikut.

"Karena lo masih sekolah." kata Doni pas udah di dalam apartemen.

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang