CHAPTER XVIII

1.9K 292 86
                                    

Note: Play the music because it represents Yibo's and Xiao Zhan's feelings in this chapter.

I'll still remember you.
You never leave my mind..
I had a difficult time in my life because of this love.
But, I'll always be there  and smile for you.

-Parfume by Sojung-



Tianya---salah satu kota yang terletak di sebelah barat kota Sanya---Provinsi Hainan adalah salah satu tempat yang mana sangat ingin Yibo kunjungi. Butuh waktu cukup lama hingga Yibo dan Yuchen dapat menapaki kaki di sana. Pemandangan alam yang menakjubkan dari pantai yang bersih dengan pasir putih dan laut biru membuat Yibo mengulas senyum.

Yibo masih ingat, dua puluh tahun yang lalu ia dan keluarganya berlibur ke tempat ini. Mereka menyewa rumah warga untuk menginap selama tiga hari. Pertemuan pertamanya dengan Sean adalah di tebing tinggi yang jadi ikon pantai Tian Ya.

“Segarnya! Aku sudah lama tidak berkunjung ke pantai,” ucap Yibo yang memandang lepas pada lautan di depannya.

	“Destinasi yang bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Destinasi yang bagus. Pantainya cukup bersih dan lautnya biru. Sangat memanjakan mata,” tambah Yuchen.

Yibo mengangguk. Pemuda itu kemudian menoleh pada Yuchen. “Aku akan segera ke pemukiman warga. Agak jauh dari sini. Kau mau ikut atau menunggu di mobil?”

“Kau duluan saja. Aku akan mengambil ponselku yang tertinggal. Hubungi aku dan katakan di mana dirimu nanti.”

“Oke,” jawab Yibo.

Yuchen mengangguk lalu beranjak meninggalkan Yibo. Ia bergerak menjauh hingga Yibo tak lagi melihatnya.

Pemuda tampan itu menghembuskan napasnya dengan panjang. Rasa tegang tiba-tiba saja menyerangnya. Aku sudah sampai, Sean. Kau di mana?

Yibo berjalan menapaki pasir putih yang terhampar luas. Pemuda itu bergerak menuju pemukiman warga dan berharap jika ia masih ingat tempat yang ia tuju.

Butuh waktu 10 menit untuk sampai di pemukiman. Beberapa rumah yang dulunya terbuat dari kayu kini sudah terlihat mewah dan rapi. Yibo menaiki anak tangga bebatuan yang jadi jalan utama menuju pemukiman yang berada di atas sana. Ia melihat beberapa orang yang berkumpul, bercanda dan tertawa. Pemandangan langka yang sulit ia temukan saat ini.

Yang Yibo ingat, sejak dulu warga sekitar sangatlah ramah dan baik. Mereka menyambut pengunjung dengan terbuka, begitupun yang terjadi saat ini. Yibo berhenti di depan sebuah rumah warga yang mana tiga orang ibu-ibu paruh baya sedang asyik membuat kerajinan tangan yang terbahan dasar kulit kerang. Mereka tersenyum ramah ketika Yibo dan menyapa.

“Selamat pagi, Nyonya.”

“Selamat pagi, anak muda. Apa yang membawamu kemari? Kau datang untuk berkunjung? Wajahmu cukup asing, kau pasti bukan warga sini,” seorang ibu dengan rambut putih berucap.

520 (Diterbitkan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang