CHAPTER XXVII

1.5K 225 53
                                    

Lan Wangji mengajarkan bahwa menunggu adalah cara tuk menguji cintaku.
Wei Wuxian membuatku paham bahwa cinta itu memang harus diperjuangkan.
Gusu Lan membuatku mengerti bahwa peraturan dan kesetiaan sangatlah diperlukan.
Yunmeng Jiang membuatku tahu bahwa janji haruslah ditepati agar rindu dan cinta bisa terobati.



YIBO membawa Xiao Zhan ke balkon teater. Pemuda tampan itu memandang Xiao Zhan yang kini selalu menghindari tatapannya. Yibo menarik napas panjang sebelum akhirnya melangkah maju guna mendekati sang pemuda manis yang berdiri beberapa langkah di depannya. Namun, pemuda tampan itu urung kala Xiao Zhan memilih tuk menundukkan kepala dan mengambil langkah mundur seolah tak ingin Yibo mendekat, seakan ia membangun satu dinding kuat agar Yibo tak menghancurkannya.

“Zhan ....” Yibo berujar lirih. Ia tak lagi bisa menahan diri untuk tetap diam. Ia tak lagi bisa mengendalikan rindu yang sudah terlanjur bergelojak dalam jiwa---mengoyak hatinya yang penuh dengan kekosongan dan ia mencoba memberontak tuk menemukan sosok yang selalu tinggal di dalam sana.

“Aku harus segera menemui Zhuocheng di gereja. Katakan apa yang ingin kau sampaikan, jangan sampai membuang waktuku.”

Ucapan dingin itu baru saja dilontarkan Xiao Zhan pada Yibo hingga keduanya bertemu pandang. Xiao Zhan memandang ke arah manik Yibo yang tampak sendu.

“Maaf jika aku akan menyita waktumu. Namun … aku hanya ingin memandangmu sebentar agar setidaknya rinduku bisa terobati.”

Xiao Zhan terkekeh hambar sambil menggelengkan kepalanya. “Rindu? Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan seorang Wang Yibo merindukan penjilat sepertiku?”

“Zhan---”

“Ayo kita akhiri semuanya, Yibo,” Xiao Zhan menyergah.

Yibo membeku. Ia bahkan mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar. Pemuda itu menatap Xiao Zhan dengan nanar. Sementara di hadapannya, Xiao Zhan menarik napas dalam dan kembali buka suara walau terdengar parau.

“Ayo, kita akhiri agar semuanya jelas, agar tidak ada lagi yang tersakiti,” ucapnya. Xiao Zhan meneguk salivanya susah payah. Ia tersenyum samar.

“Aku mau mengundurkan diri sebagai manajermu. Kali ini aku serius. Aku tak lagi mau terikat denganmu, tak lagi mau berurusan denganmu jika itu hanya akan membuatku terluka lebih jauh lagi.”

“Ayo, lupakan semua janji yang pernah kita ucap. Lupakan juga keinginanku waktu itu. Aku sama sekali tidak membencimu. Namun, aku hanya ingin kau tahu bahwa berburuk sangka terhadap orang lain akan membuat orang itu kehilangan kepercayaan terhadapmu. Kau sendiri yang membuat janji dan kau sendiri yang mengingkari, jadi menurutku alangkah baiknya kau merenung dan melihat secara jelas siapa aku dan alasan apa yang membuatku memilih untuk mundur.”

Xiao Zhan mengembuskan napas berat sebelum akhirnya melemparkan sebuah senyuman. “Aku akan menghubungi Haikuan Ge soal putusnya kontrak kerjaku dan … terimakasih sudah menerimaku dengan baik selama aku bekerja. Aku senang bisa mengenal seorang aktor ternama macam dirimu, Yibo.”

Yibo menggelengkan kepalanya. Ia masih tak percaya jika Xiao Zhan akan melakukan ini. Ia tak mengira jika amarahnya saat itu akan berbuah fatal hingga Xiao Zhan memilih untuk menyerah.

“Zhan ... aku ....”

“Semoga sukses untuk battle-nya Minggu nanti. Aku percaya kau pasti akan memenangkan pertarungan,” lagi-lagi Xiao Zhan memotong ucapan Yibo. Ia tak mengijinkan Yibo untuk mengungkapkan apa yang ingin ia katakan. Apakah egois? Tidak. Xiao Zhan hanya berusaha agar dirinya tidak lagi goyah. Jika saja Yibo memintanya untuk kembali ia yakin ia pasti akan tersakiti lagi. Setidaknya ia ingin untuk sementara waktu menjaga jarak dengan majikannya itu dan bersikap sebagai orang asing yang baru saling mengenal. Karena dengan begitu, ia bisa melihat keseriusan Yibo terhadapnya. Agar Yibo lebih bersikap dewasa dan tidak mudah untuk mengambil keputusan begitu saja.

520 (Diterbitkan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang