CHAPTER XL

1.8K 230 73
                                    

Semakin ku menyayangimu semakin kuharus melepasmu dari hidupku. Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini. Kita tak mungkin terus bersama.
-Melempasmu by Drive-



SAlJU  masih setia menari dengan indah di luar sana. Lembutnya mendekap ranting dan rumput dan menjadikannya pekat. Burung tak lagi tampak---bersembunyi dalam senyap dan mengurung diri dalam sangkar yang hangat.

Ada mentari yang masih terselimuti gelita awan. Ada dingin yang masih membekukan kulit. Jarum jam terus bergerak sebagai poros waktu---membuat seorang  malaikat yang indah tanpa cela itu mematung  di tempat.

Xiao Zhan sudah siuman sejak semalam.  Pemuda itu memandang butiran bulat putih yang berhamburan di balik kaca jendela. Ia tak mengizinkan siapapun mengusik diamnya termasuk Yibo dan juga Yuchen. Bibirnya masih pucat---sama seperti salju yang dihempaskan cakrawala.

Ada rasa pedih yang kini menyerangnya. Ada rasa sakit yang kini menusuk relungnya. Rasa kehilangan membuatnya membatu untuk sesaat---mencoba 'tuk tuli dan bisu namun hanya jutaan sendu yang menegurnya lebih dulu.

Xiao Zhan menyentuh kaca di depannya dengan jemari gemetar---jemari yang semakin kurus setiap harinya. Luka dan duka seolah mengambil tawa dan kekuatannya secara terang-terangan hingga tak lagi bisa menolak dan mempertahankan diri agar lebih kuat.

Kedua manik indah itu terpejam. Kini waktu menunjukkan pukul 6 pagi waktu setempat. Akalnya berkelana dan Xiao Zhan tahu apa yang mesti ia lakukan hari ini. Ia tahu kemana kedua kakinya 'kan melangkah. Ia akan ke sana---ke tempat di mana ia akan menemukan jawaban atas apa yang kini mengusik dan menjamah pikirannya.

🍁🍁🍁

Yibo baru saja kembali setelah sempat pulang untuk berganti pakaian. Semalam Xiao Zhan mengusirnya dan berkata jika pemuda manis itu butuh waktu untuk menenangkan diri. Pagi ini, Yibo memberinya waktu namun ia tak menyangka jika ia justru kehilangan jejak.

Yibo terkejut bukan main saat mendapati ruang rawat Xiao Zhan terlihat lengang. Ia panik saat mendapati pemuda manisnya menghilang tanpa kata. Dengan rasa frustasi dan cemas, Yibo segera menghubungi Yuchen dan tak mendapatkan apa yang ingin ia ingin.

Berpikir keras. Itulah yang Yibo lakukan saat ini---memikirkan kemana kiranya pemuda manis itu pergi. Satu menit ... Dua menit ... Tiga menit ....

Satu jawaban muncul! Yibo segera berlari meninggalkan rumah sakit dan menuju tempat yang pasti akan dikunjungi Xiao Zhan---gereja tua.


🍁🍁🍁

Langkah itu kian pasti memasuki gereja tua yang sendari kecil menaunginya. Ia menatap lurus ke depan---memandang salib besar yang nyaris menyentuh langit-langit. Xiao Zhan berdiri di sana dengan wajah tanpa ekspresi setelah menemukan secarik surat yang tergores tinta---hasil karya Zhuocheng yang tergeletak di ruangannya.

Xiao Zhan meremas kertas usang itu dengan kuat. Tangannya gemetar hebat dengan sesak yang menjalari dadanya.

Pemuda manis itu terpejam. Tulisan penuh makna dalam menerkam jiwanya hingga rapuh.

"Teruntukmu, Tuhanku.
Ratusan misi sudah kutempuh. Jutaan kebaikan sudah kuabadikan. Ada bahagia saat diri ini melihat senyumnya, ada senang yang menggelitik tiap kali melihat tawanya.

Terimakasih sudah menciptakan makhluk indah dan suci sepertinya. Terimakasih sudah menciptakan seorang Xiao Zhan untuk menemani hari-hari yang sebelumnya membosankan. Ia membangunkan jiwaku yang lelah, ia membangkitkan peduli yang tak pernah kutunjukkan dan ia berhasil mengubur ego yang sempat menggebu.

520 (Diterbitkan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang