CHAPTER XXXIX

1.9K 232 29
                                    

Be stronger than before because I will be here to make everything better.



WANG Jiyang terdiam di kamar sang kakak. Pemuda itu mengedarkan pandang pada setiap sudut ruangan. Rasa sakit akan fakta yang baru saja ia dapatkan membuatnya harus mengurung diri selama berhari-hari. Pemuda itu tak pernah keluar kamar dan bersembunyi di kamar Ziyi guna melepaskan rindu. Ia terbaring di atas Kasur sembari menatap beberapa chat yang ada di ponsel sang kakak. Ponsel itu ia dapatkan dari polisi yang mengusut kasus kematian Ziyi.

“Kenapa? Kenapa kau bisa sebodoh ini?” gumam Jiyang saat ia melihat seluruh pesan yang Ziyi kirimkan pada Yubin---sang kekasih. Jiyang menggelengkan kepalanya dan tak mengira jika semua yang dialami Yibo adalah jerih payah Ziyi dalam misi membalas dendam dan berusaha mengajak Jiyang ke tempat yang lebih pantas. Kecemburuan yang ada membuatnya bersikap lebih kejam dan itu membuat Jiyang lebih terpuruk.

“Andai saja aku tahu jika alasanmu melakukan semua ini adalah aku,” ucapnya, “aku pasti akan menghentikanmu, Kak. Aku tak mau membiarkanmu terjerumus dan berbuat jahat karena diriku.”

Jiyang terpejam. Ia malu, ia kesal dan ia membenci dirinya sendiri karena ia secara tidak langsung sudah membuat sang kakak menjadi seorang monster. Jiyang menghembuskan napas berat. Ia ingin menyelesaikan semuanya, ia ingin memulai hidupnya dari awal dan ia ingin membuat ibunya juga jera---tak lagi ada keinginan akan harta dan takhta. Jiyang ingin mengatur satu rencana yang mana ibunya bisa membuka mata dengan lebar bahwa apa yang ia lakukan selama ini adalah kesalahan sehingga semua orang bisa berdamai dan tak ada lagi duka---tak ada lagi kejadian mengerikan seperti apa yang terjadi pada Ziyi.


🍁🍁🍁

Beberapa hari ini kondisi Xiao Zhan mulai membaik. Ia kembali bisa menelan makanan dan juga berbicara walaupun staminanya belum terkumpul penuh. Pemuda manis itu kini berdiri menghadap jendela ruang rawatnya. Ia menatap gumpalan salju yang turun sore ini---di hari ke-4 keberadaannya.

“Salju tak baik untuk kesehatanmu saat ini jadi jangan berpikir untuk kabur dan bermain-main di bawahnya.”

Xiao Zhan berbalik dan mendapati Yuchen yang menghampirinya dengan senyuman samar.

“Malaikat Cao, apa kau bisa membaca pikiranku saat ini?” tanya Xiao Zhan.

Yuchen terkekeh pelan lalu berdiri di sisi kiri Xiao Zhan. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan dan memandang lepas ke luar.

“Aku bisa menebak apa yang kau pikirkan lewat ekspresimu saat ini. Kau terlihat seperti anak kecil yang berharap bisa pergi dan bermain bola salju. Ck. Menyedihkan.”

Xiao Zhan berdecih mendengar penuturan Yuchen. Pemuda itu mempautkan bibirnya dan mendelik sebal.

“Kenapa kau baru datang? Kau tak pernah menjengukku,” ucap Xiao Zhan.

“Beberapa hari lalu aku datang, tapi aku urung masuk saat melihat Yibo menemanimu.”

Hening sejenak. Xiao Zhan melirik Yuchen dengan hati-hati.

“Maaf ....”

Yuchen menoleh dengan kerutan di keningnya. “Maaf untuk apa?”

“Maaf karena Yibo lebih sering menghabiskan waktunya bersamaku dibandingkan denganmu. Aku tahu kau pasti cemburu, tapi aku juga tidak bisa berkata apa-apa. Yibo pasti kesal jika aku menghindarinya lagi.”

Yuchen tertawa sambil menggelengkan kepalanya. “Aku tidak berpikir begitu. Aku memang cemburu, tapi aku merasa bahwa semua ini tidaklah perlu. Kau lebih membutuhkannya saat ini, aku tak mau egois. Aku berpikir untuk menyerah saja. Bagaimana menurutmu?”

520 (Diterbitkan) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang