-10 Bookstore (2)

410 53 9
                                    

"Lepasin!! Bangsat gatel lo tai!" Gue kembali meronta buat dilepas.

Tangan gue masih digenggam dengan keras oleh cowok brandal ini. Gue lihat kelima temannya udah pada lari ninggalin dia sendiri. Sekarang hanya ada gue, Yaowen, dan dia.

Yaowen, gue akui sekarang lo hebat.

"Mampus lo ditinggal!" Ucap gue lantang. Keberanian gue perlahan muncul karna sekarang disini ada Yaowen, tepat didepan mata gue.

"Heh binatang, berani kok sama cewe?" Ucap Yaowen sinis namun tenang.

Keren banget sahabat gue.

Asli.

"Lo mau pulang dengan nyawa ama jasad atau cuma dengan jasad doang?" Yaowen menarik rambut panjang cowok itu dan menghempaskannya ke dinding. Sama seperti yang di lakuin ke gue tadi.

Dengan ngosngosan, Yaowen melayangkan bogeman mentahnya tanpa ampun hingga cowo itu merasa amat sangat kesakitan.

"Ampun bro ampunnn"

"Tolong lepasin gue!!"

"Sakitt ampunn maafin gue!!"

Jujur, baru kali ini gue lihat Yaowen se bringas itu.

Setelah puas dengan aksinya, Yaowen menghempaskan cowok itu ke tanah dan berjongkok tepat disebelahnya.

"Sekali lagi lo gangguin dia, gue pastiin lo udah kekunci rapat di dalam peti. Ngerti?" Bisik Yaowen.

Cowok itu mengangguk mantap dengan muka yang udah babak belur. Banyak darah yang mengalir dari hidung dan kepalanya.

"Sekarang lo pergi, jangan sampai gue liat muka najis lo lagi. PERGI LO BANGSAT!!" Yaowen melayangkan tendangan terakhirnya yang membuat cowok itu lari terbirit birit.

Yatuhan, terimakasih.

Yaowen berlari kearah gue dan meluk gue erat. Gue yang masih takut dan gemetaran hanya bisa nangis se jadi jadinya dipelukannya.

"Wen, takutt."

"Udah, tenang ya, kita pulang sekarang." Yaowen mengelus pelan rambut gue dan ngegendong gue ke arah motornya yang terparkir dipinggir jalan.

.

.

.

.

.

Dalam perjalan pulang, gue cuman diem dengan tangan yang masih meluk punggung lebar Yaowen.

"Na?" Panggilnya sembari mengusap lembut kedua tangan gue yang bertaut di perutnya.

"Hmm?"

"Ada yang sakit gak badannya?"

Gue ngegeleng.

"Maafin gue ya."  Ucap Yaowen tiba tiba.

"Buat?"

"Kalo tadinya gue nemenin, pasti lo gak bakal digangguin binatang binatang tadi."

Yaowen mendenguh lesu. Dia terlihat amat sangat bersalah dengan keadaan gue.

"Gak, lo gak salah. Gue yang keras kepala." Gue nempelin pipi kanan gue ke punggungnya yang berlapiskan jaket denim ini.

Nyaman, itu yang gue rasakan.

Gue teramat sangat bersyukur punya Yaowen yang selalu jagain gue. Dan semua hal buruk yang menimpa gue itu pasti karna ulah gue sendiri, bukan Yaowen.

Yaowen hanya ngelindungi gue dari semua hal buruk itu.

"Wen, lo ngalahin semua orang tadi?" Tiba tiba gue kepikiran yang tadi.

Fu*kboy Resign | Liu Yaowen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang