Begitu Seokjin selesai mandi, Ibu Seokjin pamit mengundurkan diri. Wanita paruh baya itu sempat mengajak cucunya untuk ikut bersamanya, supaya meninggalkan Sojung dan Seokjin berdua di sini. Namun Fany menolak dan merengek supaya bisa terus di samping Sojung.
"Nggak pa-pa lah, Bu. Biarin aja, nggak ganggu kok," kata Seokjin. "Fany nggak ngeganggu kamu ya 'kan, Jung?"
Sojung mengangguk. "Iya, biarin aja."
Akhirnya Ibu Seokjin mengiyakan, kemudian pergi untuk melanjutkan tugas jahitannya.
Setelah Ibu Seokjin pergi menjauh, Sojung memberanikan diri untuk bertanya pada Seokjin mengenai Fany. "Fany tuh anak Bapak, ya?"
Seokjin di sebrang kursi sana tanpa ragu mengangguk. "Nanti kapan-kapan saya ceritain lebih lanjut ya kalau kamu mau?"
Sojung membalas, "Mau aja kalau Bapak nggak keberatan buat cerita."
"Tante, Tante. Mamanya Fany lagi sakit, dia ada rumah sakit sekarang. Kata Papa, Mamanya Fany kalau sehat wajahnya cantik, kayaknya sama kayak Tante," ujar Fany. "Tante mirip sama kayak Mamanya Fany, sama-sama cantik, tinggi. Fany pengen banget panggil Tante jadi Mama Cantik. Tapi Papa pasti nggak bolehin."
"Fany ..."
"Tuh, denger 'kan? Papa pasti marah!"
Sojung tertawa kecil, sementara Seokjin merasa kalau Sojung mungkin merasa terganggu akan sikap Fany. "Maaf ya, Jung? Nggak usah didengerin, namanya juga anak kecil."
"Iya, Pak. Santai kok," balas Sojung.
"Fany mau dipangku sama Tante, nggak?" tawar Sojung.
Fany dengan mata berbinar lantas mengangguk. Dia duduk di pangku Sojung dengan posisi menghadap Sojung. Sojung menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi pinggir wajah Fany, kemudian mengajak anak itu bicara sambil menangkup pipinya.
"Muka Fany cantik banget, pasti mirip sama Mama Fany, ya?" tanya Sojung.
Fany bersemu, dia mengangguk-angguk malu. "Tante juga cantik!"
"Terimakasih," ucap Sojung atas pujian Fany untuknya.
"Ngomong-ngomong, Tante ini muridnya Papa kamu. Tante juga masih kuliah, masih muda. Jadi harusnya Fany manggil Tante itu Kakak, bukan Tante apalagi Mama Cantik. Mamanya Fany itu cuma satu, nggak ada yang boleh gantiin posisi dia di hati Fany. Fany harus tetep sayang sama dia. Oke?"
"Tapi Tante mirip sama Mama Fanny-―"
"Oke, Fany. Cukup sampe sini aja, ya? Tante Sojung mau istirahat, Fany juga harus bobo! Ayo bobo!" sergah Seokjin supaya Fany berhenti merengek dan meminta hal yang tidak-tidak.
"Iya, Fany bobo, ya? Udah malem, nurut sama Papa," kata Sojung menimpali.
"Tapi Tante temenin, ya?" bujuk Fany. "Papa juga harus temenin kita!"
"Nggak boleh, Fany. Papa Fany sama Tante itu bukan suami istri, jadi nggak boleh tidur satu ranjang," kata Sojung.
Seokjin turut setuju. "Udah Fany tidur di kamar Fany bareng Tante Sojung aja, ya? Biarin nanti Papa tidur di sini aja, nggak pa-pa." Seokjin beralih pada Sojung, "Saya titip Fany ya, Jung?"
Sojung mengangguk, kemudian membawa Fany berdiri di dalam pelukannya. "Bapak mau diambilin bantal sama selimut?"
"Nggak usah, biar itu dipake kalian berdua aja. Saya nanti bisa ambil bantal di kamar Ibu. Makasih ya, Jung?"
"Buat apa bilang makasih?"
"Udah mau nemenin Fany," jawab Seokjin.
"Oh, kalo itu mah, santai aja," balas Sojung. "Saya yang harusnya malah bilang makasih, udah dikasih tumpangan buat tidur malem ini."
"Santai," balas Seokjin juga. "Udah gih, sana. Bawa masuk Fany, kasian, udah kemaleman juga."
Sojung mengangguk, setelahnya dia masuk ke dalam kamar. Menutup pintunya dan meletakkan Fany di atas ranjang pembaringan.
"Fany udah cuci muka, kaki sama tangan, belum?"
Fany mengangguk. "Udah tadi, sebelum Fany ngasih handuk ke Tante."
"Oh gitu. Yaudah sekarang Fany bobo, ya? Ayo tidurin badannya," kata Sojung yang membuat Fany merebahkan tubuhnya. "Sekarang tutup matanya."
Fany menutup matanya, Sojung mengitari kasur kemudian melepas handuk yang melilit di kepalanya. Setelah itu menyampirkan handuk itu di kepala kursi, kemudian gadis itu berjalan naik ke atas ranjang.
Sojung menarik selimut, kemudian memejamkan matanya sambil memeluk tubuh mungil Fany; gadis kecil milik guru pribadinya, Seokjin.
🖇 STAY OVERNIGHT 🖇
Paginya sekitar pukul setengah tujuh, Sojung sudah rapih dan bersiap untuk kembali ke rumah. Dia tinggal menunggu Seokjin dan Ibunya untuk pamit karena orang tuanya yang ada di rumah sudah menunggunya.
Begitu Seokjin selesai mandi, Sojung tersenyum dan menghampiri Seokjin. "Pak, saya pamit, ya? Ayah sama ibu udah nungguin, nggak enak kalau kelamaan," kata Sojung.
"Loh bentar, Jung. Biar saya yang nganter," kata Seokjin.
"Nggak usah kali, Pak. Nanti ngerepotin terus saya," kata Sojung.
"Nggak pa-pa, orang saya sendiri kok yang mau nganter kamu," balas Seokjin. "Kamu tunggu sini, ya? Saya ambil jaket dulu."
Sementara Seokjin mengambil jaketnya di kamar, Sojung beralih pada Ibu Seokjin yang sedang menyapu di halaman. Dia menghampiri Ibu Seokjin, kemudian berkata, "Bu, saya pamit dulu, ya?"
"Loh? Nggak mau sarapan dulu di sini? Sekalian nungguin Fany," tawar Ibu Seokjin.
"Nggak deh, Bu. Udah ditungguin ayah sama ibu di rumah soalnya, nggak enak nanti kalau kelamaan di sini. Jadinya 'kan malah ngerepotin Ibu sama Pak Seokjin juga nanti," kata Sojung.
"Nggak pa-pa loh, Nak. Saya nggak merasa direpotin. Fany juga 'kan seneng kalau kamu di sini. Kapan-kapan mampir lagi, ya?"
Sojung tersenyum. "Iya deh, Bu. Nanti kalau ada waktu, saya usahain mampir ke sini."
Seokjin yang ternyata sudah di luar dan sudah menyalakan motornya, lantas memanggil nama Sojung. "Jung, ayo!"
Sojung lantas mengucapkan kalimat terakhirnya untuk Ibu Seokjin, "Saya pamit ya, Bu? Seneng banget bisa kenalan sama Ibu, lain kali saya pasti mampir ke sini lagi. Sekalian titip salam buat Fany, ya?"
Ibu Seokjin mengangguk-angguk tanpa melepas senyuman di wajahnya. "Hati-hati ya, Nak?" Ibu Seokjin beralih pada Seokjin, "Hati-hati bawa motornya, Jin. Ada anak gadis yang kamu bawa."
"Iya, Bu," jawab Seokjin.
Begitu Seokjin melajukan motornya, Sojung sekali lagi memberi salam pada Ibu Seokjin. "Mari, Bu."
"Ya, hati-hati," sahut Ibu Seokjin. Wanita patuh baya itu terus memerhatikan motor putranya yang berjalan pergi sampai benar-benar menghilang dari gapaian pandangannya.
🖇 STAY OVERNIGHT 🖇
Author's Note:
Agaknya Sojung juga dapet lampu hijau dari Ibunya Seokjin [ngarep,,,]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Pak Seokjin
Fanfiction#1 ― Sowjin Sojung itu seorang mahasiswi. Sudah dari dua bulan lalu dia dibebani oleh tugas wajib skripsi, ditambah lagi perintah dosen yang mengharuskannya untuk berulangkali merevisi bab-bab yang ada. Sojung mau saja menyerah, keluar dari kampusny...