✨. MEET

923 145 46
                                        

Sojung kembali keluar dari kamarnya untuk makan malam. Dia menarik kursi, duduk di kursi, lalu terakhir dia mengambil gelas, dan menuangkan air putih di gelasnya.

Sojung menenggak setengah air yang ada di gelasnya. "Masak apa, Bu, buat malam ini?" tanya Sojung basa-basi.

"Capcai sama ayam goreng," jawab Ibunya. "Mau Ibu sendokin nasinya sekalian?"

"Nggak usah, Bu. Sojung ambil sendiri aja," balas Sojung.

Kemudian Sang Ibu pergi duduk di kursi sebrangnya, dilanjutkan dengan aksinya yang mengambil nasi sedikit untuk mengisi perutnya. Tak hanya nasi, Sojung juga mengambil sepotong ayam goreng dan beberapa sendok capcai.

Mereka semua makan dengan tenang selama lima menit, sebelum akhirnya sang ayah membuka suara. "Habis ini siap-siap ya, Jung? Gurunya jam setengah delapan nanti sampai di sini," ujar Ayahnya.

Sojung berhenti mengunyah makanannya, menatap Ayahnya dengan tatapan dan ekspresi tidak suka. Namun di detik berikutnya Sojung kembali mengunyah, kemudian dilanjut dengan aksinya yang meminum air.

"Ayah, apaan sih? Tadi 'kan Sojung udah bilang, nggak usah sewa guru private!" tukas Sojung.

"Ya gimana dong? Orang Ayah udah terlanjur bilang. Udah bayar tarif juga untuk beberapa bulan ke depan," balas Ayahnya.

"Ah, terserah deh! Ayah mah kalau ada apa-apa nggak diskusi sama Sojung dulu sih!" kesal Sojung.

"Ya 'kan ini demi kamu juga, Jung. Masa dikit-dikit Ayah harus diskusi sama kamu, terus Ayah nggak boleh gitu nentuin pilihan sendiri?"

"Ah, nggak tau deh, Yah! Pusing banget Sojung!"

Setelah itu anak gadis itu berdiri, berjalan pergi meninggalkan makanannya, serta kedua orang tuanya yang masih lanjut menyantap makan malam.

"Jung, itu ayamnya belum dihabisin. Habisin dulu dong, nanti nangis tuh ayamnya disisain begitu," kata Ibunya yang ingin menahan Sojung supaya tidak jadi pergi.

Namun Sojung yang sudah terlanjur berjalan pergi lantas menjawab, "Buat Ibu aja deh, udah nggak selera."

Sang Ibu mendecak. "Yaudah kalau gitu siap-siap ya Jung, ya? Buku-buku, pulpen, laptopnya juga disiapin semua," pesan Ibunya.

Sementara Sojung hanya menjawabnya dengan deheman panjang. "Hmm ...." Dalam hati dia bilang, "Ya terserah deh ya, Bu. Mau dibilang kayak gimana juga. Orang dari awal Sojung nggak mau disewain guru private. Kayak anak kecil ...."

🖇 MEET 🖇

Sekarang sudah pukul setengah delapan, Ayah dan Ibu Sojung menanti kedatangan guru private untuk Sojung dengan penuh harap.

Selang beberapa menit, pintu rumah mereka terketuk. Mereka menduga kalau yang mengetuk itu adalah guru private untuk anak mereka. Setelah pintu terbuka, benar saja, laki-laki yang ada di hadapan Ibu Sojung itu mengaku sebagai guru private yang tempo hari lalu dihubungi oleh Ayah Sojung.

Mereka mengajak Seokjin bicara sebentar di ruang tamu. Topik pembicaraan mereka tidak jauh dari pribadi Sojung yang memang senang sekali tidak memedulikan ucapan orang tuanya. Anak itu memang sedikit pembangkang, tapi Sojung tidak berkelakuan buruk. Maksudnya; bukan tipikal anak berandal.

"Sojung tuh cuma butuh dukungan sedikit lagi aja, terus dikasih tips, dikasih inspirasi dan referensi buat tema juga isi skripsinya," terang Ayah Sojung.

"Dia bukan anak nakal, tapi kelakuannya kadang emang suka bikin geleng-geleng kepala," lanjut terang Ibu Sojung. "Nanti sabar-sabar aja ya kalau ngehadapin dia? Kalau dia banyak bicara, iyain aja biar dia malu sendiri."

[1] Pak SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang