Sesuai apa yang dia ucapkan, dua hari kemudian Seokjin bergegas menuju rumah Sojung. Kabar baiknya dia langsung melihat gadis―yang sebenarnya dirindukannya―itu sedang duduk di halaman rumahnya seorang diri.
Seokjin bergegas membuka pintu pagar rumah Sojung dan berhati-hati dalam melangkah untuk mendekati Sojung.
Begitu dia sudah berdiri di depan gadis―buta―itu, Seokjin berusaha menahan butiran air matanya. Namun karena tidak kuat, akhirnya laki-laki itu menangis juga.
Seokjin buru-buru berlutut, menggenggam kedua tangan Sojung kemudian menangis di sana.
Sojung yang terkejut lantas bertanya-tanya, siapa orang yang tiba-tiba menggenggam kedua tangannya seperti ini? Kenapa ada suara tangisan?
"Maafin saya, Jung. Maafin saya."
Setelah mendengar suara itu, sekarang Sojung tahu siapa yang menggenggam erat kedua tangannya.
Enggan membalas, Sojung justru berteriak memanggil Ibunya. "Bu! Tolongin Sojung!"
Sang Ibu yang berada di dalam lantas segera bergegas keluar, sementara Seokjin yang masih berlutut masih tidak percaya bahwa Sojung mengabaikannya.
Ibu Sojung datang dengan ekspresi terkejut, namun dengan segera dia menjauhkan Seokjin dengan anaknya. Sojung dibawa berdiri di samping tubuhnya.
"Mau apa lagi ke sini?" tanya Ibu Sojung marah.
"Saya cuma―-"
"Saya bilang sama kamu sekali lagi, ya. Jangan dateng ke sini, apalagi sampe nemuin Sojung lagi! Saya sama ayahnya Sojung tuh udah nggak suka banget sama kamu! Makanya sekarang cepet kamu pergi! ... atau saya bakal teriak manggil satpam?"
Seokjin bangun dari posisi sebelumnya, dia menghela napasnya sebelum kembali bicara. "Saya ke-sini buat nebus kesalahan saya, Bu! Saya bawa kabar baik ... saya mau ngajak Sojung buat segera ngelakuin operasi mata. Saya udah dapet pendonor mata untuk Sojung."
Ibu Sojung sempat tertegun beberapa saat sebelum akhirnya dia menepis lagi. "Nggak! Saya udah bilang kalau saya sama ayahnya Sojung itu nggak suka sama kamu ... jadi kami nggak mau berurusan lagi sama kamu, apalagi sampe hutang budi!"
Seokjin menggelengkan kepala. "Tapi kasian Sojung, Bu. Sojung pasti pengen secepatnya bisa ngeliat lagi,"--Seokjin melirik Sojung yang berada di samping Ibunya--"Iya 'kan, Jung? Kamu mau 'kan bisa ngeliat lagi?"
Tahu bahwa dirinya diajak berbicara oleh Seokjin, Sojung tak banyak menanggapi. Dia hanya semakin menundukkan kepalanya. Selain itu ... dia tidak tahu harus bertindak bagaimana.
"Nggak!" sekali lagi, Ibu Sojung menentang, menolak tawaran yang diberikan Seokjin. "Sekarang kamu pulang aja! Saya sama suami saya bisa kok cari pendonor mata lain, tanpa perlu bantuan kamu!"
Seokjin masih menggeleng tidak percaya. Kenapa Ibu Sojung malah menolak tawarannya? Apa dia tidak mau Sojung segera kembali pulih?
"Sekarang kamu pulang! Cepet ... atau saya teriak sekarang juga?" ancam Ibu Sojung.
Seokjin akhirnya menyerah. Dia mengangkat kedua bahunya tanda putus asa, kemudian memutar setengah badannya. Tapi sebelum setengah putarannya sempurna, Seokjin sempat berkata, "Saya harap, keputusan Ibu nanti berubah secepatnya. Saya cuma pengen Sojung segera kembali pulih kayak dia yang sebelumnya ... dan saya tau, Ibu sama suami ibu juga pengen itu."
🖇 (NOT AS) EXPECTED 🖇
Semenjak kedatangan Seokjin tadi, Sojung kembali dibuat bimbang. Seokjin bilang bahwa dia sudah mendapatkan satu pasang mata untuk dirinya ... tapi sang ibu tidak mau menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Pak Seokjin
Fanfiction#1 ― Sowjin Sojung itu seorang mahasiswi. Sudah dari dua bulan lalu dia dibebani oleh tugas wajib skripsi, ditambah lagi perintah dosen yang mengharuskannya untuk berulangkali merevisi bab-bab yang ada. Sojung mau saja menyerah, keluar dari kampusny...