Keesokan harinya setelah tibanya Seokjin di rumah, laki-laki itu memutuskan untuk pergi mengunjungi istrinya.
Ibunya sudah berulangkali melarang, dan berkata pada Seokjin untuk pergi nanti-nanti saja. Namun Seokjin tidak mau mendengar, laki-laki itu malah pergi ketika Ibunya sedang mengantar Fany ke sekolahnya.
Dengan perban yang ada di tangan kirinya, Seokjin masuk ke dalam kamar rawat Yoona. Lagi-lagi secara kebetulan, Seokjin datang di saat Yoona tidak sedang istirahat.
"Hai," sapa Seokjin pada Yoona.
"Hai," balas Yoona. "Itu tangan kamu kenapa?"
Seokjin mengulas senyum, kemudian menggelengkan kepala. "Nggak pa-pa kok."
"Nggak pa-pa dari mananya? Tangan kamu sampe diperban gitu loh," balas Yoona lagi.
"Nggak pa-pa, Sayang. Cuma luka dikit aja, kok," balas Seokjin. Kemudian laki-laki itu langsung melemparkan pertanyaan, "Kamu gimana keadaannya hari ini? Udah membaik?"
Yoona menggeleng lemah. Lantas Seokjin melanjutkan, "Kenapa? Kamu udah capek, ya?"
Yoona tak menjawab. Dia justru melontarkan pertanyaan baru. "Aku mau ketemu Sojung ... bisa, nggak?"
"Buat apa?" tanya Seokjin.
"Ada perlu ...."
"Sojungnya nggak bisa, Yoon ...."
"Emangnya kamu udah tanya? Kok tau Sojung nggak bisa ketemu sama aku?" tanya Yoona.
"Sojung itu ... "
"Kamu mau bilang apa, sih? Kok ngegantung gitu?" tanya Yoona. "Sojung kenapa, Seokjin?"
Seokjin memantapkan diri sebelum menjawab pertanyaan Yoona. "Aku ceritain dari awal, ya?"
"Cerita apa sih emangnya?" tanya Yoona penasaran.
Seokjin mengangkat kedua bahunya sebagai tanda bahwa dia tak mengindahkan pertanyaan terakhir yang Yoona tanyakan.
"Aku sama Sojung beberapa hari yang lalu itu sebenernya ... kecelakaan, Yoon."
Yoona terkejut bukan main. "Jadi tangan kamu kayak gitu gara-gara kecelakaan itu?"
Seokjin mengangguk-anggukan kepala sebagai jawaban.
"Terus ... Sojung gimana?"
"Dia ... dia buta. Dia nggak bisa ngeliat lagi sekarang ... dan itu gara-gara aku," ungkap Seokjin menyesal.
Tanpa sadar Seokjin menitikkan air matanya. Dia juga mengungkapkan perasaan bersalahnya secara tidak langsung pada Yoona dari kalimat-kalimat yang keluar dari mulut laki-laki itu selanjutnya.
Yoona mengulas senyuman tulus, kemudian pelan-pelan meraih tangan Seokjin. "Udah, nggak usah nangis."
Yoona kemudian melanjutkan, "Aku titip pesen buat kamu. Seandainya nanti Sojung belum dapet pendonor mata, waktu aku udah nggak bisa nemenin kamu, Ibu sama Fany ... aku titip mataku buat Sojung, ya?"
Seokjin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu kok malah ngomong kayak gitu? Aku masih bisa kok cari pendonor mata yang lain buat Sojung, nggak perlu kamu yang ngorbanin diri kamu."
"Seokjin, aku nggak berkorban banyak. Kamu 'kan tau sendiri keadaan aku kayak gimana? Sedikit-sedikit ngeluh sakit, nyusahin kamu terus. Jadi ya―"
"Kamu emang udah bener-bener nggak kuat buat bertahan?" tanya Seokjin.
Lagi-lagi Yoona menggeleng dengan ulas senyum tipis. "Tinggal tunggu waktunya aja. Aku udah berusaha, semua juga udah berusaha buat bunuh sel kanker di tubuh aku ... tapi mungkin ini udah emang jalannya. Jalan buat kamu kejar Sojung, dan jadiin dia istri kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Pak Seokjin
Фанфик#1 ― Sowjin Sojung itu seorang mahasiswi. Sudah dari dua bulan lalu dia dibebani oleh tugas wajib skripsi, ditambah lagi perintah dosen yang mengharuskannya untuk berulangkali merevisi bab-bab yang ada. Sojung mau saja menyerah, keluar dari kampusny...