✨. THE ACCIDENT

438 80 21
                                    

"Fany, Seokjin, makan dulu, yuk," titah Ibu Seokjin setelah selesai menata menu makan malam di atas meja makan.

Sojung dari dapur juga perlahan jalan mendekat sambil membawa beberapa piring dan sendok.

"Nih piring sama sendoknya, nih," kata Sojung sambil menaruh dua barang itu di tengah-tengah meja makan.

"Fany mau Tante sendokin makannya?" tawar Sojung pada Fany.

Fany menggeleng, kemudian menolak Sojung dengan sopan. "Nggak deh, Tante. Fany ambil makannya sendiri aja."

"Mau ambil makan sendiri karena malu ya sama Tante Sojung, kalau porsi makannya Fany tuh banyak?" gurau Seokjin.

"Ih, Papa! Nggak, tau!" omel Fany tidak terima.

Sojung dan Ibu Seokjin lantas tertawa, sebelum Sojung ikut melontarkan kalimat, "Nggak pa-pa tau, kalau anak seumuran Fany makan banyak. Soalnya di umur-umur kayak Fany tuh lagi masa pertumbuhan. Jadi emang harus makan banyak makanan yang bergizi, biar Fany cepet besar juga."

"Tuh, Pa! Dengerin Tante Sojung!" titah Fany.

"Iya deh, masa pertumbuhan ... biar cepet besar," kata Seokjin sambil mengambil piringnya. "Besarnya tapi kayak panda, ya? Besar banget!"

"Itu mah, Papa ... perutnya besar kayak perut panda," ejek Fany.

Seokjin langsung mengacak-acak rambut Fany. "Ih, nakal ya, anak Papa. Bisa-bisanya ngatain perut Papa!"

"Eh, Fany. Nggak boleh gitu, itu namanya pembullyan. Nggak boleh kayak gitu lagi, ya?" ujar Ibu Seokjin memperingati. "Kalau bercanda kayak gitu sama Papa atau Nenek nggak pa-pa, tapi kalau sama temen Fany ... jangan, ya? Nanti kalau dia tersinggung gimana?"

"Iya deh, Fany minta maaf,"--Fany lanjut menatap Seokjin yang duduk di sebelahnya--"Pa, maafin Fany, ya?"

"Iya, nggak pa-pa," jawab Seokjin tanpa menghilangkan tawanya.

"Yaudah yuk, makan makanannya, nanti keburu dingin," ujar Ibu Seokjin. "Nak, ayo sini. Sendok nasinya, terus makan. Habis itu baru pulang, dianter Pak Seokjin."

Sojung duduk di kursinya, kemudian melakukan apa yang Ibu Seokjin perintahkan. Tanpa sadar sebenarnya sedaritadi Sojung memerhatikan kerutan di wajah Seokjin ketika tersenyum.

Alih-alih beranggapan bahwa Seokjin adalah pria tua yang cukup berumur, Sojung malah berpikir bahwa Seokjin terlihat begitu tampan dengan karismanya.

Tak urung juga Sojung yakin pada perasaannya yang semakin hari semakin berkembang. Sojung tak pernah berhenti mencintai Seokjin.

Seberapa besar pun usahanya untuk lupa, dia tidak akan pernah bisa ... kalau di dalam hatinya, hanya terukir nama Seokjin sebagai laki-laki idamannya.

🖇 THE ACCIDENT 🖇

Sojung sedang memakai helm yang baru saja diberikan Seokjin. Tapi entah dorongan darimana, Seokjin membantu Sojung membenarkan rambut yang jadi berantakan akibat aksinya yang baru saja selesai memasang helm di kepalanya.

Seokjin menatap Sojung usai merapihkan anak rambut Sojung yang berantakan. Matanya dan mata gadis manis itu bertemu. Seokjin seolah tak kuat menahan senyumannya, lantas mengulas senyumannya dengan malu-malu. Begitu juga dengan ... Sojung.

"Kamu kalau lagi senyum manis juga ya, Jung," kata Seokjin.

"Bapak juga," balas Sojung.

Seokjin makin mengulas senyumannya. Kemudian dia memerintahkan Sojung untuk segera naik ke atas motornya, "Ayo naik, nanti kemaleman."

[1] Pak SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang