27 - kemarahan Alvaro

1.2K 130 47
                                    

ASSALAMUALAIKUM SEMUANYAA, SELAMAT MALAM.

GIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA TETAP BAIK YA.

AKU BAWAKAN ALRA UNTUK KALIAN SEMUA. SEMOGA TETAP SUKA YA SAMA ALRA.

SIAPA YANG UDAH RINDU ALRA? ANGKAT TANGAN SINI.

YOK MERAPAT, BACA ALRANYA.

RAMAIKAN SETIAP PERCAKAPAN DENGAN KOMENTAR-KOMENTAR KALIAN.





















****

Kini Nanda, Citra, Dita berada di kantin. Mereka tengah makan di bangku pojok tempat Nanda dan Citra biasanya.

"Nda makanan lo kok masih utuh sih? Katanya tadi laper?" omel Citra saat melihat Nanda bengong dengan makanan yang masih utuh.

"Hah? Apa?" cengo Nanda.

"Kenapa makanan lo masih utuh?" tanya Citra lagi.

"Nggak papa."

"Nanda kenapa?" tanya Dita polos dengan sedikit mendekat ke arah Nanda.

"Eh lo jangan deket-deket," cegah Nanda dengan menjauh dari Dita.

"Lo kenapa si Nda, sensitif banget sama Dita," heran Citra.

"Dia tu manusia jadi-jadian," ucap Nanda asal.

"Jadi lo bilang gue manusia jadia jadian hah?" sarkah Dita.

"Tu kan Cit, dia itu setan," ucap Nanda bergidik ngeri.

"Ikut gue lo berdua," ucap Dita, lebih tepatnya memerintah.

****

"Adi, Ando," panggil Citra dan Nanda saat melihat keberadaan mereka.

"Ada apa?" tanya Adi mewakili Ando.

"Gawat ini, super super gawat," heboh Citra.

"Ada apa sih?" bingung Ando.

Flasback on

"Kita ngapain sih kesini?" tanya Citra

"Jangan jangan dia mau bunuh kita lagi cit," ucap Nanda dengan bergidik ngeri.

"Mau gue sumpel tuh mulut hah!" ketus Dita.

"Kok kek kenal ya suaranya?" gumam Citra.

"Gue mau kalian cerita ke Varo tentang keputusan yang di ambil orang tuanya untuk bawa Fara ke Prancis," ucap Dita dengan pandangan fokus ke depan.

"Kok lo bisa tau?" tanya Citra dengan oenuh slidik.

"Turutin aja omongan gue! Ngak usah ngebantah!" tajam Dita.

Nanda dan Citra pun bergidik ngeri melihat tatapan tajam itu.

"Lo sebenarnya siapa sih? Cenayang?" tanya Nanda dengan wajah watadosnya

"Intinya lo cerita tentang itu ke Alvaro Felix Geinandra," ucap Dita dengan meninggalkan mereka berdua.

"Busyet ini gimana anjir, gue takut di amuk sama Varo," ucap Nanda bergidik ngeri.

"Ya mau gimana lagi, bisa di amuk dua kali lipat kalo kita nggak bilang sama Varo sekarang, lo liat sendirikan tatapnnya gimana?" ucap Citra dengan mengingat tatapan tajam Dita.

"Kalo gitu lo aja yang bilang sama Varo kan dia sepupu lo," usul Nanda.

"Kok gue? Mending kita omongin sama Ando dan Adi aja dulu," ucap Citra dan di angguki oleh Nanda.

ALRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang