14

450 55 21
                                    

Song Mino sialan! Gara-gara dia sekarang aku harus memotong waktu makan siangku dengan menemuinya, padahalkan apa susahnya menandatangani, toh kita bertemu setiap hari dirumah, aku tidak akan macam-macam dengan kontrak itu.

Aku mengekori salah satu karyawan Mino dengan mengantar ke ruangannya. Aku tidak bisa tidak kagum dengan kantor ini, gila! Selama ini aku punya suami yang kaya raya!

Kakiku melangkah kedepan meja kerja Mino, Mino yang tengah menelpon seseorang menisyaratkanku untuk duduk disana. Aku hanya manut saja.

Ruangannya tidak terlalu besar untuk ukuran CEO, ya... Bisa dimaklumi, sepertinya Mino cinta kesederhanaan dilihat juga dari apartemen kami yang tidak cukup besar untuk ukuran empu perusahaan.

"Maaf..." Ujarnya setelah beberapa saat mengabaikanku.

Tanpa basa-basi aku menyerahkan berkas yang harus dia tandatangani. Ia menerimanya dan membuka halaman pertamanya, ia membacanya dengan seksama membuatku merasa bosan dengan cara bacanya yang teliti, banyak yang harus kupelajari dari suamiku ini.

Setelah beberapa lama, ia akhirnya selesai membaca, menanyakan beberapa hal mengenai kontrak dan akhirnya menandatanganinya. Aku mengambil kembali dokumen itu dan hendak pergi.

"Kau... Sudah makan?" Tanya Mino secara tiba-tiba saat aku berbalik.

Aku menatap heran kearahnya, tidak mau percaya diri juga kalau ia akan mengajakku makan siang bersama.
"Ikut aku..." Ujarnya sambil meraih pergelangan tanganku.

Aku sedikit diseretnya dengan pertanyaan dikepalaku. Namun ternyata ia membawaku ke kantin perusahaan. Aku sedikit tidak nyaman mengingat ini pertama kalinya aku bersama Mino. Aku tidak begitu yakin melihat banyaknya pasang mata tertuju padaku kini.

"Makan..." Titah Mino melihatku yang kurang nyaman disana.

"Kau tidak lihat orang-orang melihat kita? Aku sedikit tidak nyaman... Bagaimana kalau orang-orang beranggapan yang tidak-tidak?" Ucapku sedikit berbisik.

Ia memanyunkan bibirnya sambil mengangkat bahu.
"Memangnya aneh sepasang suami istri makan bersama?" Tanyanya santai.

Aku membelalak.
"Iyasih, tapikan orang-orang tidak tahu kalau aku istrimu..." Belaku.

Mino menatapku serius.
"Mau aku umumkan bahwa kau istriku?"

Aku langsung membolakan mataku. Menatap Mino dengan penuh tidak percaya.

"Yasudah makan ya..." Titahnya lagi sambil mengambil sendok disebelahku dan membuatku menggenggamnya.

Aku kikuk, yang bisa kulakukan sekarang hanya menuruti perintahnya dengan makan makananku. Aku menyuapkan sedikit demi sedikit makanan diatas piringku.

"Oh iya... Besok ulang tahun Ibumu jam berapa acaranya?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku semakin mengernyitkan dahiku, sejak kapan Mino peduli soal ulang tahun ibuku?
"Kenapa? Kau mau datang?" Tanyaku.

Mino mengangguk setuju.
"Ya... Jam berapa?" Tanyanya lagi.

"Kau yakin?" Tanyaku lagi sambil mendekatkan wajahku kearahnya.

Mino mengangguk lagi.
"Ya... Mau membeli kado bersama?"

Aku hampir tersedak dengan tawarannya. Mino ada apa lagi?
"Kau yakin?" Tanyaku lagi.

Mino mengangguk lagi, aku masih menatapnya tidak percaya.
"Aku jemput dikantormu ya..." Tuturnya.

Aku menggeleng.
"Tidak usah, aku bawa mobil..." Elakku.

Ia menyuapkan suapan besar dengan santai.
"Yasudah bagaimana kalau kau yang menjemputku?"

"Ada apa dengan mobilmu?" Tanyaku sambil celingukan.

"Tidak, hanya ingin bersama saja..." Jawabnya enteng.

Aku secara tidak sadar mengangguk setuju. Mino terlihat melihat arlojinya.

"Aku tidak bisa lama, ada meeting lagi..." Ia memberitahu.

Aku mengangguk tanpa menjawab. Ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya kearahku, sangat dekat.
"Ini tebusan karena aku tidak asik semalam..."

Dan kemudian ia mencium bibirku, aku kaget karena merasakan bibir lembutnya mendarat dibibirku. Sebelum aku melemparkan protes apapun, Mino telah pergi.

Aku masih membelalak sambil celingukan melihat sekitarku yang terlonjak, ya, siapa yang tidak terkejut melihat atasannya mencium orang asing bagi mereka.

Aku menelan ludah pertanda canggung dan malu yang luar biasa, aku melihat sekitarku dan sekitarku menatap tajam kearahku. Sialan! Kenapa Mino jadi begini?!

***

Sebenarnya antara niat tidak niat aku menjemput Mino. Aku tidak mengerti jalan pikirannya. Ini terlalu mendadak bahkan hanya untuk pergi bersama.

Mino masuk kedalam mobilku dengan  santai, aku kembali mengingat kejadian tadi, saat semua karyawannya menatapku seolah aku aneh.
"Ayo...!" Ucapnya ceria.

Aku menatap Mino dengan tajam.
"Kau! Jangan berlaku seperti tadi lagi, setidaknya tidak dihadapan karyawanmu!" Marahku.

Mino bukannya takut dengan tatapan mautku, ia malah cekikikan.
"Kau lucu sekali kalau marah, aku menyesal tidak pernah melihatnya sebelumnya..."

Aku membelalak tidak percaya.
"Sebenarnya ada apa dengan kepalamu? Habis terbentur apa sampai-sampai berperilaku aneh seperti ini?" Cerocosku.

"Aku memang seperti ini kok..." Tuturnya santai.

Aku menggeleng keras sambil mulai menjalankan mobil.
"Tidak... Bukan Mino ini yang aku kenal... Mino yang kukenal dingin, tidak pedulian, susah dicari..." Gerutuku.

"Aku kan sudah bilang akan memulai semuanya dari awal lagi..." Ucap Mino.

Aku melirik sebentar kearah Mino.
"Apakah kau pikir hubungan kita akan berhasil?" Tanyaku pelan.

Mino menghela napasnya.
"Semoga saja, doakan aku agar alasanku menjagamu lebih dari cukup untuk bisa mencintaimu..."

Kisah Menjelang MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang