Tidak ada banyak hal yang bisa kulakukan selama kami tinggal disini. Aku hanya mengekor Mino kemanapun dia pergi, tatapan orang-orang padaku juga mulai tidak setajam kemarin-kemarin.
Di kantor Mino merupakan salah satu pria idaman setiap karyawan wanita, untuk itu banyak sekali yang patah hati saat tempo waktu lalu Mino tiba-tiba menciumku ditempat umum. Aku dapatkan info tersebut dari salah sati karyawan Mino berambut pendek yang duduk disebelahku tempo hari lalu.
Karyawan itu juga menceritakan berbagai hal mengenai kebiasaan Song Mino ketika bekerja, diantaranya harus selalu tersedia secangkir kopi disebelahnya. Tidak heran, mengingat Mino selalu sarapan dengan secangkir kopi.
Karyawan Mino itu juga menyebut Mino sebagai salah satu pria idamannya, namun ia perlahan sadar diri saat tahu aku sudah menjadi istrinya. Karyawan itu selalu bilang bahwa ia minder karena melihat parasku. Ya... Maksudku aku tidak ingin sombong sih...
***
"Sekali saja..." Ucap Mino sambil menampilkan raut memelasnya.
Aku menggeleng.
"Aku tidak ingin pergi kesana Mino, aku capek..." Elakku saat Mino menyeretku.Mino mendecak kearahku saat mendengar aku yang terus menerus menolak ajakan pria itu. Mino dan rengekan yang bahkan baru aku tahu pria itu kalau merengek bisa sampai guling-guling di kasurnya.
Dengan langkah gontai antara mau dan tidak mau aku mengikuti keinginan pria itu, aku mengekor Mino, kemanapun pria itu pergi.
Tidak buruk juga Song Mino mengajakku pergi, karena yang kulihat kini adalah salah satu pemandangan yang amat indah, meski lampu temaram yang dipakai, tidak mengurangi keindahan tempat yang membuatku menganga ini.
"Kau tahu juga tempat seperti ini?" Pujiku yang sekaligus mengandung ejekan.
Mino tersenyum bangga.
"Selamat datang di Song Mino Tour... Perjalanan menuju tempat-tempat yang spektakuler yang pasti akan memukaumu..."Aku menampilkan ekspresi tak percaya.
"Oke... Kita lihat seberapa lihainya Song Mino memukauku..."Mino menampilkan ekspresi liciknya, badannya condong kearahku.
"Aku setiap malam selalu memukaumu... Tidak disini, Tapi di ranjang..." Ia setengah berbisik.Aku memelotot mendengar kata-kata vulgar pria itu. Tanganku refleks memukul kecil lengan pria itu dan dibalas dengan aduhan walau kuyakin pasti ia tidak kesakitan.
Mino mempersilakanku duduk disalah satu kursi dengan elegan. Aku tersenyum kearahnya, cukup terkesan dengan sikap romantis pria itu kepadaku malam ini.
"Terimakasih..." Ujarku lembut."Dengan senang hati istriku..." Mino membalasku dengan norak.
Aku mengerling kecil sambil tertawa. Mino juga ikut duduk diseberangku. Kami duduk dibnangku luar restoran yang penuh dengan pemandangan indah menghampar.
Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang langsung menuju meja kami dan menyajikan dua gelas wine untuk kami berdua. Pelayan itu langsung pergi setelah menyajikan wine.
Mino mengangkat gelas miliknya, aku tersenyum ikut mengangkat gelasku sendiri dan mendentingkan gelasku dengan gelas miliknya. Kami menyesapnya bersama, mataku berbinar saat merasakan cairan itu penuh dalam mulutku mengalir ke tenggorokanku.
"Sepertinya ada yang kurang..." Mino tiba-tiba berujar.
Aku mengangkat kedua alisku.
"Hmm?""Tunggu sebentar..." Mino berucao kemudian pergi dari hadapanku, membuatku terheran-heran dengan sikapnya yang selalu tiba-tiba.
Aku tidak bisa mencegahnya pergi jadi yang bisa kulakukan adalah menunggu hingga pria itu kembali. Aku hanya menatap sekitar, pemandangan disini cukup membutku teralihkan hingga satu suara memanggilku.
"Irene?" Ujar seseorang dari arah belakangku, suara itu berat dan aku tidak mengenalinya.
Aku menoleh kebelakang kemudian mengernyitkan dahiku karena orang yang memanggilku hampir tidak aku kenal.
Pria itu semakin dekat kearahku dan aku kini tengah menggali memori otakku untuk menemukan siapa pria yang menyapaku itu.
"Irene kan? Aku Dongwoo, kakak tingkatmu..." Pria itu dengan hangat menyapa.Aku mengernyit sebentar hingga otakku menemukan satu nama itu. Itu Dongwoo, kakak tingkat yang hampir setiap hari berdiam dikelasku, meski kami selalu berbeda kelas. Aku ingat Dongwoo kerap kali bersama teman-temannya yang satu kelas denganku.
"Aaahhh... iya! Maaf aku tadi tidak mengingatnya..." Ucapku merasa bersalah.
Ia tersenyum manis.
"Tidak apa-apa sudah lama juga kita tidak bertemu ya..." Dongwoo berujar.Aku membalas senyumnya.
"Ada acara makan malam juga?" Tanyaku basa-basi.Ia menggeleng pelan.
"Tidak... Aku pemiliknya..."Aku membelalak saat Dongwoo berbicara bahwa restoran ini miliknya.
"Yaampun! Maafkan aku... Aku tidak tahu..."Ia kembali tersenyum kepadaku. Sedang aku menunduk malu karena salah prasangka.
"Kau bersama siapa?" Tanyanya memecah kecanggungan."Ooh... Itu... Suamiku..." Ujarku sesaat setelah aku melihat Mino dibelakang Dongwoo. Mino kembali sembari menenteng satu kantong cukup besar dan ia kini memelotot kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Menjelang Malam
FanfictionSemua Hal berpacu pada waktu, entah itu baik atau justru buruk untukku. Waktu yang membuatku akhirnya berbicara, menuntunku hingga bertindak, Dan mengarahkanku juga pada sesalan tiada ujung. Mungkin menjadi ilalang semakin menguntungkan, karena aku...