Aku bangun dalam keadaan telanjang, seperti biasa dengan Mino uang memelukku erat, hari ini entah kenapa aku sangat malas untuk berangkat bekerja. Hingga aku melihat jam dan membelalak kaget bahwa ini jam delapan pagi.
Aku menyingkirkan lengan yang melingkar ditubuhku, namun Song Mino malah kembali mengeratkannya lagi membuatku menghela napas kasar.
"Aku harus bekerja Mino...""Sebentar lagi, ini juga masih pagi..." Ucap Mino dengan mada yang parau.
Mino kembali menghentakkan tubuhnya merekat padaku, membuatku mengeluarkan tenaga ekstra untuk melepaskannya.
"Ini jam delapan! Aku harus bekerja...""Dan bertemu si Jinyoung licik itu lagi?! Heuh... Cih..." Mino mendecih disela gerutunya.
Aku kaget dengan apa yang baru saja dilontarkannya.
"Kenapa Pak Jinyoung licik?" Tanyaku ragu."Kau pikir aku tidak tahu dia mengajakmu berkencan tempo hari?" Ucap Mino yang sekarang masih mengeratkan pelukannya padaku.
Aku mengernyitan dahi, darimana pria ini tahu?
"Dari mana kau tahu?!" Sontak aku bertanya.Aku rasakan Mino kini cemberut disana.
"Jangan berkencan dengannya, dia tidak baik untukmu..." Gerutu Mino.Aku terkikik dengan rajukan pria itu.
"Ya habisnya, aku punya suami tapi tidak pernah perhatian!" Tantangku padanya.Ia langsung duduk tegap disampingku.
"Aku janji akan berusaha... Tolong jangan berkencan dengan pria itu..." Mohonya dengan wajah yang memelas. Aku semakin terkikik melihatnya."Aku harus bekerja..." Akhirnya aku beranjak setelah terlepas dari pelukan pria itu. Aku meninggalkan Mino dikasur.
Aku cekikikan dalam perjalananku menuju kamar mandi untuk membasuh diri. Song Mino, bagaimana pria itu tahu?!
***
Memulai pagiku dengan pelukan Mino disampingku membuat mood hari ini menjadi luar biasa, tanpa aku sangka, Mino bisa menaikkan perasaanku setinggi ini.
Aku duduk dikursi kerjaku, memulai hariku sebagai pekerja yang selalu sibuk. Aku mendongkakkan kepalaku ketika seseorang mengetuk meja kerjaku. Jinyoung, tidak lain adalah atasanku yang tempo hari menyatakan perasaannya padaku.
Aku menatap Pak Jinyoung dengan penasaran.
"Iya Pak?"Ia malah menatapku balik sambil tersenyum lembut kearahku.
"Aku tidak tahan hari minggu tidak bertemu denganmu..." Godanya.Aku terkekeh dengan leluconnya.
"Kau bertemu denganku setiap hari..." Jawabku singkat.Seketika aku tersadar dengan apa yang baru saja kukatakan. Aku menatap nanar Pam Jinyoung sontak, merasakan betapa jahatnya diriku dengan menginginkan keduanya, Song Mino dan Pak Jinyoung.
Bagaimana mungkin semalam aku baru saja mendesah bersama Mino dan dipagi harinya aku malah tertawa walau kesal sekaligus dengan tingkah pria itu. Aku masih menatapnya nanar.
Pak Jinyoung mengerutkan keningnya melihat sorot mataku.
"Ada apa?" Tanyanya heran.Aku masih menatapnya. Tidak dapat kupungkiri bahwa Pak Jinyoung merupakan orang yang baik, sangat baik, walaupun dengan tingkahnya yang menjengkelkan yang kadang membuatku merasa membencinya, namun satu waktu aku suka caranya memerhatikanku hingga aku tidak pernah menolak ajakannya.
Tapi dalam pikiranku melayang sosok Song Mino, suamiku yang aku sendiri bingung kenapa menikahinya, alasan yang jelas sebenarnya, namun aku tidak mengerti kenapa aku masih bertahan disampingnya, ketika rumah tangga kami kering keronta dan tanpa harapan.
Terlalu banyak rahasia yang kami pendam, bagaimana sosok Song Mino yang aneh dan tidak dapat kumengerti, hingga perasaanku yang aku sendiri kemana jalannya. Bagaimana mungkin aku menyukai dua pria sekaligus dalam satu waktu?
Dengan aku memikirkan hal itu, membuat perasaanku seketika kacau, bolehkah seorang wanita tidak memilih? Aku masih terdiam hingga akhir hariku.
Aku pergi kerumah Jennie guna memperbaiki mood swingku, biasanya wanita itu punya cara untuk memperbaiki perasaanku.
Aku memasuki gedung apartmennya, menekan bel dan berdiri didepan interkomnya, aku tidak berharap lebih mengingat aku tidak memberitahu Jennie sebelumnya.
Beruntungnya Jennie sedang ada dirumahnya, langsung mempersilakan masuk diriku dengan riang.
Aku melihat Hanbin disana, entah sampai kapan mereka berdua akan terus pada statusnya yang tidak berubah sejak lima tahun lalu.
Jennie memelukku lembut melihatku yang cemberut. Aku mengikutinya dan duduk disofa dekat televisi. Hanbin bergerak dan mengambilkan minum untuk kami.
Jennie masih memelukku, terlampau tahu kalau aku tengah tidak baik-baik saja, Jennie tahu segalanya.
"Mau cerita?" Ungkapnya pada akhirnya.Aku mendongkakkan kepalaku menuju Jennie.
"Mino tidak ingin bercerai dariku..."Selagi aku mulai cerita, Hanbin meletakkan dua gelas air putih didepanku, ia yang cukup tahu diri pergi menuju kamar Jennie atau kamar mereka diujung sana.
"Lalu bagaimana?" Tanyanya masih penasaran.
Aku menghela napasku dalam.
"Mino bilang dia ingin memperbaiki hubunganku dengannya, aku tidak mengerti, Mino bilang dia mencintaiku sejak lama, tapi aku tidak merasakan cintanya sedikitpun sebelum ini. Pikiran Mino terlalu sulit untuk kutebak, dia sekarang memperlakukanku dengan amat baik, hingga aku... Hingga aku mulai nyaman padanya..." Ujarku dalam.Jennie membelalak.
"Kalau begitu bagus Rene... Apa yang kau bingungkan?" Tanyanya lagi.Aku kembali menghela napasku.
"Pak Jinyoung mengajakku berkencan baru-baru ini, aku bilang kan kalau aku membencinya karena dia menjengkelkan... Tapi aku tidak menyadari bahwa aku menyukai bagaimana dia selalu memperhatikanku dikantor, dia juga semakin mendekatiku sekarang..." Lanjutku.Jennie terlihat masih mencerna perkataanku dengan baik-baik.
"Ya kau harus memilih Rene, tidak mungkin kau mencintai dua pria sekaligus kan?" Tanya Jennie menasehatiku.Aku mengangguk pelan.
"Orang tuaku terlalu menginginkan aku bersama Mino, tapi Mino terlalu sulit untuk kupahami, terlalu banyak rahasia yang Mino simpan... Aku bisa merasakannya..."Aku benci kerumitan, tentu saja, aku hanya berharap hidupku baik-baik saja tanpa masalah.
Jennie mengusap pundakku pelan.
"Dengar... Mino pasti kan punya alasan kenapa berbuat seperti itu, jika ia bilang mencintaimu kenapa tidak kau pastikan bahwa ia memang benar-benar mencintaimu? Dan kurasa kau tidak usah khawatir dengan atasanmu itu, kau hanya bingung karena perubahan tiba-tiba dari suamimu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Menjelang Malam
FanfictionSemua Hal berpacu pada waktu, entah itu baik atau justru buruk untukku. Waktu yang membuatku akhirnya berbicara, menuntunku hingga bertindak, Dan mengarahkanku juga pada sesalan tiada ujung. Mungkin menjadi ilalang semakin menguntungkan, karena aku...