Aku mendengar perkataan Mino soal memulai semuanya dari awal. Sebenarnya aku gugup, awal yang Mana yang Mino maksud?
"Tidak Mino, kau tidak lelah terus berpura-pura? Maksudku meski Kita mulai dari awal, memulai kembali kesepakatan Kita, untuk apa? Kita tidak saling mencintai..." Tuturku.Mino kembali menatapku sendu.
"Kita mulai untuk belajar saling mencintai..."Aku membelalak, apa aku tidak salah dengar?
"Katamu kau tidak bisa mencintaiku..." Lirihku.Mino menggeleng pelan.
"Bukan berarti aku tidak bisa belajar..."Aku menatap manik mata Mino lamat-lamat Tanpa berbicara.
"Ayo kita lakukan ini demi orang tua kita, aku tidak bisa menyakiti mereka dengan melihat Kita bercerai..." Lanjut Mino.
Aku kembali melihat sorot matanya. Terlihat ia cukup yakin dengan ucapannya, tapi sesaat kemudian sorot matanya berubah, sorot matanya menjadi dalam, jauh sekali sampai aku tidak bisa menebak apa yang dilihat sorot mata itu.
"Apakah ini jalan yang tepat untuk Kita?" Tanyaku.
Mino mengangguk setuju.
"Aku berharap ini Cara yang tepat..."Entahlah, perasaanku menghangat ketika Mino berbicara hal itu padaku, tapi bukan berarti aku tidak sangsi dengan perkataan Mino. Mino terlalu penuh rahasia, aku tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Aku jadi bertanya-tanya sendiri, apa benar ini yang aku mau, hanya sesederhana merasa dicintai?
***
Aku akhirnya diperbolehkan pulang setelah menginap dua Hari dirumah sakit, dokterku selalu mewanti-wanti perihal ASI yang terus keluar dari payudaraku.
Baik orang tuaku maupun orang tua Mino tidak datang lagi setelah kejadian aku meminta cerai didepan mereka. Sebenarnya aku juga tidak yakin Ada apa denganku, maksudku selama ini aku baik-baik saja dengan Mino, tapi entah kenapa aku selalu kecewa terhadapnya.
Mino membawakan barang-barangku, sedangkan aku mengekor dibelakangnya. Mino tidak banyak bicara setelah obrolan kami. Aku juga tidak banyak bertanya padanya karena entah mengapa keadaan sangat canggung diantara kami.
***
Aku kini duduk disofa apartemenku bersama Mino diseberangku. Kami sama-sama diam sekarang. Aku tidak sanggup menatapnya.
Kepalaku masih bertanya-tanya perihal niat Mino untuk memulai semuanya kembali, aku tidak yakin.
"Jadi... Apa yang harus kulakukan agar kau tidak meminta cerai dariku?" Tanya Mino pada akhirnya.
Aku perlahan menengok kearah Mino.
"Entahlah... Maksudku... Aku tidak tahu..." Ujarku gugup. Sialan kenapa gaya bicaraku seperti itu?!Mino menatap lurus kearahku, membuatku sedikit terintimidasi.
"Apapun yang kau inginkan akan kuikuti..." Tuturnya.Aku cemberut, kenapa jadi aku yang merasa bertanggung jawab?
"Aku tidak tahu... Apa yang harus kulakukan?" Ucapku sambil menatap memelas kearah Mino.Mino tersenyum. Tunggu. Tersenyum?
"Tidak apa-apa, pelan-pelan saja, aku akan menunggu..."Aku menghela napasku dalam-dalam. Kenapa situasinya semakin canggung seperti ini? Maksudku kan bukan begini...
Dering telepon membuyarkan lamunku. Aku merogoh ponselku dari tas tanganku. Ketika aku melihat siapa yang menelponku aku hampir saja membanting ponsel kearah lantai.
"Hallo?" Tanyaku.Jinyoung. Dia yang menelponku. Atau harus kukatakan Pak Jinyoung? Karena ya... Dia atasanku.
"Irene, kudengar kau masuk rumah sakit?" Tanyanya dengan nada khawatir."Aku sudah baik-baik saja, aku sudah pulang kerumah Pak..." Sopanku. Ya... Aku harus bersikap sopan meski dibelakangnya aku selalu memakinya.
"Ahhhh... Syukurlah, kau tidak apa-apa? Perlu aku jenguk?" Tanyanya lagi.
Aku mengerling mendengar pertanyaan itu.
"Tidak perlu, aku sudah sehat. Aku besok akan masuk kerja..." Tuturku menjaga agar mulutku tidak keceplosan memakinya."Tidak usah, kalau kau belum merasa baik istirahatlah dirumah..."
Aku mendelik.
"Tidak Pak... Aku baik-baik saja...""Baiklah kalau begitu, terus jaga kesehatanmu, sampai bertemu besok..." Ucapnya sambil memutus panggilan.
Aku sedikit melempar ponselku kearah sofa, memandang kesal kesembarang arah.
Pak Jinyoung, sebenarnya tidak ada yang salah dengan pria itu, ia baik, ia perhatian dan ia bisa juga bersedia memberikan segalanya untukku. Tapi entahlah, aku rasa diriku kurang pas jika bersamanya, walau terkadang otakku memberontak untuk berpikir jernih seperti melempar tubuhku pada Pak Jinyoung yang jelas-jelas menyukaiku alih-alih bersama orang aneh yang sekarang menjadi suamiku.
"Kau terlihat sangat tidak menyukainya..." Ucap Mino tiba-tiba.
Aku mengerjap. Dia kenapa tiba-tiba jadi perhatian? Aku terus menatapnya Tanpa menjawabnya.
"Bukankah ini yang dilakukan pasangan? Maksudku berbagi cerita?" Ucap Mino yang melihatku penuh tanda Tanya kepadanya.
Aku kembali mengerjap, sesaat kesadaranku kembali.
"Aahhh... Ya... Ehmm... Dia atasanku, ehhmmm... Dia eehhmm... Seperti... Seperti... Menyukaiku?" Ucapku gugup."Dia selalu menelponmu seperti itu?" Mino kembali bertanya, terlihat juga ia begitu gugup saat menatapku, ia bahkan menggaruk belakang kepalanya yang aku yakin tidak gatal.
Aku mengangguk.
"Ya... Dia agak, kau tahu... Sedikit menyebalkan..." Kurasa aku harus mulai terbiasa dengan ini."Perlu aku berbicara padanya Dan bilang jangan lagi menganggumu?" Tanyanya terlihat serius.
Aku mengerjap lagi.
"Tidak usah, aku masih bisa mengatasinya..."Mino mengangguk mengerti. Aku masih merasa aneh dengan situasi ini.
"Aku... Aku... Mau tidur dulu..."Ya! Kabur adalah solusi terbaik saat aku merasa canggung seperti tadi. Aku lalu berjalan menuju kamarku, namun Mino menghentikan langkahku dengan menggenggam tanganku.
"Kalau butuh apa-apa bilang padaku..."Aku terhenti sebentar lalu mengangguk canggung Dan pergi menuju kamarku.
Aku menatap langit-langit kamarku sambil terus menghela napasku. Aku belum terbiasa dengan Mino yang banyak bertanya padaku seperti tadi.
Aku jadi kembali bertanya-tanya, apakah memang ini yang aku mau? Kenapa rasanya aneh ya? Ada rasa menyenangkan dibalik semua kecanggungan kami tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Menjelang Malam
Hayran KurguSemua Hal berpacu pada waktu, entah itu baik atau justru buruk untukku. Waktu yang membuatku akhirnya berbicara, menuntunku hingga bertindak, Dan mengarahkanku juga pada sesalan tiada ujung. Mungkin menjadi ilalang semakin menguntungkan, karena aku...