Terik matahari yang menyengat membuat para pengendara berebut untuk berjalan dahulu dan suara klakson memenuhi jalan raya, berbeda lagi dengan dua pasangan eh tidak maksudnya kedua sahabat yang berbeda jenis yang masih sama sama bungkam dan duduk berhadapan di salah satu café dekat sekolah mereka. felyn dan juan.
"jadi?" felyn membuka suara.
"apanya?"
felyn menghela nafas.
"gue masih sahabat lo kan?" tanya felyn menatap juan yang kini menatapnya juga
"tergantung lo masih mau nerima gue atau enggak." jawab juan membuat felyn sedikit bingung
"maksudnya?"
"lo pasti ilfill kan punya temen kayak gue? keluarga gue berantakan gue juga bukan murid baik baik disekolah gue sering mainin cewek. rasanya gue malu deket sama lo gue gak ada apa-apanya, gue sendiri gak punya siapa siapa." ucap juan dengan menunduk
felyn pun bisa melihatnya banyak beban yang juan tanggung sendiri dan selalu ia sembunyikan didepann orang.
"gue masih ada disini ju, masih sahabat lo dan siap jadi rumah lo ketika lo Lelah, ketika lo butuh sandaran waktu lo rapuh. jadi seseorang yang akan selalu ngedukung setiap keputusan lo, yang selalu berdiri disamping lo genggam tangan lo waktu lo butuh kekuatan. lo harus percaya itu ju, bukan karna kasian tapi gue peduli sama lo."
felyn menahan tangisnya saat mengucapkan itu, ia hanya ingin juan tau, bagaimana pun keadaan juan dan seperti apa kondisinya ia tetap tidak akan meninggalkannya, felyn akan selalu Bersama juan setidaknya sampai hari itu felyn akan tetap Bersama juan.
"gue gak tau harus ngomong gimana lyn, gue pikir nyakitin banyak cewek bisa bikin gue puas karna rasa ingin balas dendam gue ke mama. bahkan dulu gue janji kalo gue ketemu dia gue bakal bikin perhitungan gue bakal lakuin apa yang dulu dia lakuin ke papa." juan menjeda ucapannya airmatanya pun mengalir sendirinya.
"tapi apa setelah bertahun-tahun dan gue ketemu dia rasa balas dendam itu lenyap gitu aja berganti dengan rasa rindu, rasanya gue pengen meluk dia pengen nangis dipelukan dia, pengen cerita gimana gue bisa ngelewati hari-hari suram sendirian tanpa mama dan papa, dan cuma ditemenin bibik sama pak jo." felyn yang mendengar pun ikut menangis dan hanya bisa menggenggam tangan juan.
"disaat gue lagi butuh-butuhnya kasih sayang dari orang tua yang lengkap dan keharmonisan keluarga, gue gak bisa dapetin itu semua lyn. itu juga karna dia! dia yang bikin gue selalu sendirian! dia juga yang bikin gue diejek sama temen sekolah setiap pengambilan rapot karna bibik yang dateng bukan orang tue gue! karna itu gue sering ngehajar orang yang selalu nganggep gue lemah karna gak punya siapa-siapa. gue benci diejek direndahkan."
"gue benci dia lyn hiks... gue benci perempuan itu!! perempuan yang sayangnya udah ngelahirin gue ke dunia ini!! hiks dan tiba tiba ninggalin gue sama papa gitu aja.!" genggaman itu berganti juan yang menggenggam tangan felyn sangat erat. biarlah jiwa kelakiannya hilang didepan felyn , hanya felyn tapi.
felyn tau ini sangat berat untuk juan, bahkan ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia diposisi juan. mungkin ia sudah mengakhiri hidupnya karna Lelah terus menerus menunjukkan keadaan baik baik saja padahal tidak seperti itu.
"gue harus apa sekarang lyn?" tanya juan menatap felyn seperti berharap.
"memaafkan masa lalu."
"gak mudah lyn."
"iya gue tau ju, tapi nggak salah kan lo mencoba berdamai sama masalalu
"Ju sebelum lo selesei in masalah dengan masa lalu lo, seratus persen hidup lo gak bakal tenang, lo bakal selalu kepikiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only FriendZone (End/Tamat/Selesai)
Teen Fiction[follow dulu sebelum baca yah manteman:) ] ________________________________________ Abu-abu. Mungkin itu yang aku rasakan entah mengapa ia tak pernah sepenuhnya menjadi putih atau menjadi hitam, sama seperti aku selalu kamu beri harapan tetapi hara...