🐧19. Sembilan Belas

38 6 0
                                    

Riuh suara kini meramaikan area SMA Langit Biru, terutama lapangan yg kini di isi perwakilan antar kelas dg berbagai macam perlombaan, layaknya sekolah yg mengadakan classmeting pada umumnya.

"Doni!" Nabila mendekati pria itu "Pak Arya bilang barusan, katanya Faris dilarang ikut cabang basket" bisik Nabila sambil mengamati Faris yg tak jauh darinya

"Pak Arya ngelarang Faris ikut?" ulang Doni. Bahkan ini bukan sebuah pertandingan yg sebenarnya. Pak Arya seolah memusnahkan Faris dari dunia basket.

"Gue gak berani bilang ke Faris" kikuk Bila menanti pertolongan Doni

"Biar gue yg jelasin baik baik ke dia" ucap Doni mengerti
"Benar ya?" Nabila memastikan. Sanksi dong kalau amanat pak Arya gak terlaksana

"Thank you" Bila mencubit pelan kedua pipi Doni.

"iiihh..."sungut Bila, ketika Doni menoyor pelan kepalanya agar sedikit menjauh, menjauhkan pipinya dari cubitan beruntun Bila

Terkadang manusia cuma perlu bersyukur, batin Faris.
Untuk apa Bila mengejar-ngejarnya, padahal Doni lebih baik." Faris mengamati keduanya

Faris belum tentu bisa berlaku semanis itu pada perempuan. Ia terlalu tertutup dan kaku.

###############

Lomba pagi ini diawali dg Futball. Jangn tanya pemenangnya, tentu kelas X. Jadi, SMA Langit Biru adalah SMA yg mempunyai keunggulan masing masing di bidang olahraga pada tiap tingkatan kelas/angkatan. Angkatan Faris unggul dalam bidang basket, angkatan diatasnya dalam bidang Volly dan angkatan dibawahnya dalam bidang futball.

Ada juga angkatan yg punya kekurangan dalam bidang olahraga, namun mereka memiliki keunggulan dalam bidang Akademik yg luar biasa. Seperti angkatan 2 tahun yg lalu. Kemampuan akademis mereka sungguh luar biasa, mereka menjadi angkatan dg akademik terbaik sepanjang sejarah berdirinya SMA ini.

"Lo gak bisa ikut bro!" ungkap Doni melemahkan suaranya "Pak Arya ngelarang" lanjut Doni melihat alis Faris yg terangkat

"Gue harus-"

"Lo harus nurut!" sela Doni "Lebih baik kita kalah classmet thn ini daripada kalah tanding basket dilomba yg akan datang, bro"

"Fine!" Faris melirik ke sudut lapangan, disana ada Pak Arya yg memantau. Pasti ia ingin memastikan Faris tak berhubungan dg basket. Mata Faris yg tajam menatap lekat dan Fokus. Ada rasa kesal dalam dirinya yg tak bisa ia pendam. Ingin rasanya menuntut Pak Arya hingga mau memberinya izin.

Selam pertandingan berlangsung, tangan Faris seolah gatal ingin memainkan bola, kakinya gemetar menahan langkah, ia ingin berlari lari menggiring bola, memainkannya dg lincah hingga masuk ke keranjang utk mencetak angka.

Matanya terus memperhatikan alurnya permainan. Shit!!! Lebih kesalnya lagi tim Doni dihadapkan dg Tim kelas Gugus yg juga beranggotakn Jordan dan Yogi, pemain tetap tim basket saat berlomba. Sedangkan pada tim Doni banyak yg amatiran. Seperti tiga lawan satu, batin Faris tak tenang.

Waktu semakin menipis, skor tim Gugus semakin melejit. Kesempatan menang semakin kecil.
"Pak!" Faris menghampiri pak Arya di sudut lapangan
"Pak, izinin saya main" ujar Faris
"Ini hukuman kamu Faris, Jalani saja konsekuensi dari sikap kamu yg mrlanggar aturan yg kita sepakati sebelumnya"

"Pak! Kelas saya bakal kalah begini, seperti tiga lawan satu" cemas Faris. Kelasnya tak pernah sedikitpun kalah dalam basket. Tentu saja dg kerja keras dan usaha antara Faris dan Doni yg selalu menjaga kekompakan, tim Gugus sudah langganan menjadi lawan sepadannya.

"Bubur terbuat dari nasi, tapi nasi tidak terbuat dari bubur" ungkap pak Arya kekeh tak mengizinkan

"Pak!" tuntun Faris
"Tidak akan boleh, sampai saya puas menghukum kamu" gaya Pak Arya kali ini sangat terlihat sombong dimata Faris. Kekesalnnya jadi bertambah

"Saya gak bisa" Faris berusaha memasuki lapangan, tapi pak Arya mencegahnya kuat kuat

"Apa yg bapak inginkan?" suara Faris menggelegar. matanya tampak setajam elang, rahangnya mengeras, ia menggertakkan gigi menahan emosi. Tangannya terangkat hendak melayangkan jotosannya, tak terima dg penyiksaan sepele menurut pak Arya, tetapi sebagian hidup bagi Faris. Namun perlahan tinjunya turun.

"Faris! Faris!" Doni keluar lapangan. Menyadari bagian ganjil dari suasana saat ini. Terntu saja peristiwa ini tak luput dari sorotan siswa siswi lainnya. Doni merangkul bahu Faris, mengusapnya pelan. "Maaf Pak" lontar Faris lirih. Pak Arya hanya mengangguk

Doni beralih membawa Faris pergi. Pertandingannya jg sudah selesai, dan kalah.

"Kembali ke aktivitas semula" tegur pak Arya pada siswa siswi yg diam "Lanjutkan permainan!" instruksinya pada panitia basket di seberang sana

Citra buruk akan menghampiri Faris. Seorang ketos melayangkan tinju pada guru olahraga? Sudahlah tanggung jawab Faris dinilai tak ada oleh guru2 karena tdk melaksanakan tugasnya sebagi ketua osis debat kemarin, Pak Arya yakin sebentar lagi ini akan menambah komentar buruk bagi sang ketos.

"Faris! Gue tahu lo marah, lo kesal, lo....." Doni menarik Napas lelah "Kendaliin diri lo" ia mengulurkan minuman dingin pada Faris

"Satu kesalahan yg gue lakuin, kenapa hukumannya harus seberat ini?" tanya Faris "Basket sebagian dari diri gue, Don. Setengah dari waktu gue, gue habisin utk basket"

Dan tiba tiba gue dibatasin dari itu semua. Gue bahkan gak tahu mau ngelakuin apa, semua terjadi terlalu cepat, kebebasan gue dibatasi terlalu ketat.

Jadi ketua osis juga bukan kehendaknya, tapi kenapa ia dipaksa sedemikian? Bahkan Faris sudah menjalankan seluruh kewajibannya dg baik, terkecuali kemarin

"Terima apa yg terjadi, Ris. Mungkin ini cara Tuhan mengajari lo utk ikhlas. Ikhlas melakukan banyak hal yg bahkan gak mau ikut campur didalamnya" Doni berdiri
"Walaupun begitu, menjadi ketos adalah tanggung jawab. Lakuin tanggung jawab lo!" ia menepuk pundak Faris

Doni membayar minumannya," Sholat kuy!"

Faris berdiri dan membuntuti di belakang

###################

Faris memperhatikan Doni yg memakai kaos kakinya di anakan tangga mushola.
Gue rasa alasan gue selalu punya hub pertemanan yg bagus sama lo, salah satunya karena ini. Lo selalu mengajak gue kepada kebaikan.
Doni selalu menjadi pengingat yg baik bagi Faris. Sholat yg wajib, bahkan sholat sunnah pun Doni kerap mengajak. Tentu saja Faris hanya ikut bila Doni mengajak sholta wajib saja. Tapi kini, ia ikut sholat Duha. Entahlah, mungkin karna hatinya menginginkan.

"Liat apa?" tanya Doni
Faris menggeleng. Menolehkan pandangan ketempat lain

Disisi lain tangga, Faris melihat Syila mengikat tali sepatunya. Ia tak bersama seseorang, sendirian. "Dia sering sholat sunnah lo" ujar Doni sedikit pelan, takut terdengar Syila

"Sendiri?" tanya Faris
"Iya. Salut aja, ke kantin aja jarang org yg mau sendiri, apalagi ke mushola" sahut Doni

Faris tersenyum. Rasanya, ada sesuatu yg berkembang dalam hatinya. Tapi ada sesuatu juga yg meredam hal itu.
"Doni jauh lebih baik" dan ia ingin mengalah, tapi ia juga ingin berjuang. Semoga ia bisa jadi bagian dari org baik. Agar bisa mndapat org baik jg. Seperti yg terdapat dlm Al-qur'an.

" Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)



ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang