👾22. Dua Puluh Dua

30 4 0
                                    

Bel masuk kelas berbunyi, pertanda berakhirnya waktu istirahat. Tapi sebelum itu Syila menyempatkan diri utk mengirimkan sms pada papah. Dan beruntungnya papa membalas dg cepat.
Syila tersenyum senang. Everything gonna be alright when the time is come. Semoga ini awalan yg menyenangkan. Semoga

"This oke. Im oke. Im fine" ujarnya pada Faris dan Nana. Faris mengangkat alisnya. Syila paham kalau Faris tahu Aletta pernah membuatnya sakit hati, pikiram hingga fisik ketika itu. Dan sekarang ia ingin mencegahnya. Faris tidak seburuk omelannya selama ini.

"Syill.." ragu Nana
Syila tersenyum. Ia mengangguk yakin"Fine"

#######################

Flashback Off
---------------

"Kamu bisa kan?" tanya Pak Arya. Seseorang dihadapannya menggaruk tengkuk ragu, matanya bergerak gelisah

"Saya tahu kamu ingin menolak" Kekeh Pak Arya, ia tampak santai

"Kenapa harus saya, pak? Kayaknya Kak Nabila lebih bisa deh, pak" Syila mengangkat alisnya beberapa kali.

Pak Arya menggeleng

"Atau Bang Doni yg lebih akrab. Yang Syila lihat, Bang Doni jadi air pengguyur emosi kak Faris" usul syila bersemangat.

Ibaratkan obat kewarasan, batin Syila

Lagi lagi Pak Arya menggeleng. "Tugas Faris utk sementara banyak yg saya alihkan pada Doni, Basket contohny"

"Tapi pak..."
Syila ingin sekali menolak. Berurusan dg Faris lagi? Hufff...otaknya berusaha mencari cara agar terhindar dari itu. Entahlah, walaupun sedikit demi sedikit kebaikan Faris mulai tampak

"Pak...jangan syila lah" bujuknya
"Kenapa? Apa ada terjadi sesuatu ketika dia melatih kamu?" tanya Pak Arya serius.

Syila menggeleng cepat. Jgn smpai Faris ditambah hukumannya krna dia. Dan krna hal yg tidak sebenarnya

"Gak ada masalah, gak ada penolakan" ujar guru olahraganya itu

"Pak..."keluh Syila

"Faris org baik, Kamu tenang saja. Gk perlu takut" ujar Pak Arya

"Tapi galak, cuek, dan JUTEK dan bnyk sikap buruk lainnya" nyinyir Syila menundukkan kepala lesu.

Ya Allah. Kenapa Syila sering kesal pada Faris?

Dapat pak Arya dengar ucapan Syila yg pelan. "Dia loh yg ajarin kamu basket sampai dapat nilai bagus"

Syila mengangguk tak yakin
"Sebenarnya saya tidak harus sibuk mengurus Faris, tapi bagaimanapun saya paham posisinya. Dan tidak mau menyulitkan dia lebih banyak lagi"

Ya. Memaksa Faris menjadi ketua osis merupakan krna pak Arya selaku guru terdekat yg dapat membujuk dan mungkin sedikit mengancam Faris, lewat basket tentunya 

Syila mengangguk.
"Sebagai balas budi, yaudah Syila lakuin" Lontar Syila. Kasihan jg, Faris banyak dipandang org yg sibuk menilainya buruk tadi. Sebelum penilaian buruk mereka semakin besar, baiklah Syila akan bantu mencegah

"Yang saya lihat, Faris sabar menghadapi kamu" batin Pak Arya

Baiklah, Syila mendapat misi baru hari ini. Misi yg sukses menguras daya tahan jantungnya. Ya, anggaplah pengganti olahraga. Hehhehe.

Mungkin ketika terbiasa di dekat Faris, ia tidak lagi takut. Setelah dipikir pikir, ada dua hal yg membuat Syila tanpa sadar tidak takut pada Faris. Pertama ,bila Faris membuatnya kesal entah kenapa Syila melupakan ketakutannya dan bergantikan omelan panjang utk Faris. Kedua, ketika rasanya ingin menang sekaligus ingin mengerjai Faris. Maka ia tanpa sadar tdk diurungi rasa takut.

################

"Syila boleh nanya, kak?" tanya Syila menunggu jawaban. Hanya tatapan yg Faris beri
"Kak Faris knpa baik ke Syila?" lanjut Syila dg pertanyaan
Faris diam sebentar sebelum menjawab"Perlakuan gue sama ke cewek"

Syila menyerngit"Kok Syila ngerasa kak Faris lebih baik ke Syila ya?"

Faris menoleh cepat
"Sedikit banyaknya sih gitu" ungkapnya mulai gugup dg tatapan Faris

Pria itu tdk menjawab. Ia lantas beralih pada kertas jawaban di meja. Ia terus saja menggerakkan tangannya memeriksa jawaban ujian mata pelajaran Buk Ratna selaku guru bahasa indonesia yg merangkap menjadi wakil di sekolahnya.

Syila diam. Ada yg salah dg ucapannya? Kenapa ruangan kini terasa dingin dg udara yg tdk mencukupinya utk bernapas lega?

Tangan Syila ikut memeriksa lembar jawaban lainnya. Hingga mereka selesai Faris membuka suara, mungkin lanjutan dari ucapan mereka sebelumnya
"Gue mau temenan sama lo!" ungkapnya penuh penekanan.

Syila kaget.
Ia mematung bingung.
Apa mereka belum berteman?

"Boleh?" Faris mengetuk meja dg tempo teratur. Cukup lama menunggu, akhirnya Syila mengangguk

###############

"Kak Faris gak pernah punya teman cewek kecuali kak Bila. Hati hati, Syil. Jangan2 kak Faris punya rasa sama lo!" ucap Putri

"Atau kak Faris punya dendam!" imbuh Nana membuat ngeri

"Menurut gue sih kak Faris punya rasa, Syil. Maybe. Tapi gue yakin itu" ungkap Putri

"Iya sih. Gue pikir jg gitu, Syil. Setau kita kak Faris gak pendendam orgnya. Iya gk sih?" tnya Nana yg diangguki putri

Syila diam.
Namun diamnya punya makna yg berbeda kali ini, sehingga Nana dan Putri bisa merasakannya, tapi mereka tak tahu makna di baliknya

"Syiiil" Panggil Putri
"Syilaa" ulang Nana

"Aku jadi ingat Kak Bila" balasnya
Nana dan Putri Hanya mengangguk

ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang