⏩15. Danau

38 5 0
                                    

Setiap hal yg kita lakuin adalah bagian dari keputusan. Dan keputusan akan selalu memerlukan alasan. Aku memustuskan utk berhenti mencintainya, tapi aku tak punya alasan. Hingga akhirnya aku tak dapat menolak utk tidak mencintainya
~~FARIS~~~

##############

Syila" teriak Nana memanggil penuh semangat, padahal Syila masih berada di depan gerbang sekolah. Syila tersenyum dengan wajah lesu
"Wowow di antar supir nih. Tumben banget mau dianterin" Nana datang menghampiri, merangkul senang bahu Syila
Syila tak menaggapi ucapan Nana.
Mereka beralalu menuju kelas.

############

"Syila. Lo sakit ya? Bibir lo pucat gitu. Pusing gak?" tanya Nana panik.
Mereka sudah memasuki jam pelajaran terakhir hari ini." iya, Na. Pusing dari pagi" jawab Syila
"Gue antar ke UKS ya? Lo mau kan?" Tawar Nana
Syila mengangguk pelan. Nana merasa bersalah. Seharusnya ia tahu sedari Syila datang pagi tadi karena tidak biasanya Syila mau diantar sopir. Nana minta izin mengantar Syila pada Aletta selaku kedisiplinan kelas sekaligus koordinator kedisiplinan sekolah. Sebagai sahabat yang baik Nana bahkan membelikan Syila makanan dikantin. Ia juga meminta obat pada petugas UKS sekolah dan menaruhnya di dekat makanannya.
"Maaf ya, Syil. Gue harus ke kelas dulu. Udah dicariin buk Eni" izin merasa bersalah seraya memijit kepala Syila
"Ngak apa apa, Na. Aku cuma pusing. Kamu ke kelas aja" ucap Syila meyakinkan
"Gue ke kelas nih?" tanya Nana
"Iya" balas Syila yakin
"Beneran?" tanya Nana lagi. Ia masih berdiri ragu di depan pintu
"Udah pergi sana!" usir Syila tertawa sambil menahan pusing dikepala. Nana yang cerewet dan tak biasa perhatian pada orang sakit kini justru khawatir sampai seperti ini padanya.
"Yaudah. Gue pergi. Cempat sembuh ya" Nana akhirnya hilang dari balik pintu UKS
"Ucapan Aletta kemarin masih menghantui aku sampai sekarang, Na. Walaupun semua lebih membaik, tetap aja perkataan Aletta melukai aku, Na" gumam Syila pelan dalam hati

Syila mengambil makanan diatas meja. Sedari pagi perutnya belum terisi apapun. Ia berniat meminum obat di samping makanannya. Tapi, tidak ada air. Bagaimana cara Syila meminum obat?
"Huufft" Syila menhembuskan napas. Seketika pikirannya kembali pada masa lalu."Ta. Aku memang pengen kita berjauhan. Tapi aku gak pernah mau kamu bersikap seperti kemarin, Ta. Aku egois. Aku pengen kamu jauh tapi aku gak bisa terima sikap kamu setelah kita jauh ini"
Syila tertawa" Lucu ya?" tawanya sinis. Setetes air mata meluncur.

Ia beranjak ingin ke kantin membeli minum. Pikirannya selalu berat karena menahan sakit akibat ucapan Aletta. Ia melamun. Menatap kosong sesuatu dihadapannya. Sebotol air mineral sudah berada di genggaman. Wajah murungnya terpampang di sudut kantin. Ia tengah melamun disana sesudah meminum obatnya.
" Kenapa disini?" tanya seseorang hadir dihadapan Syila.
Syila melotot" Kak Faris, kenapa disini?"
"Kalau ditanya ya dijawab. jangan tanya balik!" omel Faris
"Lo cabut ya?" tebak Faris
Lagi lagi mata Syila melotot. Mana mungkin anak baik baik sepertinya cabut
"Ngak kok" balasnya cepat."Syila beli air untuk minum obat" jelasnya.
"Lo sakit?" tanya Faris
Syila mengangguk."Gak kelihatan sakit tuh" ujar Faris seraya memperhatikan wajah Syila

"Kak Faris yang takut ketahuan cabut jangan nuduh nuduh ya" sinis Syila. Sikap dan perkataan Faris mudah membuatnya sensitif. Tapi biasanya ia tak selancang ini kesal pada Faris

Faris tertawa mendengarnya. Ia beranjak mengambil minuman dan membayarnya pada mang ujang.
" Ikut gue!" Faris menarik tangan Syila keluar dari kantin. Syila kesusahan dalam menyamakan langkah Faris yang lebar.
"Pelan pelan kak. Kak Faris harus ingat orang yang kak Faris ajak sedang sakit" cerocos Syila
"Gue tahu lo gak lagi sakit fisik" balas Faris. Mata Syila lagi lagi melotot.
Sepertinya akan menjadi kebiasaan bagi Syila membulatkan pupil mata bila bersama Faris.
"Ayo!" Faris kembali menarik tangan Syila, melangkah cepat meninggalkan sekolah.
Mereka menaiki angkot menuju suatu tempat dan dilanjutkan dengan berjalan kaki agar sampai pada tujuannya. Suatu tempat yang sangat jarang dikunjungi orang lain. Bahkan mungkin tak ada yang tahu tempat itu. Tempat itu melalui jalan setapak dan melewati hutan yg tak terlalu rimbun, namun sangat asri, menandakan jarang disentuh manusia nakal

ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang