🏮37. Tiga Puluh Tujuh

20 4 0
                                    

"Kak Faris" panggil Syila

"Hm?"

"Kak Faris gak lagi mau niat jahat, kan ke Syila?"tanya Syila khawatir. Arah mobil mereka semakin lama semakin sepi. Dan sekarang masuk bagian pepohonan rimbun

Faris tersenyum mendengar pertanyaan Syila

"Kak Faris?" Panggil Syila lagi. Ia tak tau makna senyum Faris itu. Kalau senyum licik bagaimana? Faris bisa jadi dendam kan padanya? Dan ingin membalasnya saat ini? Oh my god

"Kak Faris Syila mau turun" ujarnya

Faris menoleh
"Syila mau turun. Turunin Syila! Turunin Syila di sini!" desaknya

"Kenapa?" tanya Faris

"Kenapa?" ulang Syila tidak percaya
"Kak Faris gk jawab pertanyaan Syila. Kalau kak Faris niat jahat gimana? Pokoknya Syila mau turun!" ujarnya menggebu-gebu

Faris tertawa mendengarnya
"Gue gak mau nyulik atau niat buruk lainnya, Syila" tawanya menggema di mobil

Syila kurang yakin, "Beneran?" ujar Syila memastikan

Faris mengangguk.

"Bener ya, kak?" tanya Syila sekali lagi

"Iya" balas Faris.

###################

"Bukannya ini tempat waktu itu ya? Ke sini lagi?" tanya Syila menatap Faris

"Kalau lo gak bosan kita makan disini"

"Kalau bosan?" tanya Syila

"Harusnya kita ke rumah pohon. Tapi-"
"Rumah pohon?" belum selesai Faris berbicara, Syila memotongnya antusias

"Lo mau?" tawar Faris

Syila mengangguk cepat. Rumah pohon. Dari kecil impiannya ingin punya rumah pohon. Tapi papa tidak pernah mau membuatkannya. Mama? Katanya minta ke papa

"Diujung Danau letaknya.  Jalan kakinya jauh. Gk capek jalan dari tadi?" tanya Faris.

"Syila pengen" ucapnya penuh harap
"Jauh banget, kak?" tanya Syila

"Setengah ngelingkarin danau" ujar Faris.

Melingkari danau yg luas ini? Ya, walaupun setengahnya sih. Tapiii, itu sangat jauh. Dirinya pun sudah cukup lelah berjalan. Apalagi ia belum makan, fix bertambah lemas.

Wajah Syila langung murung. Ia duduk di rerumputan. Tampak putus asa.
"Istirahat dulu ya. Nanti kalau Syila udah kuat, kita kesana. Boleh?"

Faris tersenyum.
"Lo gak niat nanya jalan pintas?"

"Ada? Kenapa gk bilang?" ia langsung bangkit "Ayo kak!" ajaknya, berjalan kearah kanan mendahului Faris

"Bukan kesana" ucapan Faris menghentikan langkah semangatnya

Faris menuju ke perahu danau. Mengambil pengayuhnya.
"Syaratnya, lo gak boleh takut buaya"

"Syila sama sekali gak takut ya" ujarnya yakin

Faris menyerngit. Dulu saja sampai nangis. "Yakin?"

"Ngapain takut. Buayanya aja ada disamping Syila" ia tertawa puas menjahili Faris. Wajah Faris yg bingung ternyata lucu

"Buaya apa?" tanya Faris
"Jangan buaya darat ya"

"Knpa gk boleh?" tanya Syila

"Ayo!" Faris sudah menaiki perahunya. Syila menyusul

"Pengayuhnya cuma satu? Syila cari satu lagi dulu, kak" ujarnya

"Gue tinggal ya" ujar Faris

"eh jangan!" ia bergegas menaiki perahu.

ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang