🙉32. Tiga Puluh Dua

22 4 0
                                    

Masa sibukny anak kelas tiga itu kini telah tiba. Dimana belajar extra diharuskan pihak sekolah utk para siswanya.
Beberapa hari Faris menghilang dari kehidupan Syila. Ia tidak lagi mendekat dan mengusik gadis teduhnya. Beruntung banyaknya aktifitas bisa mengalihkan perhatian Faris. Namun selalu ada masa ketika pikirannya selalu kembali pada Syila.

Di sela waktu sibuknya, Nabila pernah menyempatkan waktu istirahatnya utk menemui Syila. Ia menceritakan tentang Faris. Tentang Faris yg tdk seburuk perkiraan Syila. Tentang sikap Faris yg tdk sejahat yg Syila lihat. Tentang segala hal baik yg semestinya Syila tahu

Nabila berbincang penuh pengertian akan hal itu pd Syila. Tapi Sayangnya Syila hanya bilang ia tdk bisa melakukan perlakuan yg jauh lebih baik lagi ke Faris. Ia sebisa mungkin mencoba agar menghindar. Ia juga berjanji akan mencoba tidak ketus lagi pada Faris. Tapi hanya sebatas baiknya manusia tanpa amarah, selebihnya ia akan menghindar.
Dan semua itu akan ia lakukan sebisanya. Semoga bisa. Tapi jika tidak. She's say sorry, for her self, Bila, Faris and anyone she painted about this. Syila hanya akan mencoba

##################

Tentang ucapan yg Faris lontarkan agar Syila mau pulang bersamanya kala itu, ia menepatinya. Mulai esok hari dari kejadian naik bus itu, ia tdk lagi datang mengusik Syila. Hingga kini.

"Kantin bro!" ajak Doni menepuk pundak Faris. Jarang jarang waktu istirahat bisa dimanfaatkan utk kekantin bagi mereka, mengingat akhir akhir ini guru yg mempersingkat waktu istirahat agar jam pembelajaran lebih lama.

Faris menatap wajah bahagia Doni. Tentu temannya bahagia, setiap hari mereka bagaikan dipenjara. Penjara kelas! Dan kini baru bisa menikmati kebebasan sejenak

"Gue di kelas aja" balas Faris lelah
"Ris! Kapan lagi kita bisa liat kantin? Jalan di koridor sekolah yg ramai? Ketemu teman, dan adik kelas yg udah lama gk keliatan karna sibuk di kelas?" jelas Doni

"Adik kelas? Kalau gue ketemu sama dia gimana,?" tanya Faris "Gue gak bisa gak nyamperin dia. Lo tahu udah lama gue pengen ada di dekat dia lagi"

"Mungkin sekarang Syila udah baik baik aja, Ris. Gue kenal Syila. Hatinya lembut. Kalaupun dia benci sama lo, gue rasa gak akan lama"

"Seriously?"
Doni mengangguk.

####################

"Samperin cuy!" Suruh Doni
"Ngapain?" balas Faris
"Lo pengen liat dia dari dekat kan? Atau mungkin utk sekedar tahu kabarnya"
"Dia baik baik aja. Lebih baik malah kalau gue gak ada di dekat dia. Biarin dia nyaman tanpa gue ganggu"
"Cewek kadang gitu. Bilangnya gak suka, tapi sebenernya mau dideketin" Suara Jordan terdengar. Rupanya ia duduk dimeja sebelah Doni dan Faris

"Percaya deh sama senior" Gugus tertawa. "Senior ngedeketin cewek"

Jordan hanya tersenyum santai dg ucapan Gugus.
"Syila mungkin agak beda" ucap Yogi ragu.
"Coba aja dulu" Doni merangkul Faris menuju Syila.
"Hey" sapa Doni. Disana Syila dan teman temannya duduk menanti makanannya
"Eh bang Doni" balas Syila
"Lama gk keliatan, bg" Ucap Syila lagi
"Gue sih tiap hari" sela Putri
"Gue juga tiap hari sih" sela Nana. Ya walaupun sekilas, tapi lasti selalu saja ia melihat Doni yg rumahnya di depan rumah Nana
"Lagi ada di fase sibuknya anak kelas tiga ya bang" Aletta membuka Suara
"Bener! Capek juga kita di kelas mulu. Sekarang pas ada waktu, kita sempatin liat adik adik kelas"

"Bg Faris. Semangat belajar yeh," Aletta berdiri "Jangan galau terus" bisiknya

Doni mendengarnya sekilas. Ia tertawa kecil.
Syila mulai tdk nyaman dg tatapan Faris yg terus memperhatikannya. Ia berdiri, mengambil pesanan langsung mungkin lebih baik.
"Bg, Punya gue lo bayarin yah?!" pinta Putri
"Jangan jangan!" tolak Nana

"Apasih, Na!"

"Kalau lo bayarin dia. Lo bayarin juga punya gue, Bg!"

"Ih resek banget. Bg Doni kan abg gue, knpa dia harus bayarin makanan lo coba? Cari abg aja sana biar dibayarin!"

"Bg Doni abg lo. Abg gue juga dong. Lagian tetangga juga, apasalahnya"

"Ya tapi jangan bawa bawa lo dong. Ntar abg gue gak mau bayar kalau kebanyakan, cukup satu aja yg dibayarin"

Aletta datang membawa nampan makanan mereka. Syila mengambil alihnya, ia berjalan pelan, lalu hendak membagikan makanan pada teman temannya. Tubuhnya terdorong kedepan, menumpahkan kuah bakso pada seragam Faris dan juga seragamnya.
Faris menatap Syila, begitupun sebaliknya.
"Maaf" ucap mereka bersamaan
"Syila salah. Maaf Kak" Syila menunduk
"As your friend, i forgive you. Did you forgive me?"
Syila menatap lurus kearah Faris" Yes, but just be someone i know what his name"

"Why?"

"Syila bisa baik ke kak Faris. But, not as be your friend. Just i know your name, and you know my name" ucap Syila. Ia menjeda ucpannya sejenak "Laki laki harusnya bisa memegang kata katanya"

Faris diam.

Syila menaruh nampan berisi beberapa mangkok bakso ditangannya ke meja.
"Kalau Kak Faris lupa, ingat lagi kejadian waktu kak Faris bilang setelah hari itu kita bukan lagi org yg saling kenal" Syila beranjak membersihkan seragamnya ke kamar mandi

"Bingung gue" ucap Doni

Putri yg melihat Doni membantu Faris terheran. "Bukannya lo suka Syila? Kenapa lo ngecomblangin Syila sama Kak Faris, bg?"

Faris menoleh.
Dasar lemah! Kenapa ia harus selemah ini berurusan dg hati. Bahkan Doni bisa membantu mendekatinya dg Syila. Padahal Doni jg suka pd Syila. Rutuk Faris dlm hati

Doni mengajak adiknya berbicara.
"Putri, gue suka sama Syila. Bukan berarti gue harus diam biarin temen gue cekcok"

"Ya tapi kalau lo bantu ngedeketin kak Faris sama Syila dan Syila balik suka sama kak Faris gimana? Kalian sebelas dua belas, bg. Beda Tipis!" kata Putri

Doni Mencubit gemas pipi adiknya" Lo pikir gue setelah lulus SMA langsung nikah huh? Gak lah! Dan bisa aja setelah masanya nanti persaan itu berubah. Gk perlu mikirin jodoh sekarang"

Putri cemberut"Tapi kan Syila baik! Iya kalau ketemu org yg baik lagi nanti. Kalau gak gimana?"

"Jodoh itu kayak Alif Lam Mim" ucap Doni
"Artinya?"
Doni tersenyum"Artinya gk ada yg tahu" ia terkekeh, adiknya tersenyum

"Dan sekarang, gue cuma pengen bantu Faris buat baikan sama Syila. Just be friend" Doni menjeda kalimatnya
"Dek, Faris gak nuntut lebih" ucap Doni meyakinkan adiknya agar mau membantu jg






ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang