🏡7. Rumah Zahra

45 4 0
                                    

Syila, please main kerumah gue" itu suara Zahra. Ia sedang memohon agar Syila mau bertamu ke rumahnya lewat sambungan telphone

" Gak mau. Ntar abang lo dirumah lagi" tolak Syila.

" Gak kok. Cuma gue sama bunda dirumah. Lo kesini ya? Please!!." pinta Zahra lagi

" hmm gimana ya?" pikir Syila sejenak.

"Ayo dong Syila" bujuk Zahra.

Zahra menjauhkan ponselnya sejenak untuk berbicara pada Bundanya.

"Bun!" ia menepuk bahu bunda pelan
"Bunda tolong bujukin Syila buat datang buat datang kesini ya? Biar bunda bisa kenal juga" ucapnya berbisik

"Syila siapa?" tanya bunda bingung

"Itu loh teman baru yang Zahra ceritain kemarin. Yang satu sekolahan sama Abg. Terus ketemu di lomba desain" jelas Zahra was was menutup spekear hpnnya.

Bunda mengangguk dan mengambil handphone putrinya.

"Syila, main kesini dong. Bantuin bunda masak, bunda ada acara nanti malam. Bunda jg mau kenal lebih dekat sama kamu, sayang. Syila mau ya main ke rumah? " ujar bunda aini, bundanya Zahra.

"mmm...iya, bun. Syila mau deh kesana." jawab Syila tidak bisa menolak. The power of emak emak. Mana berani Syila menolak permintaan seorang ibu

"Bunda tunggu kedatangan Syila. Bunda lanjut masak dulu ya. Assalamualaikum"

"Walaikumussalam, bun" Telephone akhirnya terputus.

######

" Yeaayyy.." Zahra berlonjak riang.
"Bunda is the best" Zahra memeluk bunda airin gemas.

Bunda tertawa

" Syila penurut ya. Beda sama putri bunda" kata bunda

" Jangan ngebandingin dong, bun. Ntar yang ada putri bunda ini tersisihkan kalau di bandingin" cemberut Zahra

Walaupun Zahra sering mengomel dengan permintaan bunda, ujung ujungnya ia lakukan juga kok

"Kamu tahu? Itu artinya dia gadis yang patuh sama orang tua. Buktinya, Syila belum kenal dengan bunda, tapi dia mau datang karena permintaan bunda" jelas bunda
"Bunda penasaran seistimewa apa dia?" tambah bunda

"Syila itu cantik, baik, pintar ngaji, ahlaknya baik, perfectlah bun" jelas Zahra bangga sebagai teman.

"Pakai hijab?" Zahra menggeleng.

"Kenapa?" Zahra mengangkat bahu sekilas

"Kejadian masa lalu" kata bunda menyalakan kompor

"Bunda sok tahu deh" Zahra memotong sayuran" Syila sahabat Zahra, bun. Kenapa bunda yang sok tahu" omel Zahra

"Jadi kamu tahu kenapa?" tanya bunda memasukkan minyak goreng ke panci

"Gak sih" cengir anak bungsu itu

" Bunda gak bohong. Syila ada trauma dimasa lalunya" ujar bunda

"Kamu sebagai seorang sahabat, bantu Syila! Hijab itu sebuah kewajiban, sayang" bunda menangkup pipi zahra.

"Iya bun" Zahra menurut. Ia bertekad dalam hati akan membuat Syila memakai hijab kembali, dengan izin allah semuanya bisa.

############

"Assalamualaikum" suara tamu terdengar

"Syila datang, biar bunda yang bukain pintunya" ujar bunda semangat. zahra mengangguk.

" Jangan lupa Syila dikasih senyuman, bun" peringat Zahra sebelum bunda berlalu.

########

" Syila, bun" Syila memperkenalkan diri dan tersenyum seraya mencium tangan bunda Aini

" Waah... Gelis pisan si eneng. Ayo ayo kita masuk!" ajak bunda ramah. Setelah memperhatikan penampilan sederhana Syila

" Syila bisa bantu bunda masak, kan?" mereka tengah menuju dapur.

" Bisa, bun" Syila mengangguk dan tersenyum

" Hai, Syil" sapa Zahra riang dari depan wastafel, ia tengah mencuci sayuran. Syil balas dengan senyum.

" Ada acara apa nih? Sampai banyak banget masaknya" tanya Syila

" Hmmm..bukan acara besar sih. Karena nanti malem minggu, jadi kita wajib makan bersama gitu" jelas Zahra kini beralih membalik ayam gorengnya.

" Seru ya" senang Syila. Ada harap yang tak terkabulkan di balik matanya

" Lo ikut ya?" mata Zahra berbinar.

Syila terkejut " ini kumpul keluarga kamu, zar. Aku gak enak ikutan. Ada ayah sama abang kamu juga pasti" tolaknya

"Yahhhh" Zahra kecewa

" Zahra gak boleh gitu sayang. Kalau Syila gak bisa jangan dipaksa!" nasehat bunda

" Kalau Syila jadi kakak ipar Zahra gak masalah dong satu meja makan dengan kita" canda Zahra berbicara pada bundanya

Deg!... Syila kaget.

Zahra memang asal bicara. Syila saja tidak tahu siapa abangnya, seenaknya saja menjodohkan.

Bunda menahan tawa geli melihat Syila langsung tegang karena ucapan putri kecilnya.

" Syila, maafin putri bunda ya?" bunda airin menangkup pipi Syila. Setelah ia menuangkan tepung pada sebuah wadah dan mengaduknya

Bunda airin sangat lembut, Syila suka.
Syila mengangguk" gak papa, bun" jawabnya.

Zahra tertawa ketika bunda melepaskan tangannya dari pipi Syila. Tampak kedua pipi Syila putih oleh tepung akibat ulahnya

" Bunda jangan jailin Syila" kata zahra disela tawanya

Syila diam tidak mengerti. Ia terus lanjut memasak. Gemesss. Polos banget Syila. Batin Zahra.

Lama memasak, akhirnya selesai juga. Canda tawa, berbincang ramah, cerita, dan nasehat dari bunda menghiasi kegiatan mereka

" Sebelum Syila pulang kita makan Chicken buatan bersama, okey?" ajak bunda.

Mereka menghampiri ruang makan. Chiken yang tepungnya masih menghinggapi pipi Syila. Syila masih belum tahu tentang tepung di pipinya. Setelah selesai makan. Zahra dan Syila mencuci piring.

"Tepung chiken yang belum sempat jadi dipipi lo, harus dihapus dulu sebelum pulang, Syil" Zahra menyapu pipi mulus Syila dengan air. Ia tersenyum.

"Sejak kapan?" polos Syila.

Zahra tertawa geli" bunda itu jahil. Hati hati aja sama bunda"

Syila ingat. Bunda airin tadi memegang pipinya. Ah bunda airin ternyata nakal juga. Ia tersenyum.
" Bunda kamu lucu ya?" pujinya

Zahra tersenyum " Lo lebih lucu. Dijahilin bunda malah gak sadar"

Tidak sempat terpikir oleh Syila bahwa emak emak bisa sejahil Bunda Airin

" Udah, sekarang pipi lo bersih" Zahra bahkan mengelap pipi Syila dengan tisu.

Syika tersenyum manja" aku pulang ya? Titip salam buat bunda"

"Hati hati Syila. Jaga hati dari para cowok jelek diluar sana. Lo cuma boleh sama abang gue" nasehat Zahra yang terdengar konyol.

##############

Vote, add to library, share and KOMENT😊

ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang