👃39. Tiga Puluh Sembilan

27 3 0
                                    

Hari- hari berlalu dg baik. Hubungan Syila dg Gugus, Jordan, Yogi dan Doni mulai membaik. Mereka cukup sering berinteraksi sekarang. Billa pun ikut berkumpul dgnya. Kakak kelas kesayangan Syila kembali jadi sosok yg syila kenal sebelumnya. Ada Aletta, Putri dan Nana yg menghibur dikala suntuk belajar melanda.
Its life is beautifull.

Hmmmm...entah iya atau pun hanya rasanya. Ada kecanggungan antara ia, Doni dan Faris. Entahlah. Tapi itu yg Syila rasakan. Satu lagi, ia merasa Billa sedikit berbeda.
Mungkin inilah yg disebut merasa asing tapi saling menutupi keasingan tersebut.
Saling mengubur rasa. Agar tak tampak dan mengacaukan suasana indah. Ya, indah. Bukankah kerukunan diantara mereka indah?

#########

"Kak Faris" ujar Syila

"Hm?"

Syila diam, ia bingung harus mengucapkannya atau tidak.

"Kak Faris?" panggil Syila lagi

"Apaa?" sahut Faris lembut.

Ia menunggu ucapan Syila dg memperhatikan gadis itu, Syila menghindari menatap Faris

"Bukannya Syila ngeraguin kebaikan Kak Faris. Tapi, setelah Syila pikir-pikir imposible rasanya manusia ngelakuin sesuatu tanpa harapan"
"Apalagi hati" lirih Syila

"Gak salah kalau lo berpikir begitu" ujar Faris.

Syila menoleh.

"Awalnya gue yakin bisa just be friend dan gk ada yg namanya friend zone, apalagi niat lebih lainnya"

Syila memperhatikan Faris baik baik. Sirat matanya tampak jujur, tulus dg apa yg ia rasakan
"Gue jaga jarak sama Billa biar dia gk berharap lebih, right? Tapi gue justru tetap mau maju utk lo, dg Syarat not feel between us, dan gk boleh mengembangkan harapan"

Kepalanya terangkat menatap luasnya hamparan langit, ia menghela napas panjang,"Haaaahhfft... Semestinya keputusan baik yg gue ambil ketika logika masih bekerja, gue lakuin. Tapi nyatanya emang sulit saat hati lo ikut berkecamuk di dalamnya"

"Maaf" lirih Syila

"Utk apa?" tanya Faris

"Syila pernah bilang gitu dulu" cicitnya

"That's true" balas Faris cepat. Ia menampilkan senyum,"Gue harus coba, gue harus jalani dan gue mau ngerasain definisi cinta ikhlas sebenarnya. Cinta tanpa berharap balasan. Gue pikir, gue hebat bisa negjalanin itu"

"That's not easy" sahu Syila

"But, ill wanna try. Gue yakin bisa. Gue kan ironmen" candanya

Syila terkekeh terpaksa. Entah kenapa hatinya tidak tega menyakiti Faris.
"Heyy, lo mulai peduli ke gue" ujar Faris menggoda

Syila tergagap, "Ah gk lah"

"Ketahuan kali" balas Faris dg senyum bahagianya.

"Peduli emng sifat alami manusia" elak Syila bernada ketus

"Seenggaknya lo mau nunjukin kepedulian lo"

Syila tersenyum tipis, ia menatap sedikit lahan sawah di depannya. Sungguh, Faris sangat ahli menemukan hal hal indah tersembunyi di kota.
"Syila gk pernah berpikir ada lahan sawah di jakarta"

"Takjub?" tanya Faris

Syila terkekeh pelan, "ckck terlalu jenius"

"Pernah liat pelangi?"

"Pernah. Tapi di tempat yg jauh"

"Gue tau tmpat pelangi yg gk jauh"

"Iya?" sambut Syila antusias.
"Jangan bilang kak Faris tau jg ada padang rumput ilalang" canda Syila, ia tertawa

ARSYILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang