Kalau gue bisa, gue ingin jadi atmosfer biar bisa lindungin lo dari asteroid yang akan buat lo hancur.
-Mars Angkasa-
***
Venus jatuh pingsan, dengan cepat Mars menangkap tubuh Venus agar tidak terjatuh ke tanah.
Mars menggendong Venus ala bridal style menuju kamar Venus, Mars meletakan tubuh Venus disebuah ranjang milik Venus. Galaksi membawa minyak kayu putih agar Venus bisa dengan cepat siuman.
Acara pemakaman pun telah selesai, Venus membuka matanya secara perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya, "Ayah, hiks .... " ucap Venus dengan meneteskan air mata.
Mars membantu Venus agar mengubah posisinya menjadi duduk. Galaksi memberi minum kepada Venus dan Venus pun meneguknya sampai habis.
"Mars hiks .... Gal hikss .... Ayah ..." ucap Venus terus menangis.
"Jangan sedih," ucap Mars lembut, Mars mengusap lembut air mata yang menetes membasahi pipi Venus.
Venus mendudukkan dirinya di tepi ranjang, di sisi kanan ada galaksi, dan di sisi kiri ada Mars.
"Gue takut hiks .... " ucap Venus menangis kembali.
"Stttt, jangan takut. Lo gak sendiri, ada gue sama Mars yang bakalan menjaga lo," ucap Galaksi menenangkan Venus.
"Lo lupa kata ayah lo? Lo itu kuat, lo bukan cewek yang lemah," ucap Mars.
"Hiks ... tetep aja Mars hiks .... emang dasarnya gue lemah hikss .... gue so kuat," ucap Venus.
"Lo itu kuat kok, cuman lagi rapuh aja, memang dasarnya sifat manusia kayak gitu Ven. Sekarang lo boleh nangis, tapi gue mau setelah itu lo tersenyum. Karena gue gamau liat air mata kesedihan di wajah lo, gue mau air mata kebahagiaan," ucap Mars menyemangati.
"Ven," panggil Galaksi dengan membawa satu tangan milik Venus lalu Galaksi genggam. Venus pun menoleh saat Galaksi memanggilnya.
"Jangan pernah berlarut dalam kesedihan, gue gak suka kalau lo terus- terusan nangis, hati gue ikut sakit. Lo kuat Ven, kalau gue ada di posisi lo, mungkin gue gak bakalan sekuat lo," ucap Galaksi. Venus dengan cepat merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Tok! Tok! Tok!
Suara seseorang mengetuk pintu, meskipun pintu tidak tertutup.
"Ibu?" gumam Venus.
Grizelle mendekatkan dirinya kepada Venus, putri sematawayang nya, "Kamu gak apa-apa?" tanya Grizelle khawatir.
"Venus gak apa-apa, bu," ucap Venus.
Grizelle menangkup pipi Venus, "Ibu udah ikhlas, Venus juga harus ikhlas ya?" ucap Grizelle.
"Venus udah ikhlas kok bu, ada Mars, Galaksi dan ibu yang buat Venus kuat." ucap Venus. Grizelle mengusap lembut pucuk rambut Venus, sebisa mungkin Grizelle menahan air matanya agar terlihat kuat di hadapan Venus.
"Penyebab meninggalnya ayah kenapa bu?" tanya Venus, Venus tau ayahnya tidak mengidap penyakit apapun dan ia penasaran kenapa ayahnya tiba-tiba meninggalkannya.
"Ibu gak tau pasti, kata orang ayah kamu tidak fokus di jalan, dan kecelakaan. Melihat tubuh ayah kamu banyak luka." ucap Grizelle.
"Mars, Galaksi, makasih ya sudah menjaga Venus dari dulu sampai sekarang," ucap Grizelle.
"Udah tugas kami Bu," ucap Mars dan Galaksi serempak.
"Ibu ke depan dulu ya?" pamit Grizelle kepada ketiganya. Mereka pun mengangguk sebagai sebuah jawaban.
Mars mengusap lembut pipi Venus, "Lo masih punya gue, ada Galaksi juga, tugas gue dan Gala buat lo bahagia, menjaga lo, membuat lo tersenyum," ucap Mars.
"Terus, tugas gue apa?" tanya Venus dengan sedikit segukan.
"Cukup ada disaat gue dan Mars butuh lo." ucap Galaksi dengan sangat lembut.
"Makasih, Mars, Gala, kalian emang sahabat baik gue, cuman kalian yang gue punya." ucap Venus dengan tersenyum.
"Gak ada kata terima kasih dalam kamus pertemanan gue, itu udah tugas seorang sahabat bukan?" ucap Mars dengan tersenyum hangat.
"Terima kasih Tuhan, udah ngirim sahabat yang baik seperti Mars dan Galaksi." batin Venus.
***
Venus melangkahkan kakinya menuju kelas, namun ia dihentikan oleh Mentari and the geng. Awalnya Venus ingin terus berjalan dan menghiraukan mereka tapi tangannya dicekal oleh Bulan."Hai Venus," sapa Mentari kepada Venus. Venus hanya menundukkan kepalanya, ia saat ini merasa tidak memiliki semangat hidup. Seorang Venus yang biasanya ceria saat ini berbeda menjadi Venus yang berduka.
"Tumben lo gak dianterin sama bokap lo naik motor," ucap Mentari.
"Ayah gue udah meninggal," ucap Venus.
"Turut berdukacita." ucap Mentari sedikit terkejut.
Mentari mendekatkan dirinya kepada Venus, Mentari mengelus rambut Venus serta berbisik kepada Venus, "Jangan pernah dekati Mars, meskipun kalian bersahabat." ancam Mentari tepat di telinga Venus.
"Kenapa gak boleh hmm? Mars 'kan sahabat gue," ucap Venus merasa tidak terima.
"Karena lo dan Mars itu berbeda!" bentak Mentari.
Aurora dan Bulan mencekal kedua tangan Venus, mengunci pergerakan Venus. Mentari mengambil sebuah handphone milik Venus, Handphone yang sudah usang pemberian ayahnya saat Venus pertama kali masuk sekolah menengah pertama.
"Jadul banget sih handphone lo," ucap Mentari memperhatikan handphone yang ada di tangannya.
"Meskipun jadul, lo gabakal pernah bisa membelinya dengan uang sebanyak apapun." ucap Venus, emosinya sudah memuncak.
"Oh ya? Gue bisa beli sama toko-toko nya," ucap Mentari dengan sombong. Venus meneteskan air matanya, yah mungkin Mentari bisa membelinya namun tidak bagi Venus, itu sangat berharga terlebih lagi pemberian mendiang ayahnya yang sudah meninggal dunia.
Brak!
"Upss, maaf, gue gak sengaja jatuhin." ucap Mentari dengan menutup mulutnya tentu saja ia sengaja membanting handphone itu.
Aurora dan Bulan tertawa melihat yang dilakukan Mentari, semua orang yang melihat hal itu tidak bisa melakukan apapun.
Aurora dan Bulan melepaskan tangan Venus, Venus memungguti handphonenya yang sudah hancur, ia menangis tanpa suara. Seseorang membantu Venus mengambil handphone yang sudah hancur itu, Mars.
Mentari and the geng merasa ketakutan saat Mars menghampiri Venus. Mereka memutuskan untuk kabur agar tidak mendapat kemarahan dari seorang Mars Angkasa.
"Ada gue di sini," ucap Mars menatap lurus manik mata Venus.
~TBC~
Mars Angkasa dan Venusa Antaraya
KAMU SEDANG MEMBACA
MaVeGa [Sudah Terbit]
Teen FictionOpen PO✓ (Di wattpad belom aku revisi ya) Hal yang berbeda bukan berarti tidak bisa bersama. Terkadang perbedaan dibutuhkan untuk saling melengkapi kekurangan. Sama hal nya dengan pertemanan. Perbedaan agama dan kasta tidak merubah status mereka. M...