SembilanBelas

82 20 242
                                    

Terjebak rasa nyaman dalam persahabatan itu menyakitkan. Buatlah tameng untuk hati agar perasaan lo tidak hancur hanya karena harapan yang lo buat sendiri dan mustahil terjadi.

-Mars Angkasa-


Venus menatap pintu-pintu toilet dan hanya ada satu toilet yang benar-benar tertutup rapat dan terdengar isakan tangis kecil.

"Alula, apa lo di situ?" tanya Venus.

"Alula gak ada,"

Venus tersenyum syukurlah ia telah menemukan Alula. "Al, lo kenapa? Ada yang gangguin lo lagi?" tanya Venus.

"Alula bilang Alula gak ada!"

Dibalik pintu toilet Alula menggerutu, ia menyumpah serapahi dirinya sendiri atas kebodohannya.

"Gue tau lo di sana, keluar Al. Jawab pertanyaan gue," ucap Venus. Venus menyandarkan tubuhnya di dinding yang ada di hadapan pintu toilet.

"Hiks ... Alula gak mau temenan sama Venus lagi," ucap Alula di balik tembok. Alula menyeka air matanya yang hendak turun kembali. Ia pun mengelap kasar ingus yang sedari tadi terus turun bersamaan dengan air matanya.

Venus menyilangkan kedua tangannya dan masih dalam posisi sama yaitu menyandarkan tubuhnya.

"Keluar Al, gue mau tanya. Gue janji gak bakalan marah sama alasan lo yang gak mau temenan lagi sama gue," ucap Venus. Venus merapihkan rambutnya yang mulai berantakan sambil menunggu Alula untuk keluar dari toilet.

Ceklek

Venus menegapkan tubuhnya saat mendengar suara pintu mulai terbuka. Satu yang Venus lihat yaitu Alula dengan tampilannya yang sangat berantakan.

Mata Alula sangat sembab, Venus bisa melihat dengan jelas jika Alula menangis dan Venus tidak tahu apa yang sudah Alula alami sampai ia menangis.

"Cerita sama gue," ucap Venus.

"Mentari bilang Alula gak boleh temanan lagi sama Venus. Padahal, Alula seneng punya temen," keluhnya. Venus menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Alula. Perlu diketahui bahwa tinggi Alula hanya 140 cm dan tinggi Venus adalah 165 cm.

"Gak perlu didengerin. Apapun resikonya, kita hadapi bersama. Lo dan gue itu temen Al, kita susah atau seneng harus bersama. Lo percaya 'kan sama gue?" tanya Venus dengan lembut.

"Alula selalu percaya, tapi Mentari-"

Venus memotong ucapan Alula, ia paham karena sikap Mentari dari dulu memang seperti itu. "Ada gue," potong Venus. Kedua telunjuk Venus menarik sudut bibir Alula.

"Senyum dong, kalo nangis malah tambah jelek," ucap Venus. Alula tersenyum tipis. Alula sangat bahagia karena bisa berteman dengan Venus. Impiannya selama ini adalah mempunyai teman, tapi ia tidak ingin mengorban seseorang hanya untuk berteman. Alula sangat takut dengan ancaman Mentari, bahkan Mentari tidak segan membully siapapun yang menjadi teman Alula.

"Gue udah biasa Mentari bully, jadi tenang aja." ucap Venus.

"Apa Venus gak benci sama Mentari?" tanya Alula. Venus mulai menegapkan kembali tubuhnya, ia berkacak pinggang.

"Hmm ... gue gak benci, kalo kesel iya. Sebanyak apapun Mentari jahat kita ga boleh benci, kita doain aja kalau suatu hari, Mentari dapet teguran dan kesadaran," ucap Venus. Ia menurunkan tangan yang semula berada di pinggang.

"Rambut lo berantakan, sini gue rapihin." ucap Venus. Venus mulai membuka kedua ikatan Alula. Rambut hitam pekat Alula jika diurai membuat Alula sangat cantik.

MaVeGa [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang