DuapuluhLima

61 13 281
                                    

Bersyukurlah jika masih ada orang yang perduli meskipun sering lo sakitin berulang kali.

***

Perempuan itu pun mendongak. Memperlihatkan wajah cantik yang tertutupi beberapa helai rambut.

"Mentari?" tanya Venus.

Venus berjongkok, menyesuaikan tubuh nya dengan tubuh Mentari yang tengah terduduk.

"Lo kenapa?" tanya Venus lembut.

Mentari melemparkan tatapan benci kepada Venus. Venus bisa melihat sendiri bagaimana rahang Mentari yang seketika mengeras.

"Peduli apa lo?" suara serak dan dingin keluar dari mulut Mentari.

"Lo kenapa nangis? Ada yang nyakitin lo?" tanya Venus.

Mentari mendorong tubuh Venus sampai Venus tersungkur. "Gak usah so peduli. Gak usah pura-pura baik di depan gue. Puas lo liat gue yang sekarang?" tanya Mentari.

"Gue gak pernah munafik Tar. Gue bener-bener peduli, lo kenapa?" tanya Venus.

Mentari mendelik dan berdecak. "Lo itu sama kayak Bulan dan Aurora. Pura-pura peduli nyatanya, gak! Lo munafik sama kayak mereka," ucap Mentari.

Hati Venus merasa tertusuk ribuan jarum. Rasanya begitu sakit ketika Mentari mengatakan bahwa dirinya munafik.

"Gue gak tau apa yang terjadi sama lo sampai lo gini. Tapi kalo lo mau temenan sama gue, gue bakal nerima dengan senang hati. Lo mau kan?" tanya Venus. Venus mengulurkan satu tangan nya kepada Mentari.

Mentari menepis kasar tangan Venus. "Gue gak butuh temen!" bentak Mentari.

Alula merasa marah saat Venus disentak dan dikatai yang tidak-tidak. Rasanya Alula ingin sekali menghantam wajah Mentari dengan sekuat tenaga, tetapi ia mengingat kembali perkataan Venus yang pernah Venus katakan.

Alula mencoba membantu Venus untuk berdiri dari tempatnya. "Kita pulang aja. Percuma Venus, Mentari gak akan pernah mau," ucap Alula.

"Jujur aja kalian seneng kan liat gue menderita kayak gini?" tanya Mentari.

"Tar, cukup ya. Gue ga pernah ada niatan sama sekali buat mojokin lo. Gue tulus nawarin pertemanan sama lo," ucap Venus.

Mentari bersenyum miring. "Ha! Palsu," ucap Mentari.

"Selamat! Lo dapet segalanya. Lo dapet Mars, lo dapet pertemanan. Sekali lagi, selamat!" bentak Mentari.

Venus mengernyitkan dahi nya. Venus sama sekali tidak mengerti ucapan Mentari yang melantur.

Alula menarik pelan tangan Venus agar segera pergi dari sini. Alula tidak ingin Mentari mengeluarkan kata-kata yang membuat Venus sakit hati nantinya.

"Pulang Venus. Alula gak mau Venus kenapa-kenapa," ucap Alula.

Venus menuruti perkataan Alula. Venus mengikuti langkah Alula yanh menariknya dengan susah payah.

***

"Mars ...." panggil Galaksi.

"Sebenernya ... gue sama Mentari ...." ucap Galaksi menggantung.

"Gue udah tau semuanya Gal," sela Mars dengan santai.

Galaksi menundukkan kepala nya. Rasanya begitu malu, perbuatan yang ia lakukan sangat keji kepada sahabat sendiri.

"Maaf," satu kata yang keluar dari mulut Galaksi.

"Sebelum lo minta maaf, gue udah maafin lo. Gue serius," ucap Mars. Mars kembali menatap buku fisika yang ia baca. Ia terpaksa berhenti membaca dan menghafal rumus karena ucapan Galaksi yang tiba-tiba.

MaVeGa [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang